lingkungan akan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam kondisi ini, pemerintah harus mampu menjaga lingkungan dari kerusakan, sehingga
tingkat resiko yang dihadapi masyarakat akan semakin rendah, dan pada akhirnya masyarakat memiliki banyak waktu dan kesempatan
memanfaatkan lingkungan seperti bertani, berkebun dan lain sebagainya sebagai sumber pendapatan mereka. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
kerusakan lingkungan berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan masyarakat tidak diterima atau dengan kata lain hipotesis penelitian ini menolak H
a
dan menerima H
o
4.7.4. Pengaruh Tidak Langsung Indirect Effect dan Jumlah total pengaruh Total Effect.
Untuk melihat pengaruh tidak langsung indirect effect dan jumlah total pengaruh Total effect dari hasil estimasi analisis jalur dapat disajikan pada table 4.32 berikut ini:
Table 4.32. hasil estimasi analisis jalur Model
Koefisien Jalur
t Sig
hitung
R
2
pX
2
X 0,628
1
7.834 0,000
0,395 pYX
0,516
1
5,001 0,000
0,400 pYX
0,164
2
1,585 0,116
Sumber : data diolah 2012. Hasil analisis parsial dengan terbukanya lapangan kerja,kerusakan lingkungan sebagai
variabel independen dan kesejahteraan masyarakat sebagai variabel dependen, diketahui bahwa terbukanya lapangan kerja berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan
masyarakat tingkat signifikansi 0.000 p 0,05. Sedangkan kerusakan lingkungan berpengaruh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat
tingkat ketidaksignifikannya masing-masing 0,116 dan 0,000 p 0,05. Besarnya
Universitas Sumatera Utara
koefisien determinan R
2
Dengan demikian penelitian dapat dilanjutkan dengan modifikasi model untuk melihat pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari variabel independent terhadap
variabel dependent. Modifikasi model berdasarkan hasil pengujian parsial dapat digambarkan dalam Struktur analisis jalur sebagai berikut:
0,387. Dari hasil yang di peroleh dapat di jelaskan bahwa, kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh indikator terbukanya lapangan kerja terhadap
kesejahteraan masyarakat menunjukkan ada hubungan, hanya tiga puluh Sembilan persen tetapi secara signifikansi tidak menunjukkan pengaruh antara variabel terbukanya lapangan
kerja atas kesejahteraan masyarakat.
Gambar 4.12. Analisis Jalur Path Analysis
X
2
рX
2
X
1
= 0,628 РY
1
X
2
= 0,164
X
1
Y
рYX
1
= 0,516
Universitas Sumatera Utara
4.7.5 Pengaruh terbukanya kesempatan kerja X
1
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Y melalui Kerusakan Lingkungan X
2
Berdasarkan Gambar 4.12di atas terlihat bahwa pengaruh tidak langsung indirect effectn IE terbukanya lapangan kerja X
1
terhadap kesejahteraan masyarakat Y melalui kerusakan lingkungan X
2
adalah pX
2
X
1
pYX
2
= 0,628 0,164 = 0,103. Pengaruh Tidak Langsung berarti 10,3 maksudnya semakin banyak terbukanya lapangan kerja,
akan semakin merusak lingkungan akhirnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Jadi total pengaruh variabel kegiatan penambangan galian C terhadap
kesejahteraan masyarakat adalah PyX
1
+ IE = 0,516 +0,103 = 0,618 atau 62 . Dengan demikian dapat disimpulkan yang bahwa total pengaruh terbukanya lapangan kerja
terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kerusakan lingkungan adalah sebesar 62 .
4.7.6.Harga yang harus dibayar dalam setiap pengambilan galian Coleh pengusaha khususnya pasir, kerikil dan Koral
Untuk menilai barang sumberdaya alam dapat digunakan pendekatan rente ekonomi economic rentatau disebut juga dengan harga neto, yaitu nilai yang harus dibayarkan
kembali kepada Pemerintah sebagai agen yang memperhatikan kepentingan umum dan terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan Suparmoko,2006. Adapun nilai Rent
yang diperoleh dari masing-masing objek yang diteliti dengan olahan data menggunakan reggresi dan excel 2007 adalah:
Dari data hasil olahan diperoleh bahwa untuk masing masing wilayah pengambilan galian C perhari menunjukkan bahwa adanya perbedaan dalam setiap pengambilan bahan material
di setiap lokasi tidak sama dengan lokasi lainya, ini tergantung pada permintaan pasar baik di kabupaten Aceh Utara ataupun kota Lhokseumawe dan juga permintaan sangat
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada cuaca dikarena lokasi pengambilan galian C dipegunungan dan jalan yang dilalui truk pembawa material mengalami kerusakan yang sangat parah. Adapun data hasil
olahan yang disajikan pada table 4.33dibawah sebagai berikut : Tabel 4.33. Jumlah produksi penambangan galian C di kabupaten Aceh Utara
Sawang K.Makmur
SP Kramat
Langkahan Tanah
Luas Nisam
Cot Girek
Q
gal c
25 20
17 18
19 29
29 157
26 20
22 20
20 29
31 168
29 20
27 20
22 33
33 184
29 21
28 20
23 34
33 188
29 25
28 20
24 34
33 193
30 25
29 21
25 35
37 202
30 28
29 21
28 35
37 208
31 29
30 24
28 37
38 217
34 30
31 25
29 37
38 224
35 30
31 27
29 38
39 229
36 31
32 27
30 39
38 233
37 31
32 27
32 39
38 236
37 32
35 30
32 39
39 244
37 33
35 31
32 39
39 246
39 33
37 31
33 39
39 251
39 34
37 33
34 39
39 255
39 34
38 35
34 40
39 259
40 35
40 36
34 40
39 264
40 37
40 37
34 40
39 267
40 37
40 40
35 40
39 271
40 38
41 40
36 43
41 279
722 623
679 679
613 778
777 4871
Sumber : data diolah 2012 Dari data yang disajikan pada tabel4.33diatas dapat dijelaskan bahwa pengambilan
galian C dimasing masing lokasi setiap harinya mengalami peningkatan, dan dari produksi yang dihasilkan tersebut dalam satu bulan sebanyak 4775 truk, dan untuk lokasi yang
paling banyak pengambilannya berada pada daerah Nisam dengan produksi sebanyak 778 truk rata-rata dalam satu bulan dan menyusul lokasi Cot Girek dan sawang. Hal tersebut
terjadinya pengambilan yang begitu besar galian C tersebut tidak terlepas dari longgarnya
Universitas Sumatera Utara
perizinan dan lokasi pengambilan mudah dijangkau serta jalan yang dilalui juga tidak mengalam kendala.
Gambar 4.13. Data hasil regresi jumlah pengambilan galian C di Lokasi Kabupaten Aceh Utara
Dari perhitungan melalui gambar 4.13. ini menunjukkan bahwa yang dominan pengambilan galian C ada pada daerah lokasi pengambilan di Nisam kabupaten Aceh Utara
dengan jumlah pengambilan selama satu bulan adalah 778 truk, dan wilayah pengambilan yang terbanyak kedua adalah diwilayah Cot Girek. Dengan jumlah pengambilan 777 truk
perhari, dan dari lokasi yang paling rendah dari keseluruhan lokasi adalah langkahan yaitu
sebanyak 583 truk perbulan .
722 623
679 583
613 778
777
100 200
300 400
500 600
700 800
Sawang K.Makmur
SP Kramat
Langkahan Tanah
Luas Nisam
Cot Girek
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.14Grafik hasil pengambilan bahan material dalam satu hari Dari gambar yang disajikan diatas pada gambar 4.14 diatas menunjukkan bahwa
ada hari hari tertentu pengambilan bahan material sangat besar jumlahnya seperti hari ke 20 atau pada akhir bulan, berarti bagi pemerintah selaku agen perlindungan lingkungan harus
mengoptimalkan tenaga pajak untuk mengutip biaya restribusi dan lainnya. Disini juga kami sajikan tabel hasil analisis produksi yang dilakukan oleh
pengusaha penambangan galian C mulia dari produksi perhari dari masing masing lokasi dikalikan dengan jumlah lokasi lalu dihitung masing masing biaya seperti ongkos total
produksi, ongkos tetap produksi, ongkos total rata-rata produksi, biaya marginal dan biaya keuntungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini..
