Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI LQ45

OLEH

RATIH WULAN DARI 110502013

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI LQ45

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage, return on asset, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dengan menggunakan sampel sebanyak 16 perusahaan dari 45 populasi perusahaan yang terdaftar di LQ45 pada tahun 2011-2013. Variabel penelitian ini terdiri dari kebijakan dividen sebagai variabel terikat dan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional sebagai variabel bebas dengan variabel kontrol leverage, return on asset, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage,

return on asset, dan ukuran perusahaan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan institusional, dan return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Return on asset memiliki pengaruh yang dominan terhadap kebijakan dividen.

Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Leverage, Return on Asset, Ukuran Perusahaan, Kebijakan Dividen


(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF OWNERSHIP STRUCTURE ON DIVIDEND POLICY ON COMPANIES

LISTED IN LQ45 INDEX

The purpose of this research is to identify and analize the effect of managerial ownership, institutional ownership, leverage, return on asset, and firm size on dividend policy on companies listed in LQ45 index. This study used the secondary from data from website of the Indonesia Stock Exchange, www.idx.co.id using 16 of 45 companies listed in LQ45 index during 2011-2013. The variables of this study consisted of dividend policy as dependent variable, and managerial ownership, institutional ownership as independent variables with leverage, return on asset, and firm size as control variables. This research used multiple linier regression analysis. The result showed that managerial ownership, institutional ownership, leverage, return on asset, and firm size simultaneously have significant effect to dividend policy on companies listed in LQ45 index. The partial test showed that managerial ownership, leverage, and, firm size not significant effect to dividend policy. Institutional ownership, and return on asset have positive and significant effect to dividend policy. Return on asset has a dominant influence on dividend policy.

Keywords : Managerial Ownership, Institutional Ownership, Leverage, Return on Asset, Firm Size, Dividend Policy


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya yang berlimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan judul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45 ”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, motivasi, saran, kritik dan doa dari berbagai pihak. Skripsi ini peneliti persembahkan untuk ayahanda Sugianto dan ibunda tercinta Siti Zaitun yang tidak pernah berhenti untuk memberikan semangat, motivasi, nasehat, doa dan mencukupi segala kebutuhan materi dan non materi dalam proses pembuatan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof . Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

7. Abang Juanda Perdana, S.Ak selaku tentor bimbel yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam membuat skripsi ini dan dalam masa perkuliahan.

8. Sahabat-sahabatku tercinta semasa kuliah, Azizah, Farida, Delfiani, Yunisda, Izmi, Reva, Radhiah, yang telah banyak membantu, memberi semangat dan menghibur penulis.

9. Teman-Teman Manajemen SNMPTN Undangan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala kebaikannya selama masa perkuliahan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis ... 9

2.1.1. Agency Theory ... 9

2.1.2. Kebijakan Dividen ... 11

2.1.3. Struktur Kepemilikan ... 17

2.1.3.1. Kepemilikan Manajerial ... 18

2.1.3.2. Kepemilikan Institusional ... 19

2.1.4. Leverage ... 20

2.1.5. Return on Asset ... 21

2.1.6. Ukuran Perusahaan ... 22

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

2.3. Kerangka Konseptual ... 29

2.4. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1. Tempat Penelitian ... 35

3.2.2. Waktu Penelitian ... 35

3.3. Batasan Operasional ... 35

3.4. Definisi Operasional ... 36

3.4.1. Variabel Terikat ... 36

3.4.2. Variabel Bebas ... 36

3.4.2. Variabel Bebas ... 37

3.5. Populasi dan Sampel ... 40

3.6. Jenis Data ... 42

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.8. Teknik Analisis Data ... 42


(7)

3.8.2. Analisis Regresi Berganda ... 43

3.9. Pengujian Hipotesis ... 44

3.9.1. Uji Signifikasi Parsial (Uji-t) ... 44

3.9.2. Uji Simultan (Uji Statistik F) ... 44

3.10. Uji Asumsi Klasik ... 45

3.10.1. Uji Normalitas ... 45

3.10.2. Uji Heteroskedastisitas ... 45

3.10.3. Uji Autokorelasi ... 46

3.10.4. Uji Multikoliniearitas ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 48

4.2. Hasil Penelitian ... 58

4.2.1. Analisis Deskriptif ... 58

4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 59

4.2.2.1. Uji Normalitas ... 60

4.2.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 62

4.2.2.1. Uji Autokorelasi ... 63

4.2.2.1. Uji Multikoliniearitas ... 64

4.2.3. Analisis Persamaan Regresi ... 65

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 67

4.2.4.1. Uji Simultan (Uji F) ... 67

4.2.4.2. Uji Parsial (Uji t) ... 69

4.2.4.3. Koefisien Determinasi ... 71

3.6. Pembahasan ... 72

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 77

5.2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Dividen dan Kepemilikan Saham Perusahaan di LQ45 ... 3

2.1 Penelitian Terdahulu ... 25

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 39

3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel ... 41

3.3 Daftar Perusahaan Sampel ... 41

3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 47

4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 58

4.2 Hasil Uji Normalitas K-S ... 61

4.3 Hasil Uji Glejser ... 63

4.4 Hasil Uji Durbin-Watson Test... 63

4.5 Hasil Uji Multikoliniearitas ... 64

4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 66

4.7 Hasil Uji F ... 68

4.8 Hasil Uji t ... 70


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 33

4.1 Grafik Histogram ... 60

4.2 Normal P-P Plot ... 61


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Penentuan Target Populasi ... 82

2 Data variabel kepemilikan Manajerial, kepemilikan Institusional, leverage, Return on Asset, dan Ukuran Perusahaan ... 84

3 Hasil Statistik Deskriptif ... 90

4 Pengujian Hipotesis ... 91


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dalam suatu perusahaan akan mendorong pemiliknya untuk menjadikan perusahaan sebagai perusahaan publik dengan cara menjual sebagian sahamnya melalui pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat menarik dana dari masyarakat. Pasar modal memungkinkan para investor untuk menanamkan modalnya pada suatu perusahaan yang memiliki prospek yang baik.

