Pengaruh Tidak Langsung Indirect Effect dan Jumlah total pengaruh Total Effect. Pengaruh terbukanya kesempatan kerja X

lingkungan akan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam kondisi ini, pemerintah harus mampu menjaga lingkungan dari kerusakan, sehingga tingkat resiko yang dihadapi masyarakat akan semakin rendah, dan pada akhirnya masyarakat memiliki banyak waktu dan kesempatan memanfaatkan lingkungan seperti bertani, berkebun dan lain sebagainya sebagai sumber pendapatan mereka. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kerusakan lingkungan berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan masyarakat tidak diterima atau dengan kata lain hipotesis penelitian ini menolak H a dan menerima H o

4.7.4. Pengaruh Tidak Langsung Indirect Effect dan Jumlah total pengaruh Total Effect.

Untuk melihat pengaruh tidak langsung indirect effect dan jumlah total pengaruh Total effect dari hasil estimasi analisis jalur dapat disajikan pada table 4.32 berikut ini: Table 4.32. hasil estimasi analisis jalur Model Koefisien Jalur t Sig hitung R 2 pX 2 X 0,628 1 7.834 0,000 0,395 pYX 0,516 1 5,001 0,000 0,400 pYX 0,164 2 1,585 0,116 Sumber : data diolah 2012. Hasil analisis parsial dengan terbukanya lapangan kerja,kerusakan lingkungan sebagai variabel independen dan kesejahteraan masyarakat sebagai variabel dependen, diketahui bahwa terbukanya lapangan kerja berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat tingkat signifikansi 0.000 p 0,05. Sedangkan kerusakan lingkungan berpengaruh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat tingkat ketidaksignifikannya masing-masing 0,116 dan 0,000 p 0,05. Besarnya Universitas Sumatera Utara koefisien determinan R 2 Dengan demikian penelitian dapat dilanjutkan dengan modifikasi model untuk melihat pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari variabel independent terhadap variabel dependent. Modifikasi model berdasarkan hasil pengujian parsial dapat digambarkan dalam Struktur analisis jalur sebagai berikut: 0,387. Dari hasil yang di peroleh dapat di jelaskan bahwa, kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh indikator terbukanya lapangan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat menunjukkan ada hubungan, hanya tiga puluh Sembilan persen tetapi secara signifikansi tidak menunjukkan pengaruh antara variabel terbukanya lapangan kerja atas kesejahteraan masyarakat. Gambar 4.12. Analisis Jalur Path Analysis X 2 рX 2 X 1 = 0,628 РY 1 X 2 = 0,164 X 1 Y рYX 1 = 0,516 Universitas Sumatera Utara

4.7.5 Pengaruh terbukanya kesempatan kerja X

1 Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Y melalui Kerusakan Lingkungan X 2 Berdasarkan Gambar 4.12di atas terlihat bahwa pengaruh tidak langsung indirect effectn IE terbukanya lapangan kerja X 1 terhadap kesejahteraan masyarakat Y melalui kerusakan lingkungan X 2 adalah pX 2 X 1 pYX 2 = 0,628 0,164 = 0,103. Pengaruh Tidak Langsung berarti 10,3 maksudnya semakin banyak terbukanya lapangan kerja, akan semakin merusak lingkungan akhirnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Jadi total pengaruh variabel kegiatan penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat adalah PyX 1 + IE = 0,516 +0,103 = 0,618 atau 62 . Dengan demikian dapat disimpulkan yang bahwa total pengaruh terbukanya lapangan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kerusakan lingkungan adalah sebesar 62 . 