Jam Belajar Masyarakat JBM

25 c. Kedisiplinan belajar Meningkatkan kegiatan belajar peserta didik setiap hari, telah dipatuhinya waktu JBM untuk kegiatan belajar setiap hari, penggunaan waktu telah diatur secara efektif dan efisien. d. Prestasi belajar Meningkatnya prestasi belajar sekolah peserta didik secara umum, dilihat dari hasil evaluasi setiap tahun, meningkatnya pengetahuan warga masyarakat di segala bidang ilmu pengetahuan khususnya menghadapi era globallisasi, meningkatnya kualitas sumber daya manusia segala bidang KepGub NO : 93 Tahun 1999. 6. Sejarah Terwujudnya Jam Belajar Masyarakat JBM Sejarah terwujudnya JBM di Yogyakarta tidak lepas dari ide Wasis Siswanto, pada tahun 1975 seorang Kepala Sekolah SD Budya Wacana Yogyakarta. Tahun 1976 sebuah peristiwa penting menyadarkannya. Salah seorang peserta didik tidak naik kelas. Berawal dari kejadian itu ia mulai Flash back dan introspeksi apa sebabnya. Hasil penelusurannya didapatkan sebuah penyebabnya. Mulai saat itu dibuatlah kesepakatan dalam keluarganya. Mulai jam 19.00-21.00 WIB anak-anak harus belajar. Untuk memastikan diperlukan pengawasan dengan cara ditunggui dan itu ditugaskan pada sosok istrinya. Ternyata semua mulai menunjukkan hasilnya. Pada perkembangannya nilai anaknya naik dan terus membaik. Pada tanggal 28 Maret 1980 lahir kesepakatan JBM. Oleh karena itu ada 26 kesepakatan maka dibuatlah sistem komando yaitu pakai kentongan yang dipukul pada jam enam 6 sore. Sebuah kesepakatan warga yang sungguh mengharukan. Saat itu ketua RT bertindak langsung sebagai pengawas. Sejak dilaksanakan tahun 1980 sebenarnya gaungnya dimulai tahun 1983 setelah seorang wartawan KOMPAS Julius P menulisnya dan memuatnya di halaman pertama. Sejak diberitakan oleh KOMPAS tanggal 13 Agustus 1983 tersebut wartawan lokal mulai berdatangan dan mencari tahu apa itu jam belajar. Setelah berkembang di daerahnya tanggal 16 Maret 1991 programnya diseminarkan di BAPPEDA DIY. Dalam seminar itu disepakati Jam Wajib Belajar diganti menjadi Jam Belajar Masyarakat JBM yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan menjadikan kota Yogya sebagai pilot project pelaksanaan program ini. Antara tahun 1992 hingga 1995 program ini dilaksanakan di beberapa RW di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta. Dari Karangwaru Lor akhirnya program itu menyebar ke seluruh DIY. Lewat SK Gubernur DIY Nomor 93 Tahun 2003 terbentuklah regulasi jam belajar masyarakat di wilayah Yogyakarta. 7. Dampak Positif pemberlakuan Jam Belajar Masyarakat JBM Pelaksanaan JBM jika dilakukan secara kontinu dan konsisten akan sangat berdampak positif bagi pembiasaan belajar peserta didik. Namun hal tersebut mengisyaratkan adanya partisipasi serius dari seluruh lapisan masyarakat dalam kluster keluarga masing-masing untuk menciptakan 27 kondisi belajar pada jam-jam terentu, serta memberikan fasilitas dan suasana belajar yang kondusif. Beberapa dampak positif dari pemberlakuan jam belajar masyarakat antara lain: a. Pembiasaan belajar di kalangan peserta didik secara teratur dan terkontrol, sehingga akan terbentuk budaya sikap belajar di kalangan peserta didik usia sekolah. b. Melalui bantuan dan fasilitasi orangtua, maka akan terjalin komunikasi yang intensif antara anak dengan orangtua, sehingga muncul harmonisasi hubungan yang terjalin secara akrab serta berkesinambungan. c. Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar berpikir dan bertanggung jawab atas semua tugas yang diberikan pihak sekolah kepadanya. d. Masyarakat dan orangtua akan terbiasa dengan tanggung jawab penyediaan suasana dan fasilitas belajar yang menyenangkan dan kondusif, sehingga meningkatkan peran dan fungsi sebagai orangtua untuk ikut serta mendorong keberhasilan belajar anaknya. 8. Kendala pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat JBM. Secara teoritik empirik, beberapa kendala pelaksanaan JBM antara lain: a. Pemahaman tentang begitu banyaknya variabel yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, sehingga pelaksanaan jam belajar masyarakat dianggapnya tidak berpengaruh terhadap peningkatan 28 prestasi peserta didik. Artinya penyediaan JBM tidak cukup kuat untuk meningkatkan prestasi peserta didik. b. Kurangnya kesadaran masyarakat dan orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya. Banyak orangtua yang acuh dan tidak peduli terhadap anaknya apakah mau belajar atau tidak, karena mereka lebih asyik dengan pekerjaannya sendiri, atau merasa tidak memahami pendidikan sehingga tidak tahu harus berbuat bagaimana terhadap anaknya. c. Sebagian masyarakat berkeyakinan bahwa televisi akan dampak positif yang mungkin diperoleh dari menonton televisi. Fungsi informatif televisi terbukti memperluas cakrawala dan menambah wawasan intelektual pemirsanya, dan mendukung proses integrasi budaya dunia. Akan tetapi jika terlalu banyak menonton televisi akan berdampak negatif karena waktu peserta didik untuk belajar akan berkurang. d. Lingkungan sosial pemukiman masyakarat yang tidak sepenuhnya mendukung terwujudnya JBM, seperti terjadi di lingkungan pemukiman dekat kompleks pertokoan, super market, pusat hiburan dan lain-lainnya, yang tidak memungkinkan orang tua memberikan ruang waktu yang cukup untuk kesempatan belajar anak-anaknya. e. Tidak adanya sanksi yang tegas dan mengikat menyebabkan masyarakat dengan seenaknya melanggar kesepakatan penerapan JBM. Apabila ada masyarakat yang melanggar pelaksanaan JBM 29 maka ditingkat KelurahanDesaRWRT dilingkungan masing-masing akan memberikan tegoran dan mengingatkan kepada masyarakatnya.

