Pendidikan Karakter Hakikat Pendidikan Karakter
Untuk melaksanakan
pendidikan karakter
memerlukan kesepahaman bersama di kalangan sekolah. Selain itu, yang lebih
penting adalah menyiapkan tenaga pengajar atau guru yang berkarakter. Hal ini karena guru tidak hanya berperan dalam mentransfer
pengetahuan transfer of knowledge, tetapi juga mampu menanamka nilai-nilai Hidayatullah, 2010: 25.
Selanjutnya, Hidayatullah menjelaskan bahwa guru yang berkarakter memiliki nilai-nilai utama sebagai berikut:
a. Amanah, meliputi: komitmen, kompeten, kerja keras, dan konsistensi
b. Keteladanan, meliputi: kesederhanaan, kedekatan, dan pelayanan
maksimal c.
Cerdas, meliputi: intelektual, emosional, dan spiritual Merealisasikan pendidikan karakter bukanlah usaha yang
mudah. Terdapat beberapa hambatan dan tantangan sebagai berikut Hidayatullah, 2010: 15-17:
a. Sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter,
tetapi lebih menekankan pembangunan intelektual, misalnya sistem evaluasi pendidikan menekankan aspek kognitif atau akademik
seperti Ujian Nasional UN, b.
Kondisi lingkungan yang kurang mendukung karakter pembangunan yang baik,
c. Terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak efektif untuk
menciptakan bangsa atau masyarakt yang unggul, yaitu:
1 Kebiasaan-kebiasaan memperlakukan diri sendiri:
a Meremehkan waktu;
b Bangun kesiangan;
c Terlambat masuk kantor;
d Tidak disiplin;
e Suka menunda;
f Melanggar janji;
g Menyontek;
h Ngrasani;
i Kebiasaan meminta;
j Melayani stress;
k Menganggap berat tiap masalah;
l Pesimistis terhadap diri sendiri;
m Terbiasa mengeluh;
n Merasa hebat;
o Meremehkan orang lain;
p Tidak sarapan;
q Tidak terbiasa antri;
r Banyak tidur;
s Banyak menonton televisi;
t Terlena pada kenyamanan;
2 Kebiasaan-kebiasaan memperlakukan lingkungan:
a. Merokok di sembarang tempat;
b. Membuang sampah di sembarang tempat;
c. Corat-coret atau vandalism;
d. Kendaraan yang mengotori udara;
e. Jalan bertabur iklan;
f. Konsumsi plastik berlebihan;
g. Tidak terbiasa mengindahkan aturan pakai;
h. Abai dengan pohon;
i. Menganggap remeh daur ulang;
3 Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan ekonomi:
a Konsumtif;
f Silau dengan kepemilikan orang lain;
b Pamer;
c boros listrik;
d kecanduan nge-game;
e shopaholic;
g Tidak menyusun rencana kehidupan;
h Tidak biasa berfikir kreatif;
i Mengabaikan peluang;
j Kebiasaan-kebiasaan dalam bersosial:
a Tak mau membaca;
b Nepotisme;
c Suap-menyuap;
d Politik balik modal;
e Beragama sempit;
f Lupa sejarah;
g Meniru;
h Tawuran;
i Birokratif;
j Canggung dengan perbedaan;
k Jarang mendengar pendapat orang lain;
l Demo pesanan bayaran;
m Tidak belajar dari pengalaman;
n Provokatif dan mudah terprovokasi;
o Tidak berani berkata ‘tidak’;
p Berambisi menguasai;
q Mengesampingkan tradisi adat;