4.7.6.Harga yang harus dibayar dalam setiap pengambilan galian Coleh pengusaha khususnya pasir, kerikil dan Koral Untuk menilai barang sumberdaya alam dapat digunakan pendekatan rente ekonomi economic rentatau disebut juga dengan harga neto, yaitu nilai yang harus dibayarkan kembali kepada Pemerintah sebagai agen yang memperhatikan kepentingan umum dan terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan Suparmoko,2006. Adapun nilai Rent yang diperoleh dari masing-masing objek yang diteliti dengan olahan data menggunakan reggresi dan excel 2007 adalah: Dari data hasil olahan diperoleh bahwa untuk masing masing wilayah pengambilan galian C perhari menunjukkan bahwa adanya perbedaan dalam setiap pengambilan bahan material di setiap lokasi tidak sama dengan lokasi lainya, ini tergantung pada permintaan pasar baik di kabupaten Aceh Utara ataupun kota Lhokseumawe dan juga permintaan sangat Universitas Sumatera Utara tergantung pada cuaca dikarena lokasi pengambilan galian C dipegunungan dan jalan yang dilalui truk pembawa material mengalami kerusakan yang sangat parah. Adapun data hasil olahan yang disajikan pada table 4.33dibawah sebagai berikut : Tabel 4.33. Jumlah produksi penambangan galian C di kabupaten Aceh Utara Sawang K.Makmur SP Kramat Langkahan Tanah Luas Nisam Cot Girek Q gal c 25 20 17 18 19 29 29 157 26 20 22 20 20 29 31 168 29 20 27 20 22 33 33 184 29 21 28 20 23 34 33 188 29 25 28 20 24 34 33 193 30 25 29 21 25 35 37 202 30 28 29 21 28 35 37 208 31 29 30 24 28 37 38 217 34 30 31 25 29 37 38 224 35 30 31 27 29 38 39 229 36 31 32 27 30 39 38 233 37 31 32 27 32 39 38 236 37 32 35 30 32 39 39 244 37 33 35 31 32 39 39 246 39 33 37 31 33 39 39 251 39 34 37 33 34 39 39 255 39 34 38 35 34 40 39 259 40 35 40 36 34 40 39 264 40 37 40 37 34 40 39 267 40 37 40 40 35 40 39 271 40 38 41 40 36 43 41 279 722 623 679 679 613 778 777 4871 Sumber : data diolah 2012 Dari data yang disajikan pada tabel4.33diatas dapat dijelaskan bahwa pengambilan galian C dimasing masing lokasi setiap harinya mengalami peningkatan, dan dari produksi yang dihasilkan tersebut dalam satu bulan sebanyak 4775 truk, dan untuk lokasi yang paling banyak pengambilannya berada pada daerah Nisam dengan produksi sebanyak 778 truk rata-rata dalam satu bulan dan menyusul lokasi Cot Girek dan sawang. Hal tersebut terjadinya pengambilan yang begitu besar galian C tersebut tidak terlepas dari longgarnya Universitas Sumatera Utara perizinan dan lokasi pengambilan mudah dijangkau serta jalan yang dilalui juga tidak mengalam kendala. Gambar 4.13. Data hasil regresi jumlah pengambilan galian C di Lokasi Kabupaten Aceh Utara Dari perhitungan melalui gambar 4.13. ini menunjukkan bahwa yang dominan pengambilan galian C ada pada daerah lokasi pengambilan di Nisam kabupaten Aceh Utara dengan jumlah pengambilan selama satu bulan adalah 778 truk, dan wilayah pengambilan yang terbanyak kedua adalah diwilayah Cot Girek. Dengan jumlah pengambilan 777 truk perhari, dan dari lokasi yang paling rendah dari keseluruhan lokasi adalah langkahan yaitu sebanyak 583 truk perbulan . 722 623 679 583 613 778 777 100 200 300 400 500 600 700 800 Sawang K.Makmur SP Kramat Langkahan Tanah Luas Nisam Cot Girek Universitas Sumatera Utara Gambar 4.14Grafik hasil pengambilan bahan material dalam satu hari Dari gambar yang disajikan diatas pada gambar 4.14 diatas menunjukkan bahwa ada hari hari tertentu pengambilan bahan material sangat besar jumlahnya seperti hari ke 20 atau pada akhir bulan, berarti bagi pemerintah selaku agen perlindungan lingkungan harus mengoptimalkan tenaga pajak untuk mengutip biaya restribusi dan lainnya. Disini juga kami sajikan tabel hasil analisis