Bagi investor yang akan membuat keputusan investasi untuk membeli saham di pasar modal, tentu akan melakukan suatu analisis agar keputusan yang diambil oleh investor dapat diperhitungkan. Keputusan yang benar terhadap pembelian saham perusahaan yang telah dipilihnya akan membuat para investor memperoleh keuntungan investasi yang bisa diperoleh dapat berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hal pendapatan dividen perusahaan dihadapkan pada sebuah keputusan besar yaitu kebijakan dividen.

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang (Syahyunan, 2013). Keputusan tersebut merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi dalam jangka panjang. Berkaitan dengan tujuan tersebut, perusahaan


(12)

berusaha meningkatkan pembayaran dividen dari tahun ke tahun agar kesejahteraan pemegang saham juga mengalami peningkatan. Tetapi, tidak semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia membagikan dividen pada pemegang saham.

Besar kecilnya dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Pada umumnya pemegang saham mengharapkan dividen kas dalam jumlah yang relatif besar karena ingin menikmati hasil investasi pada saham perusahaan sedangkan pihak manajemen cenderung menahan kas untuk membayar hutang atau meningkatkan investasi. Perbedaan kepentingan inilah yang dianggap sebagai masalah keagenan (agency problem) dalam teori agensi.

Konflik agensi muncul sebagai akibat adanya pemisahan antara pemilik dan pengendali perusahaan. Masalah keagenan dapat muncul dalam berbagai tipe. Selain konflik antara manajemen dan pemegang saham, konflik juga bisa terjadi antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Agency problem dianggap mempengaruhi keputusan dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan. Munculnya permasalahan keagenan menyebabkan para pemegang saham harus mengeluarkan biaya untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku manajer. Biaya pengawasan ini disebut dengan biaya agensi (agency cost).

Untuk mengurangi agency cost terdapat beberapa alternatif yaitu: pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Kedua, meningkatkan


(13)

institusional investor sebagai pihak yang memonitor agen (manajer). Jadi, dengan adanya institusional investor akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen (Sari, 2010).

Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan. Masing-masing bentuk kepemilikan ini akan memiliki kepentingan dan dampak yang berbeda terhadap kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat dalam tampilan Tabel 1.1 perkembangan dividen dan kepemilikan saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 periode 2011-2013.

Tabel 1.1

Perkembangan Dividen dan Kepemilikan Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di LQ45 Periode 2011-2013

No Nama

Perusahaan

Periode Dividen

(Rp) Kepemilikan Manajerial (Lembar) Kepemilikan Institusional (Lembar) 1 PT AKR Corpindo Tbk (AKRA)

2011 225.00 33,371,000 2,280,640,320

2012 105.00 20.220.000 2,280,640,320

2013 115.00 20,177,000 2,296,640,320

2

PT Astra Internasional

Tbk (ASII)

2011 1,980.00 14,590,000 20,288,255,040

2012 216.00 14,640,000 20,288,255,040

2013 216.00 14,590,000 20,288,255,040

3 PT XL Axiata Tbk (EXCL)

2011 129.88 6,139,129 6,806,622,790

2012 135.00 7,364,154 5,674,125,290

2013 64.00 9,667,005 5,674,125,290

4

PT Harum Energy Tbk

(HRUM)

2011 380.00 162,500 1,899,361,000

2012 252.00 270,000 1,905,483,500

2013 110.00 275,000 1,911,958,500

5 Nusantara Citra PT Media Tbk (MNCN)

2011 35.00 58,570,000 10,387,454,500

2012 55.00 15,891,500 10,387,452,798

2013 60.00 28,311,000 9,364,727,775


(14)

Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa adanya fluktuasi yang terjadi pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 dalam membagikan dividen tahunan kepada pemegang saham. Ini dapat dilihat pada perusahaan AKR Corpindo Tbk dividen pada tahun 2011 sebesar Rp225,00 turun pada tahun 2012 sebesar Rp105,00 sedangkan pada tahun 2012 hingga 2013 dividen mengalami peningkatan. Pada perusahaan Astra Internasional Tbk dividen pada tahun 2011 sebesar 1.980,00 mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar Rp216,00 sedangkan pada tahun 2012 hingga 2013 dividen yang dibagikan masih berjumlah sama sebesar Rp216,00. Pada perusahaan XL Axiata Tbk dapat dilihat pada Tabel 1.1 dividen perusahaan mengalami peningkatan yang semula dividen sebesar Rp129,88 pada tahun 2011 naik menjadi Rp135,00 pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2012 hingga 2013 dividen perusahaan mengalami penurunan. Pada perusahaan Harum Energy Tbk dividen mengalami penurunan secara berturut-turut sebesar Rp380,00 pada tahun 2011 hingga 2013 sebesar Rp110,00. Pada perusahaan Media Nusantara Citra Tbk dividen mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar Rp35,00 hingga 2013 dividen sebesar Rp60,00.

Dapat dilihat juga pada Tabel 1.1 bahwa kepemilikan manajerial pada perusahaan AKR Corpindo Tbk pada tahun 2013 mengalami penurunan dari 20.220.000 lembar pada tahun 2012 menjadi 20.177.000 lembar di tahun 2013. Penurunan ini diikuti oleh kenaikan dividen yang semula Rp 105,00 pada tahun 2012 menjadi Rp115,00 pada tahun 2013. Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan Media Nusantara Citra Tbk yang mengalami penurunan kepemilikan manajerial pada tahun 2012 menjadi 15.891.500 lembar, ini juga diikuti oleh


(15)

kenaikan dividen pada tahun 2012 menjadi Rp55,00 sedangkan pada perusahaan Harum Energy Tbk mengalami kenaikan kepemilikan manajerial dari tahun 2011 sebesar 162.500 lembar hingga 2013 sebesar 275.000 lembar yang diikuti oleh penurunan dividen secara berturut-turut dari tahun 2011 sebesar Rp380,00 hingga 2013 sebesar Rp110,00. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi (2008), Afza (2010), dan Rizqia (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap dividen. Hal yang berbeda terjadi pada perusahaan XL Axiata Tbk yang mengalami kenaikan kepemilikan manajerial pada tahun 2012 justru diikuti oleh kenaikan dividen pada tahun tersebut.

