Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah beralih fungsi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengalihan fungsi sekolah menurut pendapat Sanjaya 2010:5 adalah tuntutan masyarakat kepada sekolah agar sekolah tidak hanya membekali peserta didik dengan berbagai macam ilmu pengetahuan melainkan juga mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, serta membekali peserta didik agar dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Selanjutnya Print, sebagaimana dikutip oleh Sanjaya 2010, mengemukakan bahwa tuntutan tersebut dapat dipenuhi apabila sistem pendidikan khususnya sekolah, diatur oleh suatu kurikulum yang mengacu pada tiga konsep dasar, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran. Jadi kurikulum merupakan inti dari sebuah sistem pendidikan yang akan berfungsi dengan baik apabila tiga konsep dasar kurikulum direncanakan, disusun, dan dilaksanakan dengan baik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum di semua tingkat satuan pendidikan Sanjaya, 2010:127. Apabila KTSP dihubungkan dengan konsep dasar kurikulum, maka KTSP memiliki karakteristik yang sama dengan konsep dasar kurikulum. Salah satu karakteristik KTSP yang sesuai dengan konsep dasar kurikulum adalah KTSP merupakan kurikulum teknologis yang berarti bahwa di dalam kurikulum KTSP terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di sekolah untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar peserta didik mampu 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5 memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan Permendiknas di atas, maka tujuan pembelajaran matematika adalah membekali peserta didik dengan kemampuan matematika yang meliputi kemampuan pemahaman konsep matematika, penalaran, pemecahan masalah, komunikasi, dan sikap menghargai kegunaan matematika. Hudojo 2003:182 berpendapat bahwa permasalahan yang sering timbul dalam pembelajaran matematika adalah tidak sesuainya kemampuan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan oleh guru. Pernyataan tersebut berarti bahwa peserta didik tidak mampu menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kondisi ini menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar matematika sehingga mereka tidak menyukai pelajaran matematika. Muhsetyo 2008: 1.2 berpendapat bahwa jika peserta didik tidak menyukai pelajaran matematika, maka guru memerlukan upaya alternatif yang dapat menghubungkan kemampuan peserta didik dengan materi pelajaran yang disampaikan. Upaya tersebut adalah mencari dan memilih model pembelajaran matematika yang menarik, menggugah semangat, menantang, dan pada akhirnya menjadikan peserta didik cerdas di bidang matematika. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah atau PBL Problem Based Learning. Esensi pembelajaran dengan menggunakan model PBL adalah menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang otentik dan bermakna bagi peserta didik, yang dapat berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan peserta didik. Salah satu penelitian dengan menggunakan model PBL adalah penelitian yang dilakukan oleh Mustafa 2008. Hasil penelitian Mustafa menyebutkan bahwa kemampuan konseptual pemahaman konsep dan kemampuan kuantitatif matematika dapat dicapai melalui pembelajaran menggunakan model PBL. Penelitian dengan menggunakan model PBL juga dilakukan oleh Suci 2008. Hasil penelitian Suci menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan aktivitas partisipasi mahasiswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar KBM, meningkatkan hasil belajar mata kuliah teori akuntansi, dan mendapat respon positif dari mahasiswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna. Berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut, diketahui bahwa model PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik. Konsep belajar model PBL adalah konsep belajar kontruktivisme Arends, 2008:48. Dalam proses pembelajaran PBL dengan konsep belajar kontruktivisme, guru kadang-kadang masih terlibat dalam kegiatan presentasi dan menjelaskan berbagai hal kepada peseta didik, tetapi lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga peserta didik dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Wayan 2007 berpendapat bahwa konsep kontruktivisme dalam belajar dapat diwujudkan dengan bantuan media pembelajaran yang berperan sebagai media mediated instruction yaitu pembawa informasi dari sumber guru menuju penerima peserta didik. Salah satu media pembelajaran yang efektif untuk digunakan oleh guru adalah LKPD Lembar Kerja Peserta Didik yang dipadukan dengan slide show power point yang memenuhi kriteria kontruktivisme sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan peserta didik melalui aktivitas belajar yang dirumuskan dalam LKPD. Kemampuan peserta didik dalam pelajaran matematika tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan matematika saja. Namun, faktor aktivitas belajar dan faktor diri self juga turut berpengaruh terhadap kemampuan matematika peserta didik. Hendikawati 2006 dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa aktivitas belajar peserta didik berpengaruh sebesar 54,7 terhadap hasil belajar. Selanjutnya, pengaruh faktor diri self terhadap kemampuan matematika peserta didik diungkapkan oleh Ma Kishor, sebagaimana dikutip oleh Kadijevich 2003:327 bahwa terdapat hubungan positif antara konsep diri self-concept tentang matematika dengan prestasi matematika. Konsep diri self-concept tentang matematika yang dimaksud adalah sikap percaya diri dalam belajar matematika self-confidence in learning mathematics, gemar dengan matematika liking mathematics, dan percaya akan kegunaan matematika usefulness of mathematics. Berdasarkan kedua penelitian di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran matematika yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dan dapat merangsang tumbuhnya kepercayaan diri peserta didik agar peserta didik dapat diperoleh hasil belajar matematika secara optimal. Kegiatan pembelajaran matematika di SMP Negeri 3 Ungaran sudah dipandu oleh guru secara baik. Guru telah menggunakan alat peraga ketika menyampaikan materi pelajaran yang berhubungan dengan masalah bentuk atau keruangan. Guru juga sering membiasakan peserta didik untuk belajar secara berpasangan ataupun berkelompok. Hasil belajar yang dicapai juga cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil ulangan peserta didik yang biasanya lebih dari 60 peserta didik mencapai KKM dengan KKM nilai matematika di SMP Negeri Ungaran adalah 65. Akan tetapi, peserta didik mempunyai kelemahan dalam hal kemampuan pemecahan masalah. Tidak lebih dari 30 peserta didik dalam satu kelas dapat mengerjakan soal pemecahan masalah ketika ulangan. Kelemahan peserta didik yang lain adalah kurangnya kepercayaan diri peserta didik. Hanya satu atau dua peserta didik dalam satu kelas yang mau maju mengerjakan soal di kelas tanpa disuruh oleh guru, sedangkan peserta didik lain menunggu disuruh guru untuk mau mengerjakan soal di papan tulis. Berdasarkan paparan di atas, perlu diadakan penelitian tentang pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model PBL berbantuan LKPD dan slide show power point terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi bangun datar di SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 20102011.

1.2 Rumusan Masalah