19 Tabel 3 Sebaran sarang n dan luas daerah berdasarkan kelas jarak dari jalan
Kelas m n
Sarang Luas ha
Luas Kepadatan sarangha
0-1000 8
1.00 11 728.39
2.30 0.068
1000-3000 24
2.99 16 813.68
3.30 0.143
3000-5000 176
21.95 17 995.10
3.53 0.978
5000-7000 213
26.56 22 918.68
4.50 0.929
7000 381
47.51 440 100.79
86.37 0.087
Jumlah 802
100.00 509 556.64
100.00
Tekanan manusia menjadi faktor utama terhadap kondisi habitat bagi orangutan, jaringan jalan menjadi akses bagi masyarakat untuk mengambil hasil
hutan baik berupa kayu maupun non kayu termasuk kegiatan perburuan satwa Gambar 4. Dalam melakukan perburuan kisaran jarak yang paling sering
digunakan adalah antara 01 000 m dari tepi jalan, kemudian antara 1 0003 000 m, kisaran jarak ini menjadi daerah yang cukup berbahaya bagi orangutan, karena
bisa saja pada saat perburuan dijumpai orangutan, mereka akan diburu. Benet dan Dahaban 1995 dalam Meijaard 2010 menyebutkan bahwa dalam melakukan
perburuan setiap satwa biasanya ditembak termasuk primata, perburuan malam dengan kendaraan dan lampu sorot terjadi di setiap kawasan yang ada jalannya
dan terutama lebih parah lagi menjelang pekan perayaan setempat.
Ketika terjadi penebangan liar secara besar-besaran di Kalimantan, hutan di daerah penelitian yang terletak di sekitar jalan juga menjadi sasaran
penebangan liar. Kondisi ini menyebabkan dampak yang serius terhadap perubahan habitat orangutan di daerah ini dan menyebabkan orangutan melakukan
perpindahan menjauhi daerah yang ditebang untuk menjaga keberlangsungan hidupnya Meijaard 2001. Orangutan merupakan satwa yang membutuhkan
habitat yang spesifik sehingga sangat rentan terhadap kehilangan, kemerosotan degradasi dan fragmentasi hutan yang merupakan habitatnya Meijaard 2001.
Akses jalan hany dijumpai di daerah koridor, dan tidak dijumpai di TNDS dan TNBK. Akses ke kedua taman nasional ini adalah dengan menggunakan
perahu sehingga tidak ada jalur jalan terdekat ke wilayah ini. Dari uraian ini diketahui bahwa jarak terdekat dengan jalan menjadi daerah yang memiliki
kesesuaian rendah sedangkan jarak yang jauh dari sungai memiliki kesesuaian tinggi sebagai habitat orangutan. Keterangan kriteria pembagian jarak dapat
dilihat pada Tabel 3.
c. Distribusi sarang orangutan berdasarkan jarak dari sungai besar
Seperti wilayah Kalimantan lainnya, maka di daerah TNBK, TNDS dan koridor juga banyak memiliki adanya sungai besar dan kecil. Untuk sungai besar
yang ada di sekitar wilayah penelitian yaitu sungai Embaloh dan Kapuas. Sungai Embaloh berhulu di TNBK dan bermuara ke sungai Kapuas. Selain itu terdapat
sungai Leboyan yang berhulu di TNBK mengalir melalui kawasan koridor dan bermuara di TNDS, karena itulah sungai Leboyan menjadi sungai utama sebagai
unsur utama dijadikannya koridor yang menghubungkan antara TNBK dan TNDS Gambar 5. Sungai Kapuas berhulu di TNBK dan mengalir di dekat TNDS,
merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Kalimantan Barat.
20 Tabel 4 Sebaran sarang n dan luas daerah berdasarkan kelas jarak dari Sungai
Besar
Kelas m n
Sarang Luas ha
Luas Kepadatan sarangha
0-1000 4
0.50 13 502.70
2.65 0.030
1000-3000 22
2.74 26 803.28
5.26 0.082
3000-5000 2
0.25 32 076.94
6.30 0.006
5000-7000 61
7.61 32 114.86
6.30 0.190
7000 713
88.90 405 058.87
79.49 0.176
Jumlah 802
100.00 509 556.64
100.00
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa daerah TNDS memiliki beberapa sungai yang tergolong besar, begitu juga dengan daerah koridor, akan tetapi berbanding
terbalik dengan daerah TNBK. Secara umum tidak dijumpai sungai berukuran besar di TNBK yang termasuk ke dalam daerah penelitian, satu-satunya akses
untuk menuju daerah penelitian di TNBK ini adalah melalui sungai Embaloh. Sungai ini di bagian hulunya berupa sungai kecil, akan tetapi semakin ke hilir
yang mendekati daerah sungai Kapuas sungai ini semakin lebar dan besar. Sungai besar menjadi pembatas pergerakkan orangutan, jika sungainya dalam orangutan
tidak akan bisa menyeberangi sungai tersebut, karena orangutan tidak bisa berenang, orangutan mengandalkan sambungan antar tajuk pohon diantara tepi
sungai untuk pergerakan hariannya Locke et al. 2011 Di Kalimantan Barat sungai Kapuas menjadi pembatas orangutan dalam jangka waktu yang lama
sehingga populasi utara tidak bisa bercampur dengan populasi selatan, dan setelah terjadi sekian lama, kedua populasi ini menjadi dua anak jenis yang berbeda.
Selain menjadi pembatas pergerakkan, sungai besar menjadi akses utama masyarakat untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berladang
dan berburu, pada prinsipnya sungai besar hampir serupa dengan jalan raya bagi masyarakat di sekitar lokasi penelitian, sehingga jarak terdekat dari sungai besar
merupakan daerah yang tidak sesuai untuk orangutan, sebaliknya untuk wilayah yang jauh dari tepi sungai besar menjadi wilayah dengan kesesuaian yang tinggi.
Dari penjelasan ini maka kriteria pembagian jarak dari sungai besar adalah sama dengan jarak dari jalan. Walaupun di pinggiran sungai merupakan daerah yang
subur dan tutupannya masih bagus tapi aktivitas manusianya cukup tinggi biasanya orangutan tetap akan menghindari daerah tersebut.
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa hanya dijumpai sedikit sarang orangutan 28 sarang yang terletak dekat dengan sungai besar yaitu pada kelas
jarak 05 000 m, dengan kepadatan sarang dari yang terdekat sebesar 0.03ha, 0.082ha dan 0.006ha. Sebaran sarang orangutan pada jarak yang lebih jauh dari 5
000 m sangat tinggi yaitu lebih dari 90 dengan kepadatan 00.19ha dan 0.176ha. Hal ini menunjukkan bahwa orangutan tidak menyukai wilayah yang
dekat dengan sungai besar. Sungai besar merupakan jalur transportasi masyarakat local sehingga banyak perahu bermotor di daerah yang menimbulkan kebisingan
dan mengganggu orangutan. Di Sumatera dan Kalimantan sejumlah besar orangutan dijumpai menempati daerah dekat dengan sungai kecil dan daerah rawa,
kepadatan tertinggi terdapat di bagian area hutan bertanah alluvial di lembah- lembah sungai dan hutan-hutan dekat dengan rawa atau diantara sungai Meijaard
et al. 2001.
21
d. Distribusi sarang berdasarkan jarak dari sungai kecil