Yurisprudensi AKHIR PEMIKIRAN A. Konstatir

17 perkataan lain bahwa alasan pembenar dapat berada pada hukum yang tidak tertulis. Konsekuensi pencantuman unsur-unsur dalam rumusan delik menyebabkan juga beban pembuktian bagi Jaksa Penuntut Umum, sebab dengan menuduhkan pasal tertentu tersebut mewajibkan Jaksa Penuntut Umum untuk memuat unsur-unsur tindak pidana dalam surat dakwaan dan membuktikan dakwaannya. Pengertian sifat melawan hukum materil yang dianut oleh Yurisprudensi di Indonesia, setidak-tidaknya dalam perkara korupsi bahwa menurut kepatutan dalam masyarakat, khususnya dalam tindak pidana korupsi. 6 Apabila seorang pegawai negeri menerima fasilitas yang berlebihan serta keuntungan lainnya dari seorang lain dengan maksud menggunakan kekuasaannya atau wewenangnya yang melekat pada jabatannya secara menyimpang, hal itu telah merupakan perbuataan melawan hukum, karena menurut kepatutan perbuatan itu merupakan perbuatan tercela.

F. Yurisprudensi

Undang-Undang dirasa tidak cukup memuaskan bagi para penegak hukum dan pencari keadilan. Terutama bagi hakim sebagai penegak hukum dan keadilan, tidak menemukan keadilan hanya dalam Undang-Undang, akan tetapi ia juga tidak dapat untuk tidak menerapkan Undang-Undang. Oleh karenanya, dalam putusan- putusan hakim sering ditemukan kaidah-kaidah baru sebagai hasil penyampingkan suatu ketentuan peraturan perundang-undangan. Putusan-putusan demikian yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap Inkracht van Gewijsde, apalagi telah diikuti oleh putusan- putusan berikutnya. Praktek di lapangan tersedia seperangkat metode penafsiran yang dapat digunakan hakim, akan tetapi bagi hakim pidana, lapangan penafsiran yang boleh digunakan jauh lebih sempit daripada hakim pidana. Pertimbangan hakim yang menjadi dasar putusan pengadilan, apalagi yang telah dikukuhkan sebagai yurisprudensi tetap, jawaban terhadap ketidakberhasilan pembuat undang-undang memberikan kejelasan maksudnya dalam suatu naskah undang-undang, apalagi 6 Komariah Emong Sapardjaja, ibid, hal. 56. 18 apabila dikaitkan dengan tuntutan keadilan yang seharusnya tercermin dari naskah undang-undang. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan walaupun perundang- undangan adalah teknik utama melaksanakan pembaruan hukum, pembaruan kaidah-kaidah dan asas serta penemuan arah atau bahan bagi pembaruan kaidah demikian juga menggunakan sumber hukum lain, yaitu keputusan badan peradilan yurisprudensi, sedangkan tulisan sarjana hukum yang terkemuka disebut sebagai sumber tambahan. 7 Soepomo menyatakan bahwa di Indonesia, hakim tidak terikat oleh putusan-putusan hakim yang telah ada, akan tetapi dalam praktek pengadilan, demikian juga dalam praktek pengadilan di Negara-negara Eropa, hakim bawahan sangat memperhatikan putusan-putusan hakim atasan berhubung pula dengan adanya kemungkinan permohonan banding dan kasasi. Berhubungan dengan itu, yurisprudensi dari hakim atasan merupakan sumber penting menemukan hukum objektif yang harus diselenggarakan oleh para hakim. 8 Roeslan Saleh menyatakan bahwa menurut pikiran Bangsa Indonesia hukum dan undang-undang tidak sama. Bahkan sebagian besar dari hukum kita terdiri dari aturan-aturan tidak tertulis. Benar bahwa hakim terikat kepada sistem hukum yang berlaku. Akan tetapi hakim Indonesia bebas meninjau secara mendalam, apakah penetapan-penetapan yang diambil pada waktu yang lampau, masih dapat dan harus dipertahankan terkait munculnya pertumbuhan perasaan-perasakan dan keadilan baru, dan apabila sama diketahui, bahwa pembentukan Undang-Undang selalu terbelakang dari pertumbuhan dan perkembangan hukum, bagaimanakah dapat mempertahankan pendapat pula bahwa pengecualian atas sifat-sifat melawan hukumnya perbuatan harus dapat dicantumkan dulu dalam Undang-Undang, baru dapat digunakan oleh hakim. 9 7 Mochtar Kusumatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Suatu Uraian tentang landsan Pikiran, Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum di Indonesia, Binacipta, Bandung, 1976, hal. 12. 8 R.Soepomo, Hukum, Bab-bab tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita Jakarta, 1982, hal. 113. 9 Roeslan Saleh, Sifat Melawan Hukum dari Pembuat Pidana, Aksara Baru, Jakarta, hal. 20. 19 Yurisprudensi sebagai hukum yang diciptakan hakim, karena suatu perkara yang diajukan kepadanya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman UU No. 14-1970 memang telah memberikan dasar hukumnya yaitu Pasal 27 Ayat 1 yang menyatakan bahwa hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dalam masyarakat.

G. Penafsiran Terhadap Arti Sifat Melawan Hukum