Perlindungan Dan Penyelamatan Arsip dari Bencana

Arsip Nasional Republik Indonesia 12

C. Perlindungan Dan Penyelamatan Arsip dari Bencana

Perlindungan dan penyelamatan arsip di dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan dijelaskan pada bagian kedelapan pasal 33 sampai dengan 35, bahwa: 1. Negara menyelenggarakan perlindungan dan penyelamatan arsip milik negara yaitu arsip yang tercipta dari kegiatan lembaga negara dan kegiatan yang menggunakan sumber dana negara baik yang keberadaannya di dalam maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bahan pertanggungjawaban setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk kepentingan negara, pemerintahan, pelayanan publik, dan kesejahteraan rakyat, khususnya yang berkaitan dengan kependudukan, kewilayahan, kepulauan, perbatasan, perjanjian internasional, kontrak karya, dan masalah-masalah pemerintahan yang strategis. 2. Perlindungan dan penyelamatan yang dimaksud adalah dari bencana alam, bencana sosial, perang, tindakan kriminal serta tindakan kejahatan yang mengandung unsur sabotase, spionase, dan terorisme. 3. Pelaksanaan perlindungan dan penyelamatan arsip dikoordinasikan oleh ANRI dan pencipta arsip, dan pihak terkait. Akibat bencana nasional dilaksanakan oleh ANRI, pencipta arsip yang berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB. Akibat bencana yang tidak dinyatakan sebagai bencana nasional dilaksanakan oleh pencipta arsip, arsip daerah provinsi, danatau arsip daerah kabupatenkota yang berkoordinasi dengan BNPB. 4. Untuk arsip negara yang digabung danatau dibubarkan tanggung jawab penyelamatan arsipnya dilaksanakan oleh ANRI bersama dengan lembaga negara yang bersangkutan sejak penggabungan danatau pembubaran ditetapkan. Dalam hal terjadi penggabungan danatau pembubaran suatu satuan kerja perangkat daerah, pemerintah daerah mengambil tindakan untuk melakukan upaya penyelamatan arsip dari satuan kerja perangkat daerah tersebut. Upaya penyelamatan arsip dari satuan kerja perangkat daerah sebagai akibat penggabungan danatau pembubaran dilaksanakan oleh arsip daerah provinsi atau arsip daerah kabupatenkota sesuai dengan ruang lingkup fungsi dan tugas. Arsip Nasional Republik Indonesia 13

BAB III METODE PENGKAJIAN

Metode pengkajian yang dimaksud dalam bab ini adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono 2010:1-4 dengan sebutan metode penelitian. Tujuan pengkajian tersebut ada tiga macam yaitu bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan; dan kegunaan pengkajian untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Metode pengkajian yang digunakan dalam pengkajian perlindungan dan penyelamatan arsip dari bencana adalah menggunakan metode kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif, karena permasalahan sangat kompleks dan dinamis, serta perlu memahami situasi sosial secara mendalam. Pokok bahasan pada bab ini meliputi: tempat pengkajian, instrument pengkajian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Sugiyono 2010: 292-294.

A. Obyek Pengkajian

Obyek Pengkajian dilaksanakan pada empat daerah yang dilanda bencana, yaitu: Nanggroe Aceh Darusalam yang telah mengalami bencana tsunami, Sumatera Barat dan Yogyakarta yang mengalami bencana gempa bumi, dan Jawa Timur yang mengalami bencana lumpur lapindo.

B. Instrumen Pengkajian

Dalam pengkajian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat pengkajian adalah pengkaji itu sendiri atau anggota tim pengkaji Sugiyono 2010:222. Adapun anggota tim pengkajian perlindungan dan penyelamatan arsip dari bencana dapat dilihat pada Surat Keputusan Kepala ANRI Nomor: HK.01.02922011 tentang Tim Pengkajian Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Dari Bencana, Adalah anggota tim pengkajian, terlampir pada lampiran 1.