Dari Tabel 1.1 juga dapat dilihat bahwa perusahaan AKR Corpindo Tbk mengalami kenaikan kepemilikan institusional yang pada tahun 2012 sebesar 2.280.640.320 lembar naik menjadi 2.296.640.320 lembar pada tahun 2013, hal ini menyebabkan kenaikan pada dividen yang pada tahun 2012 sebesar Rp105,00 naik menjadi Rp115,00 pada tahun 2013. Hal yang berbeda terlihat pada perusahaan Harum Energy Tbk yang mengalami kenaikan kepemilikan institusional secara berturut-turut pada tahun 2011 sebesar 1.899.361.000 lembar hingga 2013 sebesar 1.911.958.500 lembar, akan tetapi dividen yang dibagikan perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar Rp380,00 hingga 2013 dividen sebesar Rp110,00.

Sementara terlihat pada perusahaan Media Nusantara Citra Tbk yang mengalami penurunan kepemilikan saham institusional secara berturut-turut pada tahun 2011 hingga 2013, akan tetapi dividen yang dibagikan perusahaan mengalami kenaikan secara berturut-turut juga pada tahun 2011 hingga 2013. Hal


(16)

ini tidak sesuai dengan pernyataan Stouratis (2004), dan Pribadi (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap dividen karena jika kepemilikan institusional dalam sebuah perusahaan jumlahnya besar, maka akan lebih memilih untuk mengalokasikan keuntungan yang didapatkan perusahaan dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih stabil. Akan tetapi, hal tersebut tidak sejalan dengan pernyataan Dewi (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap dividen.

Berdasarkan uraian dan fenomena hasil penelitian yang tidak konsisten, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan dividen dengan memfokuskan objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 dengan variabel kontrol return on asset, leverage, dan ukuran perusahaan. Peneliti menggunakan data dari perusahaan yang terdaftar di LQ45 sebagai objek penelitian karena saham-saham emiten yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45 merupakan saham yang aktif, memiliki fundamental yang baik dan masuk dalam kategori blue chips yang banyak diminati oleh investor dalam melakukan investasi saham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar di LQ45”.


(17)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan yang terdaftar di LQ45?

2. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45?

3. Bagaimana pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45?

4. Bagaimana pengaruh return on asset terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45?

5. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45

2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45

3. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45

4. Untuk menganalisis pengaruh return on asset terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45


(18)

5. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di LQ45.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dividen.

b. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau pertimbangan investor terkait dengan faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan, tentang kebijakan dividen dan mengaplikasikan teori yang didapat ke dalam masalah-masalah praktis khususnya mengenai tingkat pengembalian dividen. d. Bagi pihak lain

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan atau referensi bagi pembaca dan menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Agency Theory

Agency theory merupakan teori yang mengatur hubungan antara pemegang saham (principal) dengan manajer (agent). Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajer untuk menjalankan bisnis perusahaan demi kepentingan principal. Dengan demikian, setiap keputusan manajer adalah keputusan yang bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Apabila manajer mementingkan kepentingan individunya daripada pemegang saham maka perusahaan akan dirugikan. Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara manajer dengan pemilik perusahaan.

Konflik keagenan ini timbul karena terjadi pemisahan antara fungsi pengelolaan dan kepemilikan (Syahyunan, 2013:7). Konflik antara pihak manajemen serta pemegang saham ini dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat menyejajarkan kepentingan yang terkait. Oleh karena adanya mekanisme inilah maka akan menimbulkan biaya yaitu biaya agensi (Haryono, 2005).

Agency cost yaitu biaya yang meliputi biaya pengawasan (monitoring), biaya ikatan (bonding), dan biaya sisa (residual). Biaya pengawasan terhadap aktivitas manajer, biaya ikatan dalam meyakinkan manajer bekerja untuk kepentingan pemegang saham tanpa perlu pengawasan, biaya sisa merupakan


(20)

perbedaan return yang diperoleh karena perbedaan keputusan investasi antara pemegang saham dan manajemen.

Untuk mengurangi agency cost ada beberapa alternatif, antara lain:

a. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wijayaningtyas, 2009). Analisisnya menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan;

b. Meningkatkan dividend payout ratio. Akibatnya manajemen harus mencari dana dari luar untuk melakukan investasi. Penelitian mereka menyatakan bahwa pembayaran dividen akan mengurangi aliran kas perusahaan akibatnya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasinya akan mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan;

c. Meningkatkan pendanaan hutang (Sartono, 2010). Penurunan utang dapat menurunkan besarnya konflik antar pemegang saham dengan manajemen; d. Institutional investor sebagai pihak yang memonitoring agen (Moh’d, et al.

1998 dalam Wahidahwati, 2002) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar seperti institutional investor dapat mengurangi biaya keagenan karena dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen;

e. Menggunakan free cash flow untuk membayar dividen kas (Jensen, 1976 dalam Ullah, 2012) sehingga menghindari manajemen untuk melakukan tindakan demi kepentingan pribadinya yang dibiayai perusahaan.


(21)

2.1.2 Kebijakan Dividen

Menurut Weston dan Copeland (2005:122), “Dividen adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada pemegang saham”. Besar kecilnya dividen akan sangat bergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh serta proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

Adapun jenis-jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham, yaitu:

1. Dividen tunai (cash dividend) yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya dividen tunai lebih disukai para pemegang saham dan pembagian dividen tunai ini sering dilakukan oleh perusahaan perseroan. 2. Dividen saham (stock dividend) yaitu dividen yang dibayarkan kepada

pemegang saham berupa saham, bukan dalam bentuk uang tunai.

3. Dividen kekayaan (property dividend) yaitu pembayaran dividen dengan bentuk barang (aset selain kas). Barang yang dibagi adalah barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak mengganggu keberlangsungan operasi perusahaan. 4. Scrip dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk surat (scrip) janji

hutang. Pembayaran akan dilakukan perusahaan sesuai dengan perjanjian yang tercantum pada surat tersebut.

5. Liquidating dividend yaitu pembayaran dividen dengan mengurangi modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.