Universitas Sumatera Utara
Tabel :4.34. Data analisis dari produksi yang dilakukan pengusaha penambangan galain C
Q Q²
gal c
FC
gal c
VC
gal c
TC
gal c
TR
gal c
AC
gal c
P
gal c
MC
gal c gal c
157 24649
120000 23550000
23670000 64050000
350000 350000
150000 168
28224 120000
25200000 25320000
70000000 350000
350000 150000
184 33856
120000 27600000
27720000 80150000
350000 350000
150000 188
35344 120000
28200000 28320000
77350000 350000
350000 150000
193 37249
120000 28950000
29070000 78050000
350000 350000
150000 202
40804 120000
30300000 30420000
70000000 350000
350000 150000
208 43264
120000 31200000
31320000 84700000
350000 350000
150000 217
47089 120000
32550000 32670000
78750000 350000
350000 150000
224 50176
120000 33600000
33720000 78050000
350000 350000
150000 229
52441 120000
34350000 34470000
82950000 350000
350000 150000
233 59729
120000 34950000
35070000 84700000
350000 350000
150000 236
55696 120000
35400000 35520000
77700000 350000
350000 150000
244 59536
120000 36600000
36720000 79800000
350000 350000
150000 246
60516 120000
36900000 37020000
82950000 350000
350000 150000
251 63001
120000 37650000
37770000 81200000
350000 350000
150000 255
65075 120000
38250000 38370000
82250000 350000
350000 150000
259 67081
120000 38850000
38970000 81900000
350000 350000
150000 264
69696 120000
39600000 39720000
82950000 350000
350000 150000
267 71289
120000 40050000
40170000 77000000
350000 350000
150000 271
73441 120000
40650000 40770000
87150000 350000
350000 150000
279 77841
120000 41850000
41970000 83307894
350000 350000
150000 4871 1105997
120000 716250000 718770000 1664957894 7350000
350000 3007500
Sumber : data diolah 2012 Keterangan
: Q
gal c
= Quantity , FC
gal c
= Fixed costs, VC
gal c
= Variabel Costs, TC
gal c
TR = Total Costs,
gal c
= Total revenue, AC
gal c
= Average Costs, P
gal c
= Price dan MC
gal c
Costs. = Marginal
Universitas Sumatera Utara
Data yang disajikan pada tabel 4.34 diatas merupakan data aktual dari hasil analisis gabungan kegiatan usaha galian C pada enam kegiatan lokasi penambangan,dari
penjelasan tabel diatas khususnya Jumlah kuantity di kalikan harga maka menimbulkan jumlah total revenue seperti yang disajikan pada gambar 4.15dibawah ini, adapun gambar
grafik dapat disajikan dibawah ini:
Gambar 4.15 : Hasil dari regresi Dari hasil gambar 4.15 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah produksi Q perbulan
selama 21 hari kerja.Menunjukkan bahwa grafik rata-rata meningkat khususnya tingkat jumlah penjualan sehingga total revenue TR pada gambar tersebut meningkat dari hari
kahari , berarti setiap saat pengambilan bahan galian terus meningkat seperti yang diperlihatkan pda grafik diatas pada akhir bulan.
Untuk mencari nilai hasil total cost yang didapat dari hasil analisis data dapat dilihat pada sajian dibawah ini dalam bentuk gambar dibawah ini.
Bi aya
P
Jumlah Produksi Perbulan
Universitas Sumatera Utara
Biaya
1 2
Q 3
FC
4
12
VC TC
Gambar :4.16. Hasil total costs TC untuk pengambilan galian C setelah dijumlahkan dengan biaya lainnya
Dari data yang disajikan pada gambar 4.16 ditas dapat dideskripsikan bahwa total cost untuk setiap pengambilan galain C dapat dijelaskan bahwa kurva TFC, yang
menggambarkan ongkos tetap total, untuk gambar kurva TVC , yang menggambarkan ongkos berubah total, dan untuk kurva TC , yang menggambarkan ongkos total. Untuk
kurva TFC bentuknya Horizontal karena nilainya selalu tidak berubah walau beberapapun banyaknya barang galian C yang diproduksikannya. Sedangkan kurva TVC bermula dari
titik 1 dan semakin lama semakin bertambah tinggi . ini menggambarkan bahwa waktu tidak produksi TVC sama dengan 0, dan semakin besar produksi semakin besar nilai
ongkos berubah total TVC. Sedangkan kurva TV adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC.