produksi yang dilakukan oleh pengusaha penambangan galian C mulia dari produksi perhari dari masing masing lokasi dikalikan dengan jumlah lokasi lalu dihitung masing masing biaya seperti ongkos total produksi, ongkos tetap produksi, ongkos total rata-rata produksi, biaya marginal dan biaya keuntungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.. Universitas Sumatera Utara Tabel :4.34. Data analisis dari produksi yang dilakukan pengusaha penambangan galain C Q Q² gal c FC gal c VC gal c TC gal c TR gal c AC gal c P gal c MC gal c gal c 157 24649 120000 23550000 23670000 64050000 350000 350000 150000 168 28224 120000 25200000 25320000 70000000 350000 350000 150000 184 33856 120000 27600000 27720000 80150000 350000 350000 150000 188 35344 120000 28200000 28320000 77350000 350000 350000 150000 193 37249 120000 28950000 29070000 78050000 350000 350000 150000 202 40804 120000 30300000 30420000 70000000 350000 350000 150000 208 43264 120000 31200000 31320000 84700000 350000 350000 150000 217 47089 120000 32550000 32670000 78750000 350000 350000 150000 224 50176 120000 33600000 33720000 78050000 350000 350000 150000 229 52441 120000 34350000 34470000 82950000 350000 350000 150000 233 59729 120000 34950000 35070000 84700000 350000 350000 150000 236 55696 120000 35400000 35520000 77700000 350000 350000 150000 244 59536 120000 36600000 36720000 79800000 350000 350000 150000 246 60516 120000 36900000 37020000 82950000 350000 350000 150000 251 63001 120000 37650000 37770000 81200000 350000 350000 150000 255 65075 120000 38250000 38370000 82250000 350000 350000 150000 259 67081 120000 38850000 38970000 81900000 350000 350000 150000 264 69696 120000 39600000 39720000 82950000 350000 350000 150000 267 71289 120000 40050000 40170000 77000000 350000 350000 150000 271 73441 120000 40650000 40770000 87150000 350000 350000 150000 279 77841 120000 41850000 41970000 83307894 350000 350000 150000 4871 1105997 120000 716250000 718770000 1664957894 7350000 350000 3007500 Sumber : data diolah 2012 Keterangan : Q gal c = Quantity , FC gal c = Fixed costs, VC gal c = Variabel Costs, TC gal c TR = Total Costs, gal c = Total revenue, AC gal c = Average Costs, P gal c = Price dan MC gal c Costs. = Marginal Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 4.34 diatas merupakan data aktual dari hasil analisis gabungan kegiatan usaha galian C pada enam kegiatan lokasi penambangan,dari penjelasan tabel diatas khususnya Jumlah kuantity di kalikan harga maka menimbulkan jumlah total revenue seperti yang disajikan pada gambar 4.15dibawah ini, adapun gambar grafik dapat disajikan dibawah ini: Gambar 4.15 : Hasil dari regresi Dari hasil gambar 4.15 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah produksi Q perbulan selama 21 hari kerja.Menunjukkan bahwa grafik rata-rata meningkat khususnya tingkat jumlah penjualan sehingga total revenue TR pada gambar tersebut meningkat dari hari kahari , berarti setiap saat pengambilan bahan galian terus meningkat seperti yang diperlihatkan pda grafik diatas pada akhir bulan. Untuk mencari nilai hasil total cost yang didapat dari hasil analisis data dapat dilihat pada sajian dibawah ini dalam bentuk gambar dibawah ini. Bi aya P Jumlah Produksi Perbulan Universitas Sumatera Utara Biaya 1 2 Q 3 FC 4 12 VC TC Gambar :4.16. Hasil total costs TC untuk pengambilan galian C setelah dijumlahkan dengan biaya lainnya Dari data yang disajikan pada gambar 4.16 ditas dapat dideskripsikan bahwa total cost untuk setiap pengambilan galain C dapat dijelaskan bahwa kurva TFC, yang