(22)

Kebijakan dividen perusahaan ditentukan oleh manajemen perusahaan. Setiap perusahaan memiliki keputusan yang berbeda-beda. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Besar kecilnya dividen sangat tergantung besar kecilnya laba yang diperoleh dan proporsi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen atau dividend payout ratio (Sartono 2010:73). Perubahan dividen diartikan sebagai sinyal bagi prospek perusahaan di masa datang. Dengan demikian dividen diartikan oleh pasar sebagai sinyal positif dan sebaliknya pengurangan dividen digunakan sebagai sinyal negatif bagi prospek perusahaan (Wijayaningtyas, 2009).

Menurut Sutrisno (2000:322), ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham, yaitu:

1. Posisi Solvabilitas perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal.

2. Posisi likuiditas perusahaan

Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout ratio kecil, karena sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas.


(23)

3. Kebutuhan untuk melunasi hutang

Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.

4. Rencana perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini dapat dilihat dari perluasan yang dilakukan perusahaan. Konsekuensinya akan semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya dapat diperoleh dari laba yang ditahan perusahaan. Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout ratio.

5. Kesempatan investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan karena dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi.

6. Stabilitas pendapatan

Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil.


(24)

7. Pengawasan terhadap perusahaan

Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan pemilik dalam mengendalikan perusahaan cenderung mendorong perusahaan untuk memperbesar laba ditahan demi keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil pembayaran dividen.

Keputusan mengenai kebijakan dividen adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen yang dibayarkan. Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai (cash dividend) yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham (Sutrisno 2000:323). Bentuk kebijakan dividen tersebut, adalah:

1. Kebijakan pemberian dividen stabil

Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pemberian yang stabil ini dilakukan untuk dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.

2. Kebijakan dividen yang meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar


(25)

dividen yang dibayarkan, dan sebaliknya apabila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil.

4. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra

Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

Dalam perkembangannya muncul beberapa teori tentang kebijakan dividen. Menurut Sartono (2010:282), terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam membuat kebijakan yang tepat bagi perusahaan.

1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan dividen)

Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Modigliani-Miller (MM) menyimpulkan bahwa nilai perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.

2. The Bird in The Hand Theory

Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada


(26)

menunggu capital gain. Sementara itu MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang. Gordon dan Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor berkeinginan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki risiko yang sama, oleh sebab itu tingkat risiko pendapatan mereka di masa datang bukannya ditentukan oleh kebijakan dividen, tetapi ditentukan oleh tingkat risiko investasi baru.

3. Tax Preference Theory

Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada pembayaran dividen dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan

dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenaka pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi.

Selain teori diatas terdapat beberapa teori lain mengenai kebijakan dividen, yaitu: a. Information Content Hypothesis

Teori ini menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba. Modigliani-Miller yang menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para


(27)

investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa datang. MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibanding dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content

dalam pengumuman dividen. b. Clientile Effect

Terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk dividen seperti halnya individu yang sudah pensiun sehingga investor ini menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang tinggi. Tetapi ada pula investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi.

2.1.3 Struktur Kepemilikan (Ownership Structure)

Menurut Sudana (2011:11), “Struktur kepemilikan (ownership structure) merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer perusahaan”. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang menyertakan modal kedalam perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak yang ditunjuk pemilik dan diberi kewenangan mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan, dengan harapan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. Struktur kepemilikan merupakan komposisi modal antara hutang dan ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham inside shareholders dan outside shareholders


(28)

(Haryono, 2005). Struktur kepemilikan yang menyebarluas umumnya hanya terdapat di Amerika Serikat dan Inggris. Di negara-negara maju lainnya dan negara-negara berkembang, umumnya perusahaan masih dikendalikan oleh keluarganya (Siregar dan Utama, 2005). Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

2.1.3.1Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)

Kepemilikan manajerial (managerial ownership) merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan didalam perusahaan dan mengendalikan kepentingan dalam perusahaan direktur dan komisaris (Pujiati dan Widanar, 2009).

Hartoro dan Dorkas (2007) dalam Wijayaningtyas (2009) mengungkapkan bahwa ada dua jalan menjadi insider yaitu pertama, pihak manajemen membeli atau memberi sebagian saham perusahaan. Kedua, apabila pihak manajemen sekaligus pemilik seratus persen perusahaan menjual sebagian porsi kepemilikannya kepada public.

Agency problem potensial terjadi dalam perusahaan di mana manajer memiliki kurang dari seratus persen saham perusahaan dengan konsekuensi potensial terjadi konflik keagenan (Sartono, 2010). Oleh karena itu, salah satu alternatif dalam mengurangi biaya keagenan yaitu dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham.


(29)

Kepemilikan manajerial merupakan insentif bagi para manajer dalam perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mengelola hutang secara optimal sehingga akan meminimumkan biaya keagenan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Dewi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen yang tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga perlu peningkatan dividen (Wijayaningtyas, 2009).

2.1.3.2Kepemilikan Institusional ( Institutional Ownership)

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain (Wijayaningtyas, 2009). Kepemilikan saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunity manager, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya (Scoot, 2000 dalam Dewi, 2008).

Menurut Putri dan Nasir (2006) kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Semakin tinggi kepemilikan saham institusional maka akan mengurangi biaya keagenan dan perusahaan akan cenderung memberikan dividen yang rendah.


(30)

2.1.4 Leverage

Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Terdapat dua macam leverage perusahaan, yaitu leverage operasi dan

leverage keuangan. Perusahaan menggunakan leverage operasi dan keuangan dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya (Suharli Michell, 2006). Dengan demikian, akan meningkatkan keuntungan bagi para pemegang saham.

Ada beberapa macam rasio leverage yang bisa dihitung, salah satu diantaranya adalah rasio total hutang terhadap total aktiva. Debt to total asset ratio merupakan rasio antara total hutang (total debt) baik hutang dalam jangka pendek (current liability) maupun hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total asset) baik aktiva lancar dan aktiva tetap maupun aktiva lainnya. Semakin besar rasio DAR menunjukkan semakin besarnya tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin besarnya rasio DAR, maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang karena sebagian digunakan untuk membayar bunga, maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (Rachmad, 2013).


