Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 121
2. Tri Pusat Pendidikan
Seluruh pendidikan manusia dapat berlangsung dalam tri pusat pendidikan, yaitu di dalam keluarga atau di rumah, di sekolah, dan di gereja sebagai lembaga
masyarakat.
a.
Pendidikan dalam konteks keluarga
Dalam konteks ini anak berinteraksi dengan orang tuanya dan anggota keluarga yang lain. Ia memperoleh pendidikan informal terutama melalui
proses sosialisasi dan edukasi berupa pembiasaan atau habbit formations telah dibahas di pelajaran sebelumnya.
b.
Pendidikan dalam konteks gereja
Di sini anak berinteraksi dengan seluruh anggota gereja yang berbeda secara umur, tingkat sosial, maupun budaya. Ia memperoleh pendidikan non formal
atau pendidikan di luar sekolah yang berupa berbagai pengalaman hidup. Agar gereja dapat melakukan eksistensinya, maka seharusnya generasi muda anak,
remaja, dan pemuda perlu mendapat warisan atau penerusan baik nilai-nilai, sikap, pengetahuan, keterampilan, maupun bentuk kelakuan lainnya sesuai
dengan dasar-dasar kristiani. Dalam konteks gereja, pribadi Kristen dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi jemaat yang
dilandasi oleh sikap yang berdasarkan rasio, nilai kristiani, dan tujuan hidupnya. Oleh karena itu anak perlu didorong untuk terlibat dan menjadi aktivis gereja
agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara sehat secara kristiani.
c.
Pendidikan dalam konteks sekolah
Dalam konteks sekolah, anak memperoleh pendidikan formal. Artinya terprogram dan terjabarkan dengan tetap baik berupa pengetahuan, nilai-
nilai, keterampilan, maupun sikap terhadap mata pelajaran. Anak berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas bersama teman sebayanya. Aspek-aspek
penting yang mempengaruhi perkembangan anak di sekolah dapat berupa bahan-bahan pengajaran, teman dan sahabat peserta didik, guru serta para
pegawai.
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pembelajaran peserta didik di bawah pengawasan guru. Secara etimologi, kata sekolah berasal dari
bahasa Latin skhole, scola, scolae atau skhola yang berarti waktu luang atau waktu senggang, dimana pada masa lampau sekolah adalah kegiatan di waktu
luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja.
Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral atau budi pekerti dan estetika
atau seni. Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh
122 Buku Guru Kelas XI SMASMK
orang yang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri
dunianya melalui berbagai pelajaran. Saat ini, sekolah mengalami pergeseran makna menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran.
Sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban anak bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sekolah juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Dalam pengajaran iman kristiani, sekolah dalam pendidikan agama Kristen PAK menuntut pemikiran atau pengelolaan yang bersungguh-sungguh
dari para pengelolahnya. PAK harus dilaksanakan secara efektif, baik untuk para pendidik maupun peserta didiknya, agar dapat memberi kontribusi bagi
peningkatan kualitas manusia Indonesia. Landasan maupun cara kerjanya tentu harus berakar pada nilai-nilai iman Kristen, sesuai dengan ajaran Alkitab
dan tradisi gereja. Oleh karena itu, baik para guru maupun murid di dalam kehidupannya harus tetap berakar dan berpusat pada pribadi Tuhan Yesus,
yang digerakkan oleh dinamika Roh Kudus. Tuhan Yesus di dalam PAK dikenal sebagai Tuhan, Juru Selamat, dan Guru yang Agung. Sebagai Guru yang Agung,
Kristus tidak hanya memperkenalkan siapa Allah yang sesungguhnya, tetapi juga memberikan teladan kehidupan bagi para murid-murid-Nya, termasuk
kita pada saat ini.
3. Relasi Antara Sekolah dan Keluarga
Sekolah merupakan pihak sekunder dalam pendidikan anak, sebab pihak primer tetap berada di tangan orang tua, terutama ayah dan ibu yang telah dipilih
dan ditetapkan oleh Tuhan. Jadi, sekolah hadir sebagai mitra atau rekan sekerja yang berkolaborasi dengan orang tua dalam mendidik generasi berikutnya
sebagai penerus pelaksana misi Tuhan secara turun-temurun.
Sekolah memiliki tugas ganda yang harus dipikul. Sekolah menjalankan pendidikan kepada anak-anak yang dipercayakan orang tua kepada guru untuk
mengambil bagian atau berpartisipasi dalam membentuk kepribadian, karakter, dan kehidupan rohani yang bertumbuh di mana guru memiliki peran sebagai
fasilitator, motivator, mentor yang merancang proses pembelajaran secara formal. Sekolah tidak hanya sekedar sebagai wadah untuk menambah ilmu pengetahuan
umum kepada peserta didik, tetapi juga untuk memuridkan peserta didik dengan