Latar Belakang Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2015

1 I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otonomi daerah secara umum diartikan sebagai pemberian kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 sebagai titik awal pelaksanaan otonomi daerah mengamanatkan kepada pemerintah pusat untuk menyerahkan sebagian kewenangan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada masyarakat dan dapat mengambil keputusan terkait kepentingan daerah serta mngembangkan segala potensi yang ada untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan kemajuan bangsa. Semangat reformasi otonomi daerah tersebut perlu diterjemahkan pada berbagai aspek pembangunan antara lain adalah pembangunan di bidang pertanian. Sektor pertanian merupakan pengerak utama pembangunan di wilayah Provinsi Bengkulu. Share Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian atas dasar harga berlaku dalam 10 tahun terakhir mencapai 33 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 11,39 per tahun. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas bulan Agustus 2011 menyatakan bahwa mayoritas penduduk Bengkulu 52,24 yang berusia 15 tahun ke-atas bekerja di sektor pertanian BPS 2011. Pengelolaan sumberdaya lahan dalam konteks pembangunan kedepan di Provinsi Bengkulu menjadi sangat penting karena berbagai tantangan yang dihadapi semakin komplek seperti; 1 tekanan lahan oleh pertambahan penduduk, kebutuhan lahan untuk pemukiman cenderung menggunakan lahan produktif terutama lahan sawah yang memiliki aksesibilitas paling baik, 2 konservasi lahan dan alih fungsi lahan, membaiknya harga komoditas perkebunan mendorong petani merubah fungsi lahan sawah dan lahan lainnya menjadi kelapa sawit dan karet, 3 degradasi lahan dan kerusakan lahan, pengelolaan lahan yang memiliki topografi bergelombang dan berbukit belum menerapkan konsep konservasi sehingga mengalami penurunan daya dukungnya untuk pertanian, 4 kerusakan lingkungan serta bencana alam yang terus 2 meningkat. Permasalahan lain yang dihadapi adalah upaya rekondisi lahan-lahan kelapa sawit yang kurang produktif menjadi lahan sawah. Pertanian di masa depan diarahkan untuk menjadi sektor ekonomi modern, efisien, berdaya saing dan tangguh Suryana, 2003. Untuk itu harus dilakukan pemanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup. Selain itu, perlu juga dilakukan rekayasa paket teknologi maju dan spesifik lokasi agar upaya peningkatan efisiensi usaha dalam memproduksi komoditas yang berdaya saing dapat dilakukan dengan baik. Teknologi maju yang dimanfaatkan harus secara teknis dapat diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan ramah lingkungan. Wujud kongkret dalam mencapai tujuan di atas adalah upaya pengembangan produk-produk pertanian unggulan yang didasarkan pada keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah, sehingga tercermin adanya pengembangan wilayah atas dasar komoditas unggulan. Dengan demikian, pemilihan komoditas dan usaha pertanian pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan harus mengacu pada kaidah kecocokan wilayah pengembangan dari aspek teknis budidaya sehingga meningkatkan efisiensi dan pendapatan usahatani. Penyusunan peta pewilayahan komoditas merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pengelolaan sumberdaya lahan yang optimal. Peta ini menyediakan informasi data kondisi 1 tanah, terdiri dari media perakaran, retensi hara, toksisitas, 2 iklim,terdiri dari suhu udara, elevasi, curah hujan, 3 terrain, terdiri dari lereng, singkapan batuan, batuan dipermukaan, 4 bahaya banjir dan bahaya erosi, dan 5 kelayakan ekonomi komoditas eksisting. BPTP Bengkulu telah melaksanakan penyusunan Peta AEZ Agroecological zones skala 1: 250.000 pada tahun 2001, terdiri dari Peta AEZ Kabupaten Bengkulu Utara Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Rejang Lebong Winardi, et al. 2001. Untuk memanfaatkan peta AEZ yang lebih operasionaltelah dilakukan penyusunan peta pewilayahan komoditas pada beberapa kecamatan, yaitu: Kecamatan Arga Makmur dan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara, Kecamatan Curup, Bermani Ulu dan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong serta Kecamatan Manna dan Seginim Kabupaten 3 Bengkulu Selatan.Selanjutnya tahun 2013 dan 2014 telah disusun peta satuan lahan dan pewilayahan komoditas Kabupaten Bengkulu Tengah dan Mukomuko. Penyusunan peta pewilayah komoditas pertanian merupakan kegiatan strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk mendukung pembangunan pertanian. Kegiatan ini diharapkan selesai pada tahun 2015 untuk seluruh kabupaten kota seluruh I ndonesia. Untuk penyelesaian peta tersebut tahun 2015 BPTP Bengkulu akan melakukan kegiatan di Kabupaten Kepahiang dan Lebong.

1.2. Tujuan