Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Novelty

5 keberadaan orangutan semakin meningkat baik terhadap populasinya maupun habitatnya. Sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti alih fungsi lahan hutan, pembalakan liar illegal logging dan perburuan. Kerusakan habitat karena alih fungsi lahan hutan telah menyebabkan terpisah-pisahnya kawasan hutan sebagai habitat orangutan. Hal ini mengakibatkan tidak adanya hubungan antara orangutan dari suatu “pulau” hutan terhadap “pulau” hutan yang lain. Dengan demikian tidak terjadi aliran gen orangutan yang dapat menghubungkan pulau- pulau hutan tersebut. Jika sudah demikian maka inbreeding dapat terjadi, yang akhirnya dapat menurunkan kualitas keragaman genetik suatu populasi orangutan. Orangutan yang memiliki keragaman genetik rendah akan menjadi rentan terhadap perubahan lingkungan, memiliki daya tahan yang rendah dan dapat menyebabkan kepunahan terhadap orangutan tersebut. TNBK dan TNDS pada awalnya merupakan satu kesatuan hutan yang tidak terpisahkan. Kedua kawasan ini terletak di bagian utara sungai Kapuas Kalimantan Barat. Keberadaan orangutan di dalam kawasan ini tidak terlepas dari kemampuan kawasan tersebut untuk menyediakan komponen habitat penting bagi satwa tersebut. Ukuran tubuh orangutan yang besar memerlukan jumlah pakan yang besar. Selain populasi yang hidup bebas di alam, pada saat ini banyak juga orangutan yang berada di tempat rehabilitasi. Orangutan ini merupakan hasil sitaan yang dilakukan oleh pihak berwenang. Beberapa individu yang berada di tempat rehabilitasi ini memiliki asal usul yang jelas dan banyak juga individu yang tidak jelas asal-usulnya. Teknologi biologi molekuler dapat digunakan untuk melihat keragaman genetik yang dimiliki oleh individu orangutan rehabilitasi sehingga dapat ditelusuri kembali populasi asalnya dan reintroduksi ke alam daerah asalnya lebih mudah. Beberapa peneliti telah membagi orangutan berdasarkan perbedaan variasi genetik menjadi dua jenis yang berbeda yaitu orangutan Sumatra Pongo abelii dan orangutan Kalimantan P. pygmaeus, bahkan untuk orangutan Kalimantan telah dibagi menjadi 3 anak jenis yang berbeda. Kajian terhadap habitat yang sesuai bagi orangutan dalam suatu kawasan yang sempit dapat dilakukan melalui survey lapangan secara langsung. Disisi lain kompleksitas permasalahan dalam pemanfaatan lahan dan hutan menuntut kajian habitat dalam skala luas dimana survey lapangan secara langsung dipandang tidak efisien. Teknologi GIS dapat dipergunakan untuk membantu melakukan kajian habitat dalam skala luas. Kawasan penelitian lebih dari 100.000 ha memerlukan kajian secara menyeluruh terkait fungsinya sebagai habitat orangutan Kalimantan. Kajian kesesuaian habitat dengan menggunakan teknologi informasi spasial yang diperkuat dengan survey lapangan diharapkan dapat mengetahui sebaran daerah yang dimiliki oleh orangutan, dan mengetahui pengaruh adanya gangguan terhadap keberadaan orangutan baik secara langsung maupun tidak langsung serta dapat memetakan sebaran spasial orangutan berdasarkan keragaman genetik antara suatu populasi dan populasi lain. Hal ini dilakukan sehingga tindakan konservasi yaitu perlindungan, pengawetan serta pemanfaatan orangutan dapat dilakukan berdasarkan pada keragaman genetik yang dimiliki orangutan.

1.3 Tujuan Penelitian

1 Mengungkapkan sebaran spasial serta kesesuaian habitat orangutan P. p. pygmaeus di kawasan TNBK, TNDS dan kawasan koridor yang menghubungkan kedua kawasan taman nasional tersebut, 6 2 Mengungkapkan dan menganalisis keanekaragaman genetik antara populasi orangutan sub anak jenis P. p. pygmaeus yang berada di TNBK dan TNDS serta daerah koridor dengan menggunakan sampel yang diambil secara invasive maupun non invasive, 3 Mengungkapkan sebaran spasial berdasarkan keragaman genetik serta kesesuaian habitat orangutan P. p. pygmaeus di kawasan tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat diketahui sebaran spasial dan kesesuaian habitat orangutan berdasarkan keanekaragaman genetik yang berada di dua kawasan taman nasional ini serta daerah koridor secara tepat sehingga dapat menghasilkan suatu strategi konservasi yang tepat bagi pengelolaan orangutan anak jenis P. p. pygmaeus baik secara in-situ maupun eks-situ.

1.5 Novelty

Kebaharuan penelitian ini adalah mengungkapkan peran koridor dalam menjaga stabilitas genetika populasi gen flow dan keragaman interpopulasi berdasarkan kesesuaian habitat dan pergerakan orangutan dari TNBK, koridor dan TNDS. Selain itu, penelitian ini dapat mengungkapkan jenis kelamin dari sampel orangutan anak jenis Pongo pygmaeus pygmaeus yang di dapat secara non invasive dengan menggunakan primer SRY dan ini merupakan salah satu penelitian yang lebih mengarah ke bidang forensik. Beberapa penelitian yang telah menggunakan gen sexing telah dilakukan pada Pongo abelli dan Pongo pygmaeus Finstermeier et al. 2013 secara umum, akan tetapi belum dilakukan secara spesifik untuk anak jenis P. p. pygmaeus. Sampel yang digunakan adalah sampel rambut yang luruh dari badan orangutan yang ditemukan di sarang orangutan. Selain itu, hasil penelitian ini lebih menguatkan kembali adanya pembagian tiga anak jenis orangutan di Kalimantan. Sampel yang didapat dari alam adalah sampel yang termasuk kedalam anak jenis P. p. pygmaeus, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang berasal dari alam ini termasuk kedalam anak jenis yang dimaksud. Demikian juga dengan sampel yang diambil dari pusat rehabilitasi, terbukti terbagi menjadi dua cluster yang menunjukkan dua anak jenis yang ada di Kalimantan Barat yaitu P. p. pygmaeus dan P. p. wurmbii. 7 II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian