Konsep Efektivitas KAJIAN PUSTAKA

14 mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat. Adapun teori implementasi dari Van Meter dan Van Horn 1994 menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya teori ini juga menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan kebijaksanaan dengan prestasi kerja performance. Menurut Grindle dalam Wibawa, 1994: 22 implementasi kebijakan pada dasarnya ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks kebijakan atau dalam studi implementasi akan melihat adanya dimensi atas suatu organisasi, yaitu tujuan, pelaksanaan tugas dan kaitan organisasi tersebut dengan lingkungan. Adapun yang menjadi ide dasar dari pemikiran tersebut adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan menjadi program aksi maupun proyek individual dan biaya telah disediakan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Akan tetapi, hal ini tidak lah selalu berjalan mulus, tergantung implementability dari program itu yang dapat dilihat pada isi dan konteks kebijakannya. Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan content of policy dan lingkungan implementasi context of implementation. Variabel isi kebijakan ini mencakup: 1 sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan; 2 jenis manfaat yang diterima oleh target group; 3 sejauh mana perubahan yang di inginkan dari sebuah kebijakan. 15 Suatu program yang bertujuan mengubah sikap dan prilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit diimplementasikan daripada sekedar program yang memberikan bantuan kredit atau bantuan beras kepada kelompok masyarakat miskin; 4 apakah letak sebuah program sudah tepat; 5 apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; dan 6 apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai. Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup: 1 seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; 2 karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; 3 tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran. Mengatakan Paula A. Sabatier dan Daniel Mazmanian dalam Wahab, 1997:81 bahwa analisis implementasi kebijakan negara adalah melakukan identifikasi variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan dari seluruh proses implementasi. Variabel yang dimaksud telah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: a. Kemudahan implementasi akan ditentukan oleh mudah tidaknya masalah yang akan digarap dan dikendalikan. b. Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi. c. Variabel di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi. Berdasarkan konsep di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan content of policy dan lingkungan implementasi context of 16 implementation. Sedangkan konteks kebijakan yang mempengaruhi adalah kekuasaan, kepentingan aktor, karakter lembaga dan kepatuhan dan responsivitas kelompok. Konten kebijakan dipengaruhi oleh kepentingan yang mempengaruhi, tipe masyarakat, derajat yang diharapkan, letak pengambilan kebijakan, pelaksanaan program dan sumber daya yang dilibatkan.

C. Konsep Belajar

1. Pengertian Belajar Membahas mengenai belajar sangatlah krusial, banyak masalah- masalah pendidikan yang berhubungan dengan belajar. Oleh karena itu dalam uraian di bawah ini peneliti akan mencoba untuk menuliskan beberapa teori yang diungkapkan oleh beberapa tokoh ahli. Slameto 2010:2 berpendapat “Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sugihartono, dkk 2007:74 berpendapat “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Trianto 2009:16 berpendapat belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Suwatno 2008:14 mengatakann “Belajar pada 17 dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik”. Kajian dari segi agama juga menekankan pentingnya untuk belajar dalam hal ini dilihat dari segi agama islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriaman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11 ﻗ اذإ اﻮ ﺁ ﺬ ا ﺎﻬ أ ﺎ اﻮﺤﺴ ﺗ ْ ﻜ ﻗ اذإو ْ ﻜ ﻪ ا ﺢﺴْ اﻮﺤﺴْﺎ ﺲ ﺎ ْا ْ ﻜْ اﻮ ﺁ ﺬ ا ﻪ ا ﻊ ْﺮ اوﺰﺸْﺎ اوﺰﺸْا نﻮ ْﻌﺗ ﺎ ﻪ او تﺎ رد ْﻌْا اﻮﺗوأ ﺬ او ﺮ ﺧ ١١ Yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman Apabila dikatakan kepadamu, Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan”. Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha seseorang atau individu yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh sesuatu pengetahuan, wawasan dan ketrampilan hidup untuk membentuk perilaku menuju arah yang lebih baik”. Dengan kata lain maka belajar berfungsi 18 dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, belajar dapat memperoleh bekal atau persiapan untuk bekerja yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 2. Jenis-Jenis Belajar Jenis-jenis belajar dapat dipaparkan sebagai berikut Slemeto, 2010 :5-8: a. Belajar bagian part learning, fractioned learning Umumnya belajar dilakukan olh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini idividu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lainya berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global. b. Belajar dengan wawasan learning by insight Konsep ini diperkenalkan oleh W.Kohler, salah seorang tokoh Psikologi Gestalt pada tahun 1971, wawasan insight ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi dan proses berfikir. c. Belajar diskriminatif dicriminatif learning Belajar diskriminati diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan kemudian menjadikanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.