64 belajar ilmu pengetahuan. Sehingga tak akan tergantung pada
sekolah, les, kursus, atau seminar. Membaca akan menumbuhkan kemampuan untuk berpikir kreatif, kritis, analitis dan imajinatif.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa dengan membaca dapat memberikan dan meningkatkan nilai-nilai positif bagi aspek
kehidupan manusia dan bisa mendapatkan ilmu pengetahuan secara mandiri.
Hilangnya program JBM juga menjadi bukti bahwa kurangnya minat membaca pelajar untuk mensukseskan program yang diadakan
oleh pemerintahan. Karena dalam program JBM ini ada kegiatan membaca, dengan hilangnya program JBM ditengah-tengah
masyarakat sama dengan hilangnya aktivitas membaca ini. Penerapan JBM perlu dimodifikasi baik dari segi regulasi maupun
pelaksanaan. Dapat dikatakan bahwa program JBM ini telah hilang dari kehidupan masyarakat Yogyakarta dan akan ada rencana untuk
menghidupkannya kembali dengan lebih mengkondisikan waktunya. Berdasarkan data empiris melalui kuesioner, teknik yang
digunakan dengan cara membagikan kepada 35 pelajar tingkat SD- SMA, dengan hasil jawaban hanya 15 orang yang suka membaca
sedangkan 20 pelajar lainnya lebih senang menggunakan waktu luang dengan memilih nonton televisi, nongkrong bareng teman,
lebih memilih datang ke pameran dan tempat-tempat lainnya yang bersifatnya hiburan. Kesenangan para pelajarsiswa dengan dunia
65 hiburan tidak diimbangi oleh aktivitas membaca, hal inilah yang
mengkhawatirkan terhadap minat membaca pelajar yang apabila tidak dilakukan tindakan menyadarkan para pelajar akan berdampak
lebih buruk lagi.
Pada hasil observasi peneliti di Kampung Kepuh berdasarkan data dokumen dan dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa
minat membaca pelajar tingkat SD-SMA di Kota Yogyakarta masih relatif rendah, mereka cenderung mengkonsumsi hal-hal yang
bersifat hiburan tanpa mengimbangi dengan aktivitas membaca 3
Berkembangnya Teknologi Informasi Pengendalian jam belajar masyarakat bagi siswa adalah hal
yang menjadi persoalan ketika jam belajar banyak disita oleh berbagai media hiburan semacam televisi atau media yang
terkoneksi lewat internet dan handphone. Media televisi adalah salah satu media hiburan yang hadir di tengah-tengah keluarga sepanjang
24 jam. Kapan pun membuka chanel televisi pasti akan ditemukan stasiun yang tengah melek menawarkan siaran program yang sangat
variatif. Semacam ancaman dan tantangan bagi para peserta didik, orang tua dan lembaga atau institusi pendidikan untuk mengatasinya.
Upaya untuk melawan dan menumbuhkan jam belajar mulai dilakukan di daerah Yogyakarta pada tahun 90-an. Hal ini juga
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Seperti tidak terlaksananya mematikan pesawat televisi pukul 18.00-21.00.
66
B. Pembahasan
1. Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Jam Belajar Masyarakat JBM
Pemberlakuan Jam Belajar Masyarakat JBM merupakan suatu indikator bagi suatu daerah yang memiliki visi sebagai daerah berbasis
pendidikan atau dikenal dengan kotakabupaten pelajar. Indikator yang satu ini mulai memudar seiring dengan perkembangan yang terjadi pada
masyarakat pada umumnya. Di banyak tempat seperti di Yogyakarta, pernyataan tertulis penentuan jam belajar bagi masyarakat saat ini tinggal
tulisan saja. Saat ini, susah didapati sekelompok warga yang masih konsisten menerapkan aturan yang memiliki nilai sangat berarti ini.
Fenomena ini membuat prihatin banyak kalangan, terutama bagi mereka yang banyak peduli dengan kondisi pendidikan generasi bangsa.
Salah satu provinsi yang pemerintahan kabupatenkota telah menerapkan program JBM adalah Kota Yogyakarta. Namun, penerapan JBM di Kota
Yogyakarta kurang begitu efektif. Sedangkan kabupaten lainnya belum terlihat komitmennya untuk melaksanakan jam belajar masyarakat.
Berdasarkan informasi di atas dapat dikemukakan dua hal. Pertama, program JBM di Kota Yogyakarta telah berlangsung selama kurang lebih
25 tahun sejak pertama kali dicanangkan pada tahun 1989. Kedua, program JBM merupakan jenis program yang sangat membutuhkan
keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannya karena domain pengaturannya ada dalam level keluarga, lingkungan RT, lingkungan
kelurahan, dan masyarakat secara umum. Kedua hal tersebut yang
67 menghantarkan studi ini untuk melakukan penilaian terhadap pelaksanaan
Program JBM di Kota Yogyakarta tersebut. Pada saat yang sama juga masih banyak anak-anak pelajar yang
menghabiskan waktu untuk bermain di play station, bermain gitar, dan sebagainya. Dapat diungkapkan bahwa secara umum penentuan jam
belajar bagi masyarakat saat ini tinggal tulisan saja. Saat ini, susah didapati sekelompok warga yang masih konsisten menerapkan aturan yang
memiliki nilai sangat berarti ini. Menurut Haris Mujiman 2006:5, suatu program dikatakan efektif
apabila a program itu dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terkait dengan suatu kompetensi; b perlakuan program
dapat mengubah behavior traines pada masa pasca pemograman, kearah peningkatan performa; c produktivitas diukur melalui post program
evaluation. Pemahaman mengenai pengertian efektifitas program JBM dapat
berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Evaluasi program JBM adalah langkah awal dalam
supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat
penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil
keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Hal terpenting dan perlu ditekankan dalam
68 menentukan program, yaitu 1 Realisasi atau implementasi suatu
kebijakan, 2 Terjadi dalam waktu yang relatif lama, karena merupakan kegiatan berkesinambungan 3 Terjadi dalam organisasi yang melibatkan
sekelompok orang. Adapun kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi suatu program, keputusan yang diambil diantaranya:
a. Menghentikan program, karena dipandang program tersebut tidak ada
manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.
b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai
dengan harapan. c.
Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan harapan.
d. Menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil
dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata sistem JBM belum begitu efisien. Buat sebagian pelajar sekolah bukanlah tempat yang
menyenangkan, mereka pergi ke sekolah hanya untuk rutinitas belaka, bukannya karna antusias dalam belajar.
Di lihat dari kemampuan intelektual siswa dari SD sampai SMA dibanding anak-anak negara lain yang menerapkan jam belajar yang lebih
pendek, misalnya Jepang atau Perancis. “Apakah anak-anak Indonesia lebih berkualitas secara rata-rata? Rasanya tidak. Atau jika Negara
69 tetangga seperti Singapura, kita juga masih kalah. Apakah kita lebih
bodoh? Kita belum dapat secara efektif dan efisien memaksimalkan metode
belajar mengajar yang baik. Artinya, secara kasar dapat kita lakukan bahwa jam belajar yang panjang seperti yang kita terapkan selama ini
bukanlah jaminan seorang siswa akan menjadi lebih pandai. Bahkan bisa jadi sebaliknya, secara kuantitas memang tampak positif, yaitu lebih
banyak jam belajar. Tapi yang kita ketahui, keluhan atau sisi negatifnya lebih banyak dan itu yang lebih menonjol selama ini.
Tabel.3 Daftar subyek wawancara
No. Nama
Keterangan
1. SH
Ketua RW 013 Kampung Kepuh. Klitren 2.
EW Ketua RT. 50 Kepuh, Klitren
3. S
Kepala Keluarga, Warga RT 50, Kepuh, Klitren 4
NP Ibu Rumah Tangga, Warga Rt 50 Kepuh, Klitren
5 RD
Kepala Keluarga, Warga RT 50 Kepuh, Klitren
Tabel.4 daftar kepala keluarga kampung kepuh RT 50 RW 13 No
Nama KK
Jumlah Anak
Sekolah Belum
Sekolah SD
SMP SMAK 1
PN 2
2 2
SK 3
1 2
3 RD
3 1
2 4
SO 1
1 5
LO 2
2 6
MM 1
1 7
RT 4
1 1
2 8
RO 3
1 2
9 MA
1 1
10 SH
4 1
1 2
11 HS
4 1
1 2
12 PH
3 1
2 13
SO 2
2
70 14
BK 5
2 1
2 15
HO 2
2 16
HS 6
2 1
3 17
KI 2
2 18
ES 3
1 1
1 19
MD 3
1 2
20 WE
4 1
3 21
YM 3
1 2
22 KR
3 1
2 23
MR 5
1 4
24 SU
2 2
25 GS
6 1
1 4
26 SH
6 1
1 1
3 27
RT 3
1 2
28 EI
3 1
3 29
ED 2
2 30
AW 2
2 31
JS 2
2 32
RP 2
2 33
RY 4
1 3
34 SW
1 1
35 HP
3 3
36 MF
3 3
Jumlah 108
19 5
7 80
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pelaksanaan Jam
Belajar Masyarakat JBM
Faktor-faktor keberhasilan jam belajar masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Keamanan, ketertiban dan kenyamanan
Pada dasarnya, JBM adalah suatu ikhtiar untuk mewujudkan masyarakat pembelajar learning society. Selama ini, JBM pukul
19.00-21.00 dinilai kurang efektif. Pasalnya, pada jam tersebut adalah jam-jam di mana program tayangan TV disukai oleh anak-anak.
Meskipun dinilai kurang efektif, berkali-kali penulis masih
71 menemukan tulisan ‘Jam Wajib Belajar Pukul 19.00- 21.00’
terpampang di sudut-sudut perumahan masyarakat sampai sekarang. Masalah JBM bukanlah masalah yang baru, dari dulu telah
diadakan upaya untuk mengembalikan JBM sebagaimana mestinya. Berbagai himbauan, misalnya untuk tidak menyalakan TV, Radio dan
lainnya telah disosialisasikan. Tindakan tersebut rasanya hanya retorika. Banyak anak-anak yang masih tetap asyik nonton TV, bahkan
orang tua yang seharusnya mendampingi anak-anak belajar, juga ikut- ikutan menyaksikan televisi. Akhirnya kenyamanan JBM tidak
membuat peserta didik membuat mereka betah untuk berlama-lama dalam belajar di waktu JBM berlangsung.
Alangkah baiknya jika JBM diganti dengan format yang baru. Misalnya diganti dengan membaca 1 buku 1 hari di mana waktunya
bersifal fleksibel. Ikhtiar ini akan lebih terlihat nyata jika juga diikuti dengan adanya jam wajib kunjung perpustakaan atau taman bacaan
bagi masyarakat. Jam kunjung tersebut tentunya juga harus bersifat fleksibel.
b. Kepedulian orang tua terhadap kebutuhan belajar anak,
Orang tua yang mempunyai anak usia sekolah mungkin lebih ekstra perhatian terhadap kemajuan dan perkembangan belajar anak.
Salah satu bentuk perhatian itu adalah mendampingi mereka ketika belajar di rumah. Banyak sekali yang dapat dilakukan orang tua
terhadap belajar anak di rumah. Akan tetapi tidak mudah untuk