E. Penelitian yang Relevan

Terkait dengan pelaksanaan jam belajar masyarakat JBM ada beberapa penelitian terdahulu antara lain dilakukan oleh Salamah, dengan judul Jam Belajar Masyarakat dan Prestasi Belajar Anak Studi Korelasional di Desa Panjangrejo, Bantul, Yogyakarta pada tahun 2008 dengan hasil 1 ada peranan yang positif antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar rxiy = 0,616 p 0,05, berarti semakin baik perhatian orang tua semakin tinggi prestasi belajar anak; 2 ada peranan positif antara jam belajar masyarakat dengan prestasi belajar anak rxy = 0,349 p 0,05, berarti semakin baik pelaksanaan program jam belajar masyarakat semakin tinggi prestasi belajar anak; 3 ada peranan positif antara perhatian orang tua dan jam belajar masyarakat terhadap prestasi belajar siswa R = 0,635 . f = 3,06 P = 0,05. Penelitian lain dilakukan oleh Niken Oktyara Tahun 2012 dengan judul Efektivitas Pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat Di RW II Kelurahan Yososadi Metro Timur Kota Metro Lampung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden atau 27 termasuk dalam kategori tidak efektif dalam pelaksanaan program Jam Belajar Masyarakat JBM pukul 18.30-21.00 WIB, karena pada pukul 18.30-21.00 WIB masyarakat sudah terbiasa untuk menonton tv dan bermain, sehingga waktu 30 yang telah ditentukan itu merupakan waktu yang tidak efektif dalam melaksanakan program Jam Belajar Masyarakat JBM. Sedangkan sebanyak 15 responden atau 44 termasuk dalam kategori kurang efektif karena masyarakat cukup berpartisipasi dalam menjalankan program Jam Belajar Masyarakat JBM pada pukul 18.30-21.00 WIB, dan sebanyak 10 responden atau 29 tergolong dalam kategori efektif karena pada dasarnya masyarakat sudah mengetahui adanya program Jam Belajar Masyarakat JBM yang diberlakukan di Kelurahan Yosodadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator dalam Jam Belajar Masyarakat JBM dilaksanakan pukul 18.30-21.00 WIB tergolong pada kategori kurang efektif dalam pelaksanaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Salamah adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan korelasi dua variabel JBM dengan prestasi belajar peserta didik. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Bantul. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Niken Oktyara menggunakan metoda kualitatif yang lebih menitik beratkan efektivitas pelaksanaan JBM yang dilaksanakan di kota Metro, Lampung. Perbedaan penelitian Salamah dan Niken Oktyara berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti membahas JBM menggunakan jenis penelitian kualitatif. Walaupun ada kesamaan dalam topik JBM namun peneliti lebih menekankan pada Efektivitas Implementasi Kebijakan program JBM yang dicanangkan oleh pemerintah Kota Yogyakarta. Adapun waktu dan tempat penelitian juga terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. 31 Penelitian yang dilakukan oleh Salamah yaitu menekankan JBM dengan prestasi belajar anak sedangkan penelitian yang dilakukan Noken Oktyara mengenai efektivitas program JBM. Sedangkan peneliti akan mengangkat judul efektivitas implementasi kebijakan JBM, pembahasan topik tersebut yang di jadikan pembeda antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

F. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Skema Efektivitas Implementasi Kebijakan Jam Belajar Masyarakat. Pergub No. 93 Tahun 1999 Keputusan Kepala Dinas Prop. No 079KPTSPP1999 Walikota Yogyakarta Dikpora Yogyakarta JBM Implementasi JBM Program  Kesadaran Masyarakat  Kepedulian Orangtua  Kedisiplinan Belajar  Prestasi Hasil Pelaksanaan  Kesadaran Masyarakat  Kepedulian Orangtua  Kedisiplinan Belajar  Prestasi 32 Dari kerangka berfikir di atas dapat dijelaskan bahwa Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 93 Tahun 1999 dan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi DI Yogyakarta No. 079 Tahun 1999 dijadikan dasar hukum pelaksanaan JBM. Pelaksanaan di tingkat kota dilaksanakan oleh Walikota dengan melimpahkan wewenangnya kepada Dikpora Kota Yogyakarta. Implementasi JBM kemudian dilaksanakan dan dievaluasi hasil pelaksanaanya dari berdasarkan tujuan, sasaran dan target serta program di dalamnya yang terdiri atas kesadaran masyarakat, kepedulian orangtua, kedisiplinan belajar dan prestasi. Pelaksanaan dan evaluasi juga harus dilihat efektifitas pelaksanaannya melalui kinerja SDM, pendanaan dan sarana prasarana yang mendukungnya.

G. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka pelaksanaan JBM? 2. Bagaimana kepedulian orangtua terhadap kebutuhan belajar peserta didik dalam pelaksanaan JBM? 3. Bagaimana kedisiplinan belajar peserta didik dalam pelaksanaan JBM? 4. Bagaimana prestasi belajar peserta didik setelah melaksanakan program JBM? 5. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat belajar peserta didik dalam pelaksanaan JBM? 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti di Kampung Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman kota Yogyakarta. Kampung ini terdiri dari tiga Rukun Tetangga RT dengan jumlah penduduk sekitar 93 kepala Keluarga KK. Pemilihan lokasi atau tempat penelitian di Kampung Kepuh, Klitren, Gondokusuman didasarkan pada kampung ini telah melaksanakan JBM hampir sekitar 8 tahun. Warga sebagian besar telah melaksanan JBM sesuai anjuran Pemerintah Kota Yogyakarta. Kampung Kepuh selain tidak terlalu jauh dari pusat kota, kampung ini juga banyak terdapat pondokankost bagi pelajar dan mahasiswa. Peneliti menganggap lokasi penelitian cukup baik untuk dijadikan tempat penelitian. Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember 2013. Dengan pemilihan bulan tersebut diharapkan JBM pada bulan tersebut akan berjalan dengan efektif untuk meningkatkan hasil evaluasi bagi peserta didikn yang berada di Kampung Kepuh, Kliteren, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitiannya adalah kualitatif, sifatnya deskriptif, dan dengan metode pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai bagaimana efektivitas pelaksanaan 34 program jam belajar masyarakat di Kampung Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman kota Yogyakarta, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu Penelitian kualitatif berguna untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Alasan dipilihnya adalah karena metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Penelitian kualitatif berupaya menghasilkan temuan yang benar-benar bermanfaat memerlukan perhatian yang serius terhadap berbagai hal yang dipandang perlu.

C. Sumber Data

Data yang akan ditelusuri dalam penelitian ini adalah data yang bersumber tokoh masyarakat, orangtua, dan peserta didik di Kampung Kepuh, Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Kriteria subyek: 1. Mengetahui kebijakan program JBM. 2. Terlibat langsung dalam pelaksanaan JBM. 3. Ikut terlibat berkoordinasi dalam kaitannya dengan kegiatan JBM. 4. Mengetahui kegiatan partisipasi orang tua peserta didik lainnya dalam pelaksanaan JBM.