menggambarkan ongkos tetap total, untuk gambar kurva TVC , yang menggambarkan ongkos berubah total, dan untuk kurva TC , yang menggambarkan ongkos total. Untuk kurva TFC bentuknya Horizontal karena nilainya selalu tidak berubah walau beberapapun banyaknya barang galian C yang diproduksikannya. Sedangkan kurva TVC bermula dari titik 1 dan semakin lama semakin bertambah tinggi . ini menggambarkan bahwa waktu tidak produksi TVC sama dengan 0, dan semakin besar produksi semakin besar nilai ongkos berubah total TVC. Sedangkan kurva TV adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC. Universitas Sumatera Utara Biaya 1 2 Q 3 FC 4 47 TC Gambar :4.17 Biaya ongkos total rata-rata dalam memproduksi galian c dari gabungan usaha penambangan Dari data yang ada pada gambar 4 .17 diatas menunjukkan bahwa kurva FC selalu tetap dan akan berubah apabila jumlah produksi Q meningkat. Dari analisis data yang ada untuk melihat keuntungan dari masing-masing penambangan galian C maka didapat hasilnya dituangkan dalam bentuk gambar 4.18 seperti disajikan dibawah ini. Dapat dijelaskana bahwa titik TR berada diatas ini tidak terlepas dari banyaknya jumlah biaya material, dan titik TC dibawah titik TR dikarena jumlah biaya total, yaitu julah dari keseluruhan biaya produksi dan juga bias dilihat dari gambar grafik tersebut bahwa titik keutungan berada hampir ditengah diantara dua titik TC dan TR. Universitas Sumatera Utara Biaya 1 2 Q 3 12 TC TR Gambar 4.18. Merupakan gambar dari pencarian keuntungan dari gabungan Pengusaha penggalian galian c Dari gambar 4.18 dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang bergerak dibidang penambangan galain C ada keuntungan sebesar 957.030.000, ini bisa dilihat dari grafik yang disajika pada gambar 4.17 , dimana TR dikurangi TC maka didapat keuntungan yaitu TC arahnya naik pada TR dan menurun pada titik keuntungan . Maka harga kuntungan tersebut lebih layak bagi pemerintah daerah untuk mengutip pajak seperti kanun daerah Aceh utara , karena keuntungan tersebut sudah berlaku harga pasar. Ada metode lain untuk mengkaji harga yang layak dengan kata lain dengan menghitung unit rent diantaranya: Dengan diketahui harga pasar pasir sebesar Rp.350.000truk. Dalam kegiatan itu telah dihitung pula keseluruhan biaya produksi sebesar Rp.270.000,- trukdengan jumlah muatan per truk 4 m 3 .Dapat dihitung unit rent kegiatan produksi pasir sebesar Rp.87.500,- 4 m 3. Dengan demikian berarti bila dihitung dengan unit persen menjadi 25 . Universitas Sumatera Utara Perhitungan unit rent koral pada tahun 2012 untuk kabupaten Aceh Utara dalam provinsi Aceh dapat dijelaskan dibawah ini sebagai berikut. Hasil analisa untuk mengetahui harga pasar koral sebesar Rp.550.000 truk. Dalam kegiatan itu telah dihitung pula keseluruhan biaya produksi sebesar Rp.375.000,- truk, sehingga dapat dihitung unit rent kegiatan produksi koral sebesar Rp.137.500,- truk . Dengan demikian berarti bila dihitung dengan unit persen menjadi 25 . Adapun Untuk mengetahui harga pasar kerikil sebesar Rp.550.000truk. Dalam kegiatan itu telah dihitung pula keseluruhan biaya produksi sebesar Rp.445.000,-truk , hasil dapat dihitung unit rent kegiatan produksi koral sebesar Rp.137.500,- truk . Dari pembahasan diatas menunjukkan bahwa masing-masing galian C yang dinilai yaitu pasir, koral dan kerikil dengan masing-masing nilai adalah untuk Pasir nilai unit Rent yang harus dibayar oleh pengausaha pada Pemerintah sebagai agen yang memperhatikan kepentingan umum dan terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan yaitu Pasir 25 dari harga yang berlaku dipasar. Dengan demikian berarti bila dihitung dengan unit persen menjadi 25 . Untuk penilaian unit rent dari unsur galian C koral adalah 25 dari nilai penjualan galian C berupa koral di pasar. Untuk penilaian unitrent dari kerikil sebesar 25 dari harga jual dipasar. Hasil dari olahan data tentang galian C berupa pasirdapat disajikan pada gambar4.19 menunjukkan bahwa kurva biaya kelangkaan galian C berupa pasir Universitas Sumatera Utara Biaya 1 2 Q 20.000 3 BMK + BMS 40.000 60.000 Harga 4 80.000 Gambar 4.19 Galian Pasir Adanya peningkatan penggunaan sumberdaya alam khususnya galian C di kabupaten Aceh Utara yaitu rata-rata untuk pasir dalam satu bulan adalah 231 truk , dan untuk harga rata-rata per unit truk yang dibeli oleh agen pada masyarakat pekerja tambang adalah Rp. 142.857. Sedang untuk harga rata-rata dipasar atau konsumen akhir adalah sebesar Rp.507.142, maka biaya kelangkaan yang harus dibayar oleh pengusaha tambang pada pemerintah daerah dengan penambahan Biaya marjinal kelangkaan BMK di tambah dengan Biaya Marjinal Sosial BMS adalah sebesar Rp.20.000 pertruk, hal tersebut disajikan pada diagram 4.1 diatas Universitas Sumatera Utara Biaya 1 3 Q Hp 143 4 PMC 286 507 2 Harga Hps Gambar 4.20 galian pasir Biaya Private Marjinal Cost PMC disajikan pada diagram 4.2 diatas adalah biaya produksi yang dihasilkan oleh pengusaha penambangan galian C berupa pasir dengan harga dalam satu truk adalah Rp. 143.000. terus penggunaannya meningkat sehingga diyakini akan terjadi pengrusakan lingkungan, ini tidak terlepas dari hukum permintaan yaitu “ apabila harga naik maka jumlah barang yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta akan mengalami kenaikan “. Dalam hukum permintaan jumlah barang yang diminta akan berbanding terbalik dengan tingkat harga barang.Kenaikan harga barang akan menyebabkan berkurangnya jumlah barang yang diminta. Hal ini dikarenakan naiknya harga menyebabkan turunya daya beli konsumen dan akan berakibat berkurangnya jumlah permintaan. Untuk menjawab tantangan dimasa yang akan datang pemerintah daerah perlu mengkaji sektor ekonomi lingkungan ini yaitu barang substitusi dengan tujuan mengurangi ekploitasi galian C, sehingga lingkungan tidak mengalami degradasi atau lebih baik dengan reboisasi Universitas Sumatera Utara demi menjadi keseinambungan lingkungan atau sastainable. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini. Biaya 1 2 Q 20 3 Hps 507 Biaya Rent 4 149 527 547 267 587 Biaya kelangkaan BMK + BMS PMC PMC + BMS A B Harga Gambar 4.21 galian pasir. Dari gambar 4.3 diatas dapat dijelaskan bahwa BMK ditambah biaya marjinal sosial BMS adalah biaya kelangkaan dan sosial yang harus dibayar oleh setiap pengusaha penambang galian C berupa pasir, hal tersebut untuk menjamin adanya pengurangan penambangan yang terus dilakukan tanpa adanya reboisasi atau membuat tempat bekas pengambilan galian C tidak menjadi sumur tua yang setiap saat mengamcam warga, seandainya garis BMK ditambah BMS terus dipertahankan maka biaya titik Bakan bergeser ke titik A maka harga pasar untuk pasir adalah sebesar Rp.587.000 truk dari harga semula sebelum dibebankan harga kelangkaan dan sosial Rp.507.000,hal tersebut menunjukkan bahwa keadaan lingkungan akan terjaga. Hal tersebut seperti yang dikemukan oleh Mangkoesoebroto:1993. Universitas Sumatera Utara Hasil pencarian harga rent dan biaya kelangkaan untuk golongan galian C berupa kerikil adalah dapat digambarkan dengan diagram sbb : Biaya 1 2 Q 31.000 3 BMK + BMS 62.000 