48 Buku Guru Kelas XI SMASMK
kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Guna meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan,
baik pendidikan yang formal, informal, maupun nonformal.
B. Uraian Materi
1. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan berasal dari kata latin educare dan educere yang berarti merawat, memperlengkapi dengan gizi agar sehat, dan juga berarti membimbing
keluar dari. Berdasarkan arti kata ini, pendidikan dapat berarti suatu upaya yang dilakukan dengan sadar untuk memperlengkapi seseorang atau sekelompok
orang dengan cara membimbingnya keluar dari satu keadaan ke keadaan hidup lainnya yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berarti
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses,
cara, perbuatan mendidik. Dalam Ensiklopedi Pendidikan, secara umum pendidikan diartikan sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya untuk dapat memenuhi fungsi
hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengarah kepada pembentukan satu pribadi secara utuh atau holistik mencakup
aspek rohani atau spiritual, psikis atau mental, isik, serta sosial yang dapat diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari. Pendidikan berbeda dengan sekolah
yang lebih bersifat formal dan dikelola oleh institusi atau lembaga dan mencakup kegiatan latihan keterampilan dan penalaran yang dapat diuji, dilakukan secara
bertahap ada tingkatan pendidikan, terdapat penekanan terhadap ruang kelas, peraturan bahan pengajaran, jurusan, dan sebagainya.
2. Pendidikan Kristiani dalam Keluarga
Manusia lahir dan diterima dalam keluarga masing-masing, sehingga keluarga menjadi konteks utama kehidupan dan hubungan sehari-hari selama masa
pertumbuhannya. Hal ini menjadi alasan untuk menyimpulkan bahwa keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan kehidupan manusia dalam
berbagai aspek. Lingkungan rumah merupakan kelas pertama bagi seorang anak untuk belajar tentang sesama dan dunia, mempelajari pola hubungan secara
intim dengan orang lain, nilai-nilai, ide dan perilaku, yang kemudian mereleksikan perasaan, nilai dan pola tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 49
Peranan keluarga orang tua tidak hanya sebatas melahirkan, memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan, tetapi juga memberikan pendidikan
yang baik bagi anak-anak. Hal ini merupakan peranan yang sangat penting yang tidak dapat diwakilkan kepada pihak lain, sebab orang tua adalah pendidik utama
dan pertama bagi anak-anaknya yang terjalin dengan keistimewaan hubungan cinta kasih yang terjalin. Tugas orang tua sebagai pendidik berakar dari panggilan
sebagai suami-istri untuk berpartisipasi dalam tugas penciptaan Tuhan. Karena itu sangat penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga
yang dipenuhi oleh sukacita dan kasih sayang terhadap sesama dan Tuhan Allah sehingga menunjang perkembangan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai
Kristen.
Keluarga Kristen tentu harus memberikan pendidikan Kristen kepada anggota keluarga, yakni pendidikan yang bercorak, berdasar dan berorientasi pada
nilai-nilai kristiani sebagai usaha yang ditopang secara rohani dan manusiawi untuk meneruskan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan tingkah laku yang
bersesuaian dengan iman Kristen. Nilai kristiani yang menonjol adalah kasih, keadilan, kesetaraan, pengampunan, penebusan, penyelamatan oleh Allah,
pertobatan, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, serta mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Selain itu juga mengupayakan perubahan,
pembaruan anggota keluarga secara pribadi, maupun bersama oleh kuasa Roh Kudus sehingga keluarga hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana yang
dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalam Tuhan Yesus. Pendidikan secara kristiani memanggil setiap anggota keluarga untuk meneladani Yesus sebagai Guru Agung
yang menjadi teladan bagi pengikut-Nya, agar memiliki pemahaman serta relasi yang benar, mendalam dan pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus.
3. Peran Keluarga dalam Proses Sosialisasi
Seorang bayi yang lahir ke dunia merupakan satu makhluk hidup kecil yang penuh dengan kebutuhan isik dan masih sangat bergantung kepada orang
tuanya. Ia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Seiring dengan pertumbuhannya, ia akan belajar berbicara, berjalan, dan mulai melakukan
aktivitasnya secara mandiri, misalnya makan sendiri, mandi sendiri, dan lain-lain. Selanjutnya dia perlu banyak belajar tentang segala sesuatu agar kehidupannya
menjadi lebih maju, misalnya mempelajari sikap, nilai, norma yang berlaku dalam komunitas dimana ia berada. Proses inilah yang disebut sosialisasi.
Sosialisasi dapat dideinisikan sebagai suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang dalam menghayati nilai dan norma kelompok tempat ia hidup sehingga
ia menjadi bagian dari kelompoknya. Secara sederhana, sosialisasi merupakan proses belajar seseorang, di mana orang tua, persekutuan, atau masyarakat
50 Buku Guru Kelas XI SMASMK
meneruskan pengetahuan, kebiasaan, maupun nilai-nilai dalam lingkungannya, biasanya secara tidak sengaja atau melalui keteladanan. Proses sosialisasi ini
mempunyai peranan yang sangat penting karena sangat membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang, termasuk dalam membentuk identitas
manusia Kristen.
Di dalam keluarga, sosialisasi mengambil tempat yang cukup penting, misalnya mengajak anak setiap minggu ke gereja atau sekolah minggu. Sekolah Minggu,
mencontoh bapak dan ibu bagaimana cara berdoa, mencontoh mengunjugi dan mendoakan orang sakit, mencontoh mengikuti persekutuan Kristen. Hal ini
dipelajari melalui pengajaran yang diberikan dengan tidak di sengaja, yaitu melalui jalan memberi contoh dan menirukan, maupun melalui pemberian model bagi
anak. Oleh karena itu, setiap anak memerlukan kehadiran orang tuanya sebagai role model atau peran percontohan yang melaluinya anak belajar. Melalui contoh
dan teladan yang konkret dari orang tua inilah, anak-anak lebih mudah menerima dan menghayatinya daripada sederet nasihat dan petuah.
Peran keluarga Kristen dalam proses sosialisasi merupakan hal yang unik, karena memiliki dasar Alkitab atau landasan teologis. Oleh karena itu, penghayatan akan
iman Kristen pertama-tama harus dilakukan oleh orang tua, kemudian diteruskan kepada anak-anak. Sejak dini orang tua harus memperkenalkan Tuhan kepada
anak-anak dengan menanamkan nilai religius, misalnya rasa sayang kepada makhluk ciptaan Tuhan, menumbuh-kembangkan kebiasaan berdoa, kebiasaan
berbakti setiap hari dengan keluarga, bahkan menaati aturan dalam gereja yang mengharuskan setiap anak untuk dibaptis. Penanaman nilai iman ini menjadi
penting agar anak-anak tidak hanya bertumbuh menjadi orang yang beragama, tetapi menjadi orang yang beriman kepada Tuhan. Artinya seluruh hidup dan
perbuatannya berdasarkan ajaran kristiani sehingga mampu menjadi garam dan terang dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat luas.
Dalam Alkitab, keluarga Timotius merupakan salah satu contoh keluarga saleh karena memiliki iman secara turun-temurun 2 Tim. 1:5. Ini merupakan contoh
keluarga Kristen yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga Kristen modern pada masa ini.
4. Peran Keluarga dalam Proses Edukasi
Dalam proses edukasi, keluarga merupakan agen pendidik yang terutama. Hal ini tampak dalam proses pertumbuhan anak mulai dari bayi, belajar jalan, hingga
mampu berjalan. Fungsi ini juga berkaitan dengan menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat
anak, mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya, serta