Universitas Sumatera Utara
Biaya
1 2
Q 3
FC
4
47
TC
Gambar :4.17 Biaya ongkos total rata-rata dalam memproduksi galian c dari gabungan usaha penambangan
Dari data yang ada pada gambar 4 .17 diatas menunjukkan bahwa kurva FC selalu tetap dan akan berubah apabila jumlah produksi Q meningkat. Dari analisis data yang ada
untuk melihat keuntungan dari masing-masing penambangan galian C maka didapat hasilnya dituangkan dalam bentuk gambar 4.18 seperti disajikan dibawah ini. Dapat
dijelaskana bahwa titik TR berada diatas ini tidak terlepas dari banyaknya jumlah biaya material, dan titik TC dibawah titik TR dikarena jumlah biaya total, yaitu julah dari
keseluruhan biaya produksi dan juga bias dilihat dari gambar grafik tersebut bahwa titik keutungan berada hampir ditengah diantara dua titik TC dan TR.
Universitas Sumatera Utara
Biaya
1 2
Q 3
12
TC TR
Gambar 4.18. Merupakan gambar dari pencarian keuntungan dari gabungan Pengusaha penggalian galian c
Dari gambar 4.18 dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang bergerak dibidang penambangan galain C ada keuntungan sebesar 957.030.000, ini bisa dilihat dari grafik
yang disajika pada gambar 4.17 , dimana TR dikurangi TC maka didapat keuntungan yaitu TC arahnya naik pada TR dan menurun pada titik keuntungan . Maka harga kuntungan
tersebut lebih layak bagi pemerintah daerah untuk mengutip pajak seperti kanun daerah Aceh utara , karena keuntungan tersebut sudah berlaku harga pasar.
Ada metode lain untuk mengkaji harga yang layak dengan kata lain dengan menghitung unit rent diantaranya:
Dengan diketahui harga pasar pasir sebesar Rp.350.000truk. Dalam kegiatan itu telah dihitung pula keseluruhan biaya produksi
sebesar Rp.270.000,- trukdengan jumlah muatan per truk 4 m
3
.Dapat dihitung unit rent kegiatan produksi pasir sebesar Rp.87.500,- 4 m
3.
Dengan demikian berarti bila dihitung dengan unit persen menjadi 25 .
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan unit rent koral pada tahun 2012 untuk kabupaten Aceh Utara dalam provinsi Aceh dapat dijelaskan dibawah ini sebagai berikut.
Hasil analisa untuk mengetahui harga pasar koral sebesar Rp.550.000 truk. Dalam kegiatan itu telah dihitung pula keseluruhan biaya produksi sebesar Rp.375.000,-
truk, sehingga dapat dihitung unit rent kegiatan produksi koral sebesar Rp.137.500,- truk
.
Dengan demikian berarti bila dihitung dengan unit persen menjadi 25 . Adapun Untuk mengetahui harga pasar kerikil sebesar Rp.550.000truk. Dalam kegiatan itu telah dihitung
pula keseluruhan biaya produksi sebesar Rp.445.000,-truk , hasil dapat dihitung unit rent kegiatan produksi koral sebesar Rp.137.500,- truk
.
Dari pembahasan diatas menunjukkan bahwa masing-masing galian C yang dinilai yaitu pasir, koral dan kerikil dengan masing-masing nilai adalah untuk Pasir nilai unit Rent
yang harus dibayar oleh pengausaha pada Pemerintah sebagai agen yang memperhatikan kepentingan umum dan terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan yaitu Pasir 25
dari harga yang berlaku dipasar. Dengan demikian berarti bila dihitung
dengan unit persen menjadi 25 .