93.000 Harga 4 124.000 Gambar 4.22 Kerikil Dari garfik yang disajikan pada diagram 5.4 dapat dideskripsikan bahwa Biaya Marjinal Kelangkaan BMK di tambah dengan biaya marjinal sosial BMS maka akan melahirkan biaya sosial sebesar Rp.31.000 dalam 1 kubik dan bila biasanya pengusaha dalam menjual ke konsumen akhir sebanyak 4 kubik dalam satu truk, berarti biaya yang timbul untuk biaya kelangkaan dan sosial untuk sektor galian C beruapa kerikil adalah sebesar Rp.124.000 Universitas Sumatera Utara 31.000 Hp 174 Biaya 1 3 Q 4 PMC 2 Harga Hps Gambar 4.23 galian kerikil Dari gambar 4.5 diatas menunjukkan bahwa biaya Privat marginal cost PMC sebesar Rp.174.000 , harga tersebut merupakan biaya produksi per satu truk galian kerikil saat pengusaha membeli pada penambang galian di lokasi pengambilan galian C yaitu dalam satu truk berisi empat kubik kerikil. Untuk melihat keseluruhan biaya yang timbul dari pengambilan galian C berupa kerikil disajikan pada gambar 4.6 dibawah ini. Biaya kelangkaan yang timbul dari penjumlahan Biaya Marjinal Kelangkaan BMK di tambah dengan Biaya Marjinal sosial BMS maka jumlah biaya tersebut bisa dilihat dari perpotongan titik B ke perpotongan titik A , jumlah biaya kelangkaan yang harus dibayar oleh pengusaha galian pada pemerintah daerah sebagai agen pengelola lingkungan yaitu sebesar Rp 124.000 dengan biaya rent Universitas Sumatera Utara sebesar Rp.31.000truk yaitu empat kubik Biaya 1 2 Q 31 Hp. 174 3 Hps 536 Biaya Rent 4 Biaya kelangkaan BMK + BMS PMC PMC + BMK 567 598 629 660 A B Gambar 4.24 galian kerikil Hasil dari analisa dari penambangan galian C berupa koral dengan harga kelangkaan sebesar Rp.30.000,-, hal tersebut dapat dilihat pada diagram 4.7 dibawah Ini : Biaya 1 2 Q 30 3 BMK + BMS 60 90 Harga 4 120 Gambar 4.25 galian koral Universitas Sumatera Utara Pada diagram 4.7 dari grafik permintaan menunjukkan bahwa Biaya Marjinal Kelangkaan BMK ditambah Biaya Marjinal Sosial BMS menunjukkan jumlah biaya tersebut adalah Rp.30.000 Kubik, berarti jumlah dalam satu truk galian C beruapa koral adalah sebesar Rp.120.000 untuk satu truk dengan jumlah empat kubik koral 30 Hp 209 Biaya 1 3 Q 4 PMC 2 Hps Gambar 4.26 galian koral Untuk menentukan Biaya privat marjinal Cost PMC adalah dengan melihat rata rata harga produksi yang dihasilkan dari galian C koral di kabupaten Aceh Utara dengan beberapa titik pengambilan maka harga produksi yang timbul adalah Rp.209.000 truk dengan jumlah empat kubik seperti yang disajikan pada diagram 4.8 diatas. Universitas Sumatera Utara 30 Hp 209 Hps 570 Biaya 1 2 Q 3 Biaya Rent 4 Biaya kelangkaan BMK + BMS PMC PMC + BMJ 600 630 660 690 A B Gambar 4.27 galian C koral Untuk membuktikan biaya yang timbul dari pengambilan galian C berupa koral dapat dilihat pada diagram 4.9 diatas. Untuk biaya kelangkaan dan biaya sosial koral adalah Rp.120.000 yang harus dibayarkan oleh pengusaha pada pemerintah daerah hal tersebut dapat dilihat dimana titik B ke titik A merupakan jumlah maksimum yang harus dibayar oleh pengusaha berupa biaya kelangkaan dan biaya sosial , untuk biaya unit rent dari masing masing per kubik adalah sebesar Rp. 30.000 hal tersebut menunjukkan bahwa untuk menjaga adanya kesinambungan lingkungan Sustanaibel dimasa yang akan datang maka Pemerintah harus melihat bagaimana biaya setiap golongan galian C seperti pasir, kerikil dan koral adanya biaya kelangkaan dan sosial yang harus dipikul oleh pengusaha untuk tidak terabaikan kerusakan lingkungan begitu saja. Universitas Sumatera Utara

4.7.7 Uji t Pengujian secara parsial