(31)

Menurut Hanafi (2008:81) bahwa rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Al ajmi dan Hussain (2011) menjelaskan bahwa perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi cenderung akan membagikan dividen dalam jumlah yang rendah. Ada beberapa alasan, yang pertama hutang dapat mempengaruhi kemampuan beberapa perusahaan untuk membayar dividen. Hal ini disebabkan karena perusahaan membiayai kegiatan bisnisnya melalui hutang sehingga perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Kedua, pada beberapa perjanjian hutang berlaku pembatasan dalam pembagian dividen oleh kreditur.

2.1.5 Return on Asset (ROA)

Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Sartono (2010:201), “Return on asset merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan”. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Nilai ROA yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan berbanding aset yang relatif tinggi. Investor akan menyukai nilai ROA yang tinggi, karena perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi mampu menghasilkan tingkat keuntungan lebih besar (Andriyani, 2008).


(32)

Solberg dan Zorn (1992) dalam Wahidahwati (2002) menemukan bahwa profitabilitas yang lebih tinggi bisa diperkirakan menghasilkan dividen yang lebih tinggi. ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya.

2.1.6 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Perusahaan besar memiliki kemudahan dalam mengakses untuk memasuki pasar modal, sehingga perusahaan memiliki kemudahan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana. Menurut Haruman (2008) Ukuran perusahaan (Firm Size) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukannya yaitu ukuran perusahaan yang diukur natural logaritma of sales berpengaruh terhadap dividen dengan arah positif.

Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah masuk ke pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung membayar dividen tinggi untuk menjaga reputasi di kalangan investor aktual maupun potensial. Selain menggunakan natural logaritma of sales, proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset (Nuringsih, 2005) atau


(33)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain:

Stouraitis (2004) melakukan penelitian dengan judul The Impact of Ownership Structure on the Dividend Policy of Japanese Firms with Free Cash

Flow Problem selama tahun 1999-2000. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah OLS, 2-SLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (manajerial dan institusional) dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Nuringsih (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan utang, ROA, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Indonesian Capital Market Directory tahun 1995-1996. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif den signifikan dengan kebijakan dividen sama halnya dengan penelitian Stouraitis (2004). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar keterlibatan manajer dalam kepemilikan manajerial menyebabkan aset tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga menginginkan dividen yang semakin besar. Pengaruh positif juga ditunjukkan pada hubungan antara ukuran perusahaan dengan kebijakan dividen. Sedangkan utang dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Dewi (2008) yang melakukan penelitian tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,


(34)

kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Objek penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2002-2005. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen sehingga berlawanan dengan penelitian Stouraitis (2004) dan Nuringsih (2005). Kebijakan hutang, dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Penelitian lain yang dilakukan Afza (2010) yang meneliti dengan judul

Ownership Structure and Cash Flows As Determinants of Corporate Dividend

policy in Pakistan. Objek penelitian pada seluruh sektor dari KSE dengan sampel 100 perusahaan pada periode tahun 2005-2007. Metode penelitian yang digunakan yaitu regresi OLS. Penelitian ini menggunakan size, leverage, dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (individu dan manajerial), size, dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen sedangkan operating cash flow sebagai proksi dari arus kas memiliki pengaruh positif dan signifikan sedangkan profitabilitas dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen.

Pribadi dan Djoko (2012) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh

Cash position, Firm size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset


(35)

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 sampai 2011. Metode penelitian menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ownership (institutional ownership) dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan variabel firm size

dan cash position berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, namun growth opportunity berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap dividend payout ratio.

Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Rizqia, et al. (2013) dengan judul

Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, profitability, Firm Size, and

Investment Opportunity on Dividend Policy and Firm Value. Objek penelitian pada perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai 2011. Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kesempatan investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan manajerial, hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian-penelitian terdahulu disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/

Tahun Judul Variabel

Teknik Analisis Hasil Penelitian 1 Stouraitis/ 2004

The Impact of Ownership Structure on the Dividend Policy of Japanese Firms with Free Cash Flow Problem Dependen: Kebijakan Dividen Independen: 1. Struktur Kepemilikan, 2. Free Cash

Flow Regresi: persamaan OLS (Ordinary Least Square), dan 2SLS (Two Stage

1. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen


(36)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/

Tahun Judul Variabel

Teknik Analis Hasil Penelitian Least Square)

2. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 3. Free cash flow

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 2 Nuringsih/ 2005 Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Dependen: Kebijakan Dividen Independen: 1.Kepemilikan manajerial 2. Kebijakan utang 3. ROA 4. Ukuran perusahaan Analisis Regresi Berganda 1. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. 2. ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 3. Kebijakan utang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 3 Dewi/ 2008 Pengaruh

Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dependen: Kebijakan Dividen Independen: 1. Kepemilikan managerial 2. Kepemilikan institusional 3. Kebijakan hutang 4. Profitabilitas 5. Ukuran Analisis regresi berganda 1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 2. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan


(37)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/ Tahun

Judul Variabel Teknik

Analisis Hasil Penelitian terhadap kebijakan dividen 3. Kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 4. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 5. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen

4 Afza/ 2010 Struktur Kepemilikan dan Arus Kas sebagai Determinan dari Corporate Dividend Policy. Dependen: Kebijakan Dividen Independen: 1.Struktur kepemilikan 2.Arus Kas Bebas Kontrol: 1. Size, 2. Leverage, 3. Profitabilitas Analisis regresi 1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 2. Arus kas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 3. Size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen


(38)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/ Tahun

Judul Variabel Teknik

Analisis

Hasil Penelitian

5 Pribadi dan Djoko/ 2012

Analisis

Pengaruh Cash Position, Firm size,Growth Opportunity,

Ownership, dan

Return on Asset

terhadap Dividend Payout Ratio Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: 1. Cash position

2. Firmsize

3. Growth opportunity 4. Ownership

5. ROA Regresi OLS 1. Ownership (institutional ownership) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio

2. ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio

3. Firm size

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio

4. Cash position

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio.