Untuk penilaian unit rent dari unsur galian C koral adalah 25 dari nilai penjualan galian C berupa koral di pasar. Untuk penilaian unitrent dari kerikil sebesar 25
dari harga jual dipasar. Hasil dari olahan data tentang galian C berupa pasirdapat disajikan pada
gambar4.19 menunjukkan bahwa kurva biaya kelangkaan galian C berupa pasir
Universitas Sumatera Utara
Biaya
1 2
Q
20.000
3
BMK + BMS
40.000 60.000
Harga
4
80.000
Gambar 4.19 Galian Pasir Adanya peningkatan penggunaan sumberdaya alam khususnya galian C di
kabupaten Aceh Utara yaitu rata-rata untuk pasir dalam satu bulan adalah 231 truk , dan untuk harga rata-rata per unit truk yang dibeli oleh agen pada masyarakat pekerja tambang
adalah Rp. 142.857. Sedang untuk harga rata-rata dipasar atau konsumen akhir adalah sebesar Rp.507.142, maka biaya kelangkaan yang harus dibayar oleh pengusaha tambang
pada pemerintah daerah dengan penambahan Biaya marjinal kelangkaan BMK di tambah dengan Biaya Marjinal Sosial BMS adalah sebesar Rp.20.000 pertruk, hal tersebut
disajikan pada diagram 4.1 diatas
Universitas Sumatera Utara
Biaya
1 3
Q
Hp 143
4
PMC
286 507
2
Harga
Hps
Gambar 4.20 galian pasir Biaya Private Marjinal Cost PMC disajikan pada diagram 4.2 diatas adalah biaya produksi
yang dihasilkan oleh pengusaha penambangan galian C berupa pasir dengan harga dalam satu truk adalah Rp. 143.000. terus penggunaannya meningkat sehingga diyakini akan
terjadi pengrusakan lingkungan, ini tidak terlepas dari hukum permintaan yaitu “ apabila harga naik maka jumlah barang yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila
harga turun maka jumlah barang yang diminta akan mengalami kenaikan “. Dalam hukum permintaan jumlah barang yang diminta akan berbanding terbalik dengan tingkat harga
barang.Kenaikan harga barang akan menyebabkan berkurangnya jumlah barang yang diminta. Hal ini dikarenakan naiknya harga menyebabkan turunya daya beli konsumen dan
akan berakibat berkurangnya jumlah permintaan. Untuk menjawab tantangan dimasa yang akan datang pemerintah daerah perlu mengkaji
sektor ekonomi lingkungan ini yaitu barang substitusi dengan tujuan mengurangi ekploitasi galian C, sehingga lingkungan tidak mengalami degradasi atau lebih baik dengan reboisasi
Universitas Sumatera Utara
demi menjadi keseinambungan lingkungan atau sastainable. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini.
Biaya
1 2
Q
20
3
Hps 507
Biaya Rent
4
149 527
547 267
587
Biaya kelangkaan
BMK + BMS PMC
PMC + BMS
A
B Harga
Gambar 4.21 galian pasir. Dari gambar 4.3 diatas dapat dijelaskan bahwa BMK ditambah biaya marjinal
sosial BMS adalah biaya kelangkaan dan sosial yang harus dibayar oleh setiap pengusaha penambang galian C berupa pasir, hal tersebut untuk menjamin adanya pengurangan
penambangan yang terus dilakukan tanpa adanya reboisasi atau membuat tempat bekas pengambilan galian C tidak menjadi sumur tua yang setiap saat mengamcam warga,
seandainya garis BMK ditambah BMS terus dipertahankan maka biaya titik Bakan bergeser ke titik A maka harga pasar untuk pasir adalah sebesar Rp.587.000 truk dari
harga semula sebelum dibebankan harga kelangkaan dan sosial Rp.507.000,hal tersebut menunjukkan bahwa keadaan lingkungan akan terjaga. Hal tersebut seperti yang
dikemukan oleh Mangkoesoebroto:1993.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pencarian harga rent dan biaya kelangkaan untuk golongan galian C berupa kerikil adalah dapat digambarkan dengan diagram sbb :
Biaya
1 2
Q
31.000
3 BMK + BMS
62.000 93.000
Harga
4
124.000
