62
h. Kejenuhan Basa KB
Kejenuhan basa merupakan gambaran tentang banyaknya basa-basa pada kompleks absorbsi, dinyatakan sebagai bandingan jumlah basa-basa yang
dapat ditukarkan dalam miliekivalen yang terdapat dalam 100 gram tanah terhadap nilai KTK efektif tanah. Pada umumnya makin tinggi kejenuhan basa
suatu tanah, nilai pH-nya juga semakin tinggi dan berkorelasi positif dengan tingkat kesuburan tanahnya. Sebaliknya, apabila nilai kejenuhan basa rendah
sebagian dari kompleks absorbsi ditempati oleh kation-kation Al
3+
dan H
+
, sehingga reaksi tanahnya masam.
Kejenuhan basa tanah Kabupaten Kepahiang dan Lebong berkisar antara 8,37-70,72 rendah dan 13,81-53,09 rendah, hal ini menunjukkan bahwa
bahan pembentuk tanah di daerah penelitian miskin basa-basa tanah. Menurut Setiadi 2012 kejenuhan basa tidak boleh kurang dari 20 agar tanaman tidak
mengalami pertumbuhan melambat. Hal tersebut dapat disebabkan oleh terjerapnya unsur Al yang beracun bagi tanaman pada kondisi tanah dengan
kejenuhan basa yang kurang dari 20.
i. Kesuburan tanah
Hasil evaluasi status kesuburan tanah menggunakan data laboratorium menunjukkan bahwa tanah-tanah di Kabupaten Kepahiang dan Lebong memiliki
KTK tinggi. Namun karena status hara P
2
O
5
dan K
2
O ekstrak HCl 25 seluruh profil lokasi penelitian termasuk sangat rendah-sedang maka status kesuburan
tanah lokasi penelitian seluruhnya termasuk rendah. Hal ini bertolak belangkang dengan pernyataan Susanto
et al. 2010, Bassey et al. 2009, dan Widodo 2006 yang menyatakan bahwa KPK memegang peranan penting dalam
menentukan status kesuburan tanah. Rendahnya hasil evaluasi status kesuburan tanah yang diperoleh dari setiap
profil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh sedikitnya kombinasi parameter yang digunakan dalam menilai status kesuburan tanah. Hal ini senada dengan hasil
penelitian Susanto et al. 2010 bahwa semakin banyak parameter dilibatkan
dalam penilaian status kesuburan tanah memiliki kecenderungan semakin meningkatkan akurasi hasil. Hasil penilaian status kesuburan tanah menunjukkan
bahwa semua titik pengamatan termasuk tingkat kesuburan tanah rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh iklim dan relief serta variasi tingkat
63
perkembangan tanah tidak berpengaruh langsung terhadap status kesuburan tanah Alam
et al. 2013.
4.7.4. Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian
Penilaian kualitas karakteristik lahan terhadap persyaratan tumbuh tanaman yang dinilai dipisahkan dalam tiga kelompok yaitu: 1 persyaratan
tumbuh tanaman crop requirements yang merupakan karakteristik zone
agroekologi; 2
persyaratan pengelolaan
[ management pengelolaan
management requirements] yang merupakan grup manajemen atau grup perbaikan lahan; 3 persyaratan pengawetan
conservation requirements yang merupakan grup konservasi dan
lingkungan. Khusus bagi peruntukan pengembangan peternakan terdapat satu kriteria lainnya, yakni 4 persyaratan
faktor kenyamanan freshness bagi kehidupan ternak.
a. Hasil Kesesuaian lahan Kabupaten Kepahiang
Hasil evaluasi kesesuaian lahan beberapa komoditas menunjukkan bahwa lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas pertanian di Kabupaten
Kepahiang seluas 49.075 ha 69,50 , sedangkan sisanya seluas 21.534 ha 30,50 merupakan lahan perkebunan swasta, kawasan lindung, pemukiman,
badan air, dan lainnya. Kesesuaian lahan untuk tanaman pangan
Tanaman pangan dapat dikembangkan pada areal seluas 12.890 ha 18,26 yang merupakan lahan basah dan lahan kering. Komoditas yang dapat
dikembangkan adalah padi sawah, jagung, kacang tanah, kedelai, dan ubi jalar. Kelas lahan untuk komoditas tanaman pangan ini sesuai marjinal S3. Pola
pemanfaatan lahan yang dapat dilakukan adalah padi-palawija-palawija. Kesesuaian lahan untuk tanaman pangan disajikan pada Tabel 7.
Faktor pembatas dalam pengembangan komoditas tanaman pangan secara umum adalah adalah ketersediaan air yang tinggi wa, faktor ini saling
berkaitan dengan temperatur rendah tc, retensi hara rendah nr dan ketersediaan hara rendah na. Konsep iklim dan pertanian telah banyak dibahas,
misalnya; Hartley 1999, Ayoade 2002; 2004, dan Cicek dan Turkogu 2005 menyatakan bahwa semua parameter iklim seperti curah hujan, sinar matahari,
suhu, penguapan mempunyai pengaruh yang besar bagi tanaman.
64
Tabel 7. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman pangan Kabupaten
Kepahiang Tahun 2015 No
Komoditas Sub Kelas
Zona Sub
Zona SPT
Luas ha
1 Padi, jagung,
S3-wa I V D
fs 1
760 Kacang tanah, kedelai
S3-wa I