6 Rizqia, Siti, dan Sumiati/ 2013 Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Financial Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Investment Opportunity terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Dependen: 1. Kebijakan Dividen 2. Nilai Perusahaan Independen: 1. Kepemilikan manajerial 2. Financial

leverage 3. Profitabilitas 4. Ukuran

perusahaan 5. Investment opportunity

Analisis regresi berganda

1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen 2. Investment

opportunity

berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen 3. Kepemilikan

manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai


(39)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/ Tahun

Judul Variabel Teknik

Analisis

Hasil Penelitian

4. Financial leverage

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 5. Profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 6. Ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 7. Investment

opportunity berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai nilai perusahaan 8. Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.3Kerangka Konseptual

Kepemilikan manajerial berupa saham perusahaan akan mengurangi biaya keagenan dari para pemegang saham. Manajer mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan kepentingan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer akan cenderung membayar dividen yang rendah kepada pemegang


(40)

saham. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada membagikan dividen. Hal ini dikarenakan sumber dana internal dinilai lebih efisien daripada sumber dana eksternal. Sebaliknya, pada tingkat kepemilikan manajerial yang rendah, manajer melakukan pembagian dividen yang tinggi untuk memberikan sinyal yang bagus tentang kinerja perusahaan sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor.

Penelitian yang dilakukan oleh Afza (2010) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqia, et al. (2013) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen.

Kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya. Berdasarkan penelitian Bathala et al. (1994) dalam wijayanintyas (2009) mengindikasikan bahwa kepemilikan institusional dapat menggantikan peranan utang sebagai monitor agent dalam mengurangi biaya keagenan. Menurut Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang besar merupakan cara untuk monitoring agent. Sistem kepemilikan institusional pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil dalam tiap periode, karena bisa saja keputusan yang diambil oleh pihak perusahaan akan berdasarkan kemauan dari pihak institusional yang mempunyai kepemilikan yang lebih besar. Jika kepemilikan institusional


(41)

dalam suatu perusahaan jumlahnya besar, maka akan lebih memilih untuk mengalokasikan keuntungan yang didapatkan perusahaan dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Storaitis (2004) mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Ullah, et al. (2012) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Pribadi dan Djoko (2012) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Maka dengan demikian kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Debt to total asset (DAR) digunakan untuk mengukur tingkat leverage

(penggunaan hutang) terhadap total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan mengurangi agency cost of debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga pemegang saham akan merelakan dividennya untuk membiayai investasi. Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) dalam Nuringsih (2005), menemukan mekanisme substitusi antara hutang dengan dividen. Penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan perusahaan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Penelitian yang dilakukan Nuringsih (2005) mengatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan


(42)

signifikan terhadap kebijakan dividen. Penellitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) juga mengatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian leverage mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.

Rasio return on asset digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Menurut Lintner (1956) dalam Rachmad (2013) jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang semakin tinggi keuntungannya, maka manajer cenderung membagikan dividen yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan oleh semakin tinggi suatu laba perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula arus kas atau ketersediaan kas di dalam perusahaan, sehingga manajer dapat menggunakan labanya untuk dibagikan kepada pemegang saham. Penelitian yang dilakukan Pribadi dan Djoko (2012) mengatakan bahwa ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian ROA mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.

Ukuran atau besarnya perusahaan dapat peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Pembayaran


(43)

dividen besar dilakukan untuk menjaga reputasi perusahaan di mata investor potensial maupun aktual. (Nuringsih, 2005). Perusahaan besar cenderung membagikan dividen yang lebih besar daripada perusahaan kecil, karena perusahaan yang memiliki aset besar lebih mudah memasuki pasar modal. Sedangkan perusahaan yang memiliki aset sedikit akan cenderung membagikan dividen yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah aset perusahaan. Penelitian yang dilakukan Dewi (2008) mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Al Gharaibeh (2013) juga mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian, ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Variabel Independen

Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional

Variabel Kontrol

Kebijakan Dividen

Leverage

Return on Asset

Ukuran Perusahaan


(44)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis penelitiannya adalah:

1. Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

2. Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. Leverage memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

4. Return on Asset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

5. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sebagai variabel independen terhadap dividend payout ratio sebagai variabel dependen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id dan situs perusahaan masing-masing yang masuk Indeks LQ45.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini terdiri atas hal-hal berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan saham yang terdiri atas kepemilikan manajerial (managerial ownership), kepemilikan institusional (institutional ownership).


(46)

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang dinilai dengan Dividend Payout Ratio. Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu

Return on Asset, leverage, dan ukuran perusahaan.

3. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di LQ45.

3.4 Definisi Operasional

Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Dividen yang dimaksud adalah bagian dari laba bersih yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham.

Dividend payout ratio digunakan sebagai proksi dari kebijakan dividen (Putri dan Nasir, 2006). Rumus untuk menghitung DPR adalah sebagai berikut:

share per Earning

share per Dividend DPR

Ratio Payout

Dividend ( )=

3.4.2 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel terikat (Sugiyono, 2010:39). Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah struktur kepemilikan (ownership structure) yang terbagi menjadi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.


(47)

3.4.2.1Kepemilikan Manajerial (X1)

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan, misalnya direktur dan komisaris (Wijayaningtyas, 2009). Variabel ini diberi simbol (MAN) yaitu proporsi saham yang dimiliki pihak manajemen pada akhir tahun. Kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: % 100 beredar saham Jumlah manajemen pihak miliki di yang saham Jumlah

MAN= ×

3.4.2.2Kepemilikan Institusional (X2)

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya. Menurut Wahidahwati (2002) variabel ini diberi simbol (INST) yaitu proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun dalam persen (%). Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: % 100 beredar saham Jumlah institusi miliki di yang saham Jumlah

INSTL= ×

3.4.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2010:41). Jika tidak dikontrol variabel tersebut akan mempengaruhi gejala yang sedang dikaji. Variabel kontrol berguna


(48)

untuk menghindari adanya bias dalam hasil penelitian. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.4.3.1 Leverage

Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to total asset ratio (DAR). Debt to total asset ratio adalah proporsi dari jumlah hutang dibandingkan dengan jumlah aset perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai hutang (Nuringsih, 2005). Rumus untuk menghitung

leverage:

Asset Total

Debt Total DAR=

3.4.3.2Return on Asset (ROA)

Return on Asset mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja perusahaan untuk menghasilkan laba. ROA dinyatakan sebagai perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total aset perusahaan (Nuringsih, 2005). Rumus untuk menghitung nilai ROA sebagai berikut:

Asset Total

Tax After Earning ROA=

3.4.3.3Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan natural log total asset (Nuringsih, 2005). Ukuran perusahaan ini berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan mendapatkan dana dan memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan aset perusahaan (Sari, 2010).