Gambar 4.22 Kerikil Dari garfik yang disajikan pada diagram 5.4 dapat dideskripsikan bahwa
Biaya Marjinal Kelangkaan BMK di tambah dengan biaya marjinal sosial BMS maka akan melahirkan biaya
sosial sebesar Rp.31.000 dalam 1 kubik dan bila biasanya pengusaha dalam menjual ke konsumen akhir sebanyak 4 kubik dalam satu truk, berarti biaya yang timbul untuk biaya kelangkaan dan
sosial untuk sektor galian C beruapa kerikil adalah sebesar Rp.124.000
Universitas Sumatera Utara
31.000 Hp 174
Biaya
1 3
Q 4
PMC
2
Harga
Hps
Gambar 4.23 galian kerikil Dari gambar 4.5 diatas menunjukkan bahwa biaya Privat marginal cost PMC
sebesar Rp.174.000 , harga tersebut merupakan biaya produksi per satu truk galian kerikil saat pengusaha membeli pada penambang galian di lokasi pengambilan galian C yaitu
dalam satu truk berisi empat kubik kerikil. Untuk melihat keseluruhan biaya yang timbul dari pengambilan galian C berupa
kerikil disajikan pada gambar 4.6 dibawah ini. Biaya kelangkaan yang timbul dari penjumlahan Biaya Marjinal Kelangkaan BMK di tambah dengan Biaya Marjinal sosial
BMS maka jumlah biaya tersebut bisa dilihat dari perpotongan titik B ke perpotongan titik A , jumlah biaya kelangkaan yang harus dibayar oleh pengusaha galian pada pemerintah
daerah sebagai agen pengelola lingkungan yaitu sebesar Rp 124.000 dengan biaya rent
Universitas Sumatera Utara
sebesar Rp.31.000truk yaitu empat kubik
Biaya
1 2
Q
31 Hp. 174
3
Hps 536
Biaya Rent
4
Biaya kelangkaan
BMK + BMS PMC
PMC + BMK
567 598
629 660
A
B
Gambar 4.24 galian kerikil Hasil dari analisa dari penambangan galian C berupa koral dengan harga
kelangkaan sebesar Rp.30.000,-, hal tersebut dapat dilihat pada diagram 4.7 dibawah Ini :
Biaya
1 2
Q
30
3 BMK + BMS
60 90
Harga
4
120
Gambar 4.25 galian koral
Universitas Sumatera Utara
Pada diagram 4.7 dari grafik permintaan menunjukkan bahwa Biaya Marjinal Kelangkaan BMK ditambah Biaya Marjinal Sosial BMS menunjukkan jumlah biaya
tersebut adalah Rp.30.000 Kubik, berarti jumlah dalam satu truk galian C beruapa koral adalah sebesar Rp.120.000 untuk satu truk dengan jumlah empat kubik koral
30 Hp 209
Biaya
1 3
Q 4
PMC
2
Hps
Gambar 4.26 galian koral Untuk menentukan Biaya privat marjinal Cost PMC adalah dengan melihat rata
rata harga produksi yang dihasilkan dari galian C koral di kabupaten Aceh Utara dengan beberapa titik pengambilan maka harga produksi yang timbul adalah Rp.209.000 truk
dengan jumlah empat kubik seperti yang disajikan pada diagram 4.8 diatas.
Universitas Sumatera Utara
30
Hp 209 Hps 570
Biaya
1 2
Q 3
Biaya Rent
4
Biaya kelangkaan
BMK + BMS PMC
PMC + BMJ
600 630
660 690
A B
Gambar 4.27 galian C koral Untuk membuktikan biaya yang timbul dari pengambilan galian C berupa koral dapat
dilihat pada diagram 4.9 diatas. Untuk biaya kelangkaan dan biaya sosial koral adalah Rp.120.000 yang harus dibayarkan oleh pengusaha pada pemerintah daerah hal tersebut
dapat dilihat dimana titik B ke titik A merupakan jumlah maksimum yang harus dibayar oleh pengusaha berupa biaya kelangkaan dan biaya sosial , untuk biaya unit rent dari
masing masing per kubik adalah sebesar Rp. 30.000 hal tersebut menunjukkan bahwa untuk menjaga adanya kesinambungan lingkungan Sustanaibel dimasa yang akan datang maka
Pemerintah harus melihat bagaimana biaya setiap golongan galian C seperti pasir, kerikil dan koral adanya biaya kelangkaan dan sosial yang harus dipikul oleh pengusaha untuk
tidak terabaikan kerusakan lingkungan begitu saja.
Universitas Sumatera Utara
4.7.7 Uji t Pengujian secara parsial