Asset Total Ln SIZE=


(49)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Pengukuran Skala

Ukur

Kepemilikan Manajerial

(X1)

Proporsi kepemilikan saham yang dimiliki manajerial. % 100 beredar saham Jumlah manajemen pihak miliki di yang saham Jumlah

MAN= ×

Rasio

Kepemilikan Institusional

(X2)

Proporsi kepemilikan saham yang dimiliki pihak institusional. % 100 beredar saham Jumlah institusi miliki di yang saham Jumlah

INSTL= ×

Rasio

Leverage (X3) Rasio yang

mengukur seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai hutang Asset Total Debt Total

DAR= Rasio

Return on Asset

(X4)

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Asset Total Tax After Earning ROA= Rasio Ukuran perusahaan

(X5)

Rasio besar kecilnya

perusahaan ditentukan oleh total aktiva.

SIZE = Ln Total Asset

Rasio

Dividend Payout Ratio

(Y)

Rasio laba yang dibayarkan perusahaan sebagai dividen kepada investor pada periode tertentu. share per Earning share per Dividend DPR= Rasio


(50)

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang diharapkan. Menurut Sugiyono (2010:80), Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di LQ45 yang berjumlah 45 perusahaan.

Menurut Sugiyono (2010:81), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan nonprobability sampling

yaitu dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010:85) “Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Pemilihan sampel dilakukan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang terdaftar dalam saham LQ45 periode 2011- 2013

2. Perusahaan yang membayarkan dividen tunai secara berturut-turut pada periode 2011-2013

3. Perusahaan yang memiliki informasi managerial ownership dan institutional ownership pada periode 2011-2013


(51)

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel

No Karakteristik Perusahaan Jumlah

1 Perusahaan yang terdaftar di LQ45 periode

2011-2013 45

2 Perusahaan yang tidak berturut-turut tercatat

dalam saham LQ45 periode 2011- 2013 (17) 3 Perusahaan yang tidak membayarkan dividen

tunai secara berturut-turut pada periode 2011-2013

(4) 4 Perusahaan yang tidak memiliki managerial

ownership (8)

5 Perusahaan yang tidak memiliki institutional

ownership (0)

Jumlah Sampel 16

Daftar perusahaan yang masuk Indeks LQ45 yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Daftar Perusahaan Sampel

No Nama Perusahaan Kode

Perusahaan

1 Astra Internasional Tbk ASII

2 Bank Central Asia Tbk BBCA

3 Bank Danamon Tbk BDMN

4 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI

5 XL Axiata Tbk EXCL

6 Harum Energy Tbk HRUM

7 Vale Indonesia Tbk INCO

8 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

9 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP

10 Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG

11 Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR

12 Kalbe Farma Tbk KLBF

13 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS 14 Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PTBA

15 United Tractors Tbk UNTR


(52)

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data kuantitatif, dimana penggunaan data dalam bentuk angka. Sumber data menurut cara memperoleh datanya menggunakan data sekunder dan merupakan kumpulan hasil data publikasi dari Bursa Efek Indonesia, jurnal, buku – buku referensi dan internet berhubungan dengan variabel – variabel yang ada di dalam penelitian ini.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal-jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder dari laporan keungan dan laporan tahunan yang dapat diunduh dari situs Bursa Efek Indonesia.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah regresi berganda (multiple regression analysis). Sebelum dilakukan analisis regresi untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan terlebih dahulu analisis statistik deskriptif. Selain itu, dilakukan pengujian kelayakan untuk menilai model regresi. Berikut ini penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(53)

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum (Ghozali, 2013:19).

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda karena pada penelitian ini peneliti akan melihat ada atau tidak pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Data penelitian yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan software SPSS (Statistical Package and for Social Science). Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan:

Y = α + b1X1 + b2X2 +b3X3 +b4X4 + b5X5 + ε Dimana:

Y = Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio)

α = Konstanta

b1 = koefisien regresi variabel X1 b2 = koefisien regresi variabel X2 b3 = koefisien regresi variabel X3 b4 = koefisien regresi variabel X4 b5 = koefisien regresi variabel X5 Χ1 = Kepemilikan manajerial X2 = Kepemilikan institusional X3 = Return on Asset

X4 = Debt to total Asset Ratio

X5 = Size


(54)

3.9 Pengujian Hipotesis

3.9.1 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu kebijakan dividen. Penelitian ini dilakukan dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.

Dengan bentuk pengujian sebagai berikut :

a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Untuk menguji hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan thitung dengan ttabel dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima atau Ha ditolak. Jika thitung > ttabel maka Ha diterima atau H0 ditolak. 3.9.2 Uji Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang menunjukkan apakah variabel bebas secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.

Hipotesis :

a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel dependennya. b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan dari


(55)

Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5% untuk mendapatkan nilai Ftabel, sedangkan untuk menarik kesimpulan dari persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut:

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima atau Ha ditolak. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.10 Uji Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, tentunya model tersebut harus bebas dari gejala asumsi klasik karena model yang baik harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Adapun uji asumsi klasik yang digunakan sebagai berikut:

3.10.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau nilai residual memiliki distribusi normal agar uji statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid (Ghozali, 2013:160). Dalam mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dapat dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

3.10.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.


(56)

Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas, yaitu keadaan ketika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

Uji heterokedastisitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot yaitu dengan cara melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu SRESID dengan residualnya ZPRED. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Dasar analisisnya adalah jika ada pola tertentu (membentuk pola tertentu yang teratur) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

3.10.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2013:110).

Dalam penelitian ini, untuk mendekteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan pengujian dari Durbin-Watson (DW test). Pengujian dilakukan


(57)

dengan tingkat signifikansi 5% . Uji ini mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen.

Tabel 3.4

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis 0 Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 − dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 − du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif

atau negatif

Terima du < d < 4 – du

3.10.4 Uji Multikoliniearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2013:105). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dalam penelitian ini dengan (1) nilai tolerance, dan (2) variance inflation factor (VIF). Indikator untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika besaran korelasi matrik antar variabel independen >0.90, nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥10.


(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Astra Internasional Tbk (ASII)

PT Astra Internasional Tbk didirikan pada tanggal 20 Februari 1957. Astra memulai bisnisnya sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama PT Astra International Inc. Perusahaan ASII bergerak di bidang perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi. Pada tahun 1990, ASII memperoleh Pernyataan efektif BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ASII (IPO) kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 saham dengan nominal Rp1.000,- per saham, dengan Harga Penawaran Perdana Rp14.850,- per saham.

2. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

PT Bank BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan pernah merupakan bagian penting dari Salim Grup. Berdasarkan Anggaran Dasar Bank, Bank beroperasi sebagai bank umum. BBCA bergerak di bidang perbankan dan jasa keuangan lainnya. Pada tanggal 11 Mei 2000, BBCA memperoleh pernyataan


(59)

efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham Perdana BBCA (IPO) sebanyak 662.400.000 saham dengan jumlah nilai nominal Rp500,- dengan harga penawaran Rp1.400,- per saham, yang merupakan 22% dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari divestasi pemilikan saham Republik Indonesia yang diwakili oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Penawaran umum ini dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000.

3. PT Bank Danamon Tbk (BDMN)

PT Bank Danamon Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 16 Juli 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 nama bank ini berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Bank ini menjadi bank pertama yang memelopori pertukaran mata uang asing pada tahun 1976 dan tercatat sahamnya di bursa sejak tahun 1989. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BDMN adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip Syariah. BDMN mulai melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah tersebut sejak tahun 2002 dan pada tahun 2004 mulai melakukan kegiatan usaha mikro dengan nama Danamon Simpan Pinjam. Pada tanggal 24 Oktober 1989, BDMN memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BDMN (IPO) kepada masyarakat sebanyak 12.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp12.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06 Desember 1989.


(60)

4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 02 Oktober 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Bank Mandiri didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya (Persero) (BBD), PT Bank Dagang Negara (Persero) (BDN), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (Bank Exim) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero) (Bapindo). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BMRI adalah melakukan usaha di bidang perbankan. Selain itu, Bank Mandiri juga menjalankan kegiatan usaha melalui anak usahanya. Pada tanggal 23 Juni 2003, BMRI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BMRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 saham Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp675,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 2003.

5. PT XL Axiata Tbk (EXCL)

PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk) adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia yang didirikan tanggal 06 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1996. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan EXCL melakukan kegiatan dalam usaha penyelenggaraan jasa telekomunikasi dan/atau jaringan telekomunikasi dan/atau multimedia. Pada tanggal 16 September 2005, EXCL memperoleh pernyataan efektif dari


(1)

Sampel yang Terdaftar Di LQ45

No

Kode

2011

2012

2013

1

ASII

45.07

45.03

45.03

2

BBCA

50.01

24.08

28.54

3

BDMN

49.85

30

30

4

BMRI

43.64

30

30

5

EXCL

58.53

41.63

52.88

6

HRUM

61.09

55.29

57.92

7

INCO

64.34

74.62

63.15

8

INDF

49.85

49.81

49.8

9

INTP

43.64

34.8

66.13

10

ITMG

89.43

84.65

90.99

11

JSMR

40.01

40

40

12

KLBF

58.94

66.78

44.97

13

PGAS

53.46

57.06

48.31

14

PTBA

58.53

57.26

58.29

15

UNTR

52.88

53.57

53.25


(2)

LAMPIRAN 3

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DPR 48 24.08 99.98 54.6454 18.78863

MAN 48 .001 1.760 .17754 .424029

INST 48 47.15 84.99 63.5598 10.57462

DAR 48 .04 1.21 .4840 .26255

ROA 48 1.69 71.51 13.9381 13.93233

SIZE 48 15.35 20.41 17.5040 1.37239


(3)

Pengujian Hipotesis

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 10526.889 5 2105.378 14.580 .000b

Residual 6064.705 42 144.398

Total 16591.593 47

a. Dependent Variable: DPR

b. Predictors: (Constant), SIZE, MAN, INST, ROA, DAR

Hasil Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .797a .634 .591 12.01656

a. Predictors: (Constant), SIZE, MAN, INST, ROA, DAR b. Dependent Variable: DPR


(4)

LAMPIRAN 5

Hasil Uji Asumsi Klasik

1.

Uji Normalitas

Grafik Histogram


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std, Deviation 11.35941337

Most Extreme Differences Absolute .067

Positive .067

Negative -.055

Test Statistic .067

Asymp, Sig, (2-tailed) .200

a, Test distribution is Normal, b, Calculated from data,

2.

Uji Multikolinearitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 28.001 63.866 .438 .663

MAN .578 5.339 .013 .108 .914 .599 1.668

INST .520 .251 .293 2.071 .045 .435 2.298

DAR -12.496 13.853 -.175 -.902 .372 .232 4.306

ROA .794 .197 .588 4.037 .000 .410 2.442

SIZE -.659 3.182 -.048 -.207 .837 .161 6.207

a. Dependent Variable: DPR

3.

Uji Autokorelasi


(6)

4.

Uji Heterokedastisitas

Grafik Scatterplot

Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig,

Collinearity Statistics

B Std, Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -20.371 36.826 -.553 .583

MAN 5.117 3.079 .311 1.662 .104 .599 1.668

INST .240 .145 .364 1.658 .105 .435 2.298

DAR -11.375 7.988 -.428 -1.424 .162 .232 4.306

ROA .071 .113 .141 .625 .535 .410 2.442

SIZE 1.004 1.835 .197 .547 .587 .161 6.207


Dokumen yang terkait

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

Pengaruh struktur kepemilikan saham, kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan (studi pada perusahaan yang terdaftar di bei)

0 5 16

Pengaruh Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang dengan Menggunakan Perusahaan Pembentuk Indeks LQ45 sebagai Variabel Moderating.

0 0 21

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 0 104

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Agency Theory - Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 0 26

Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 0 15

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN UTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI

0 0 22

KEBIJAKAN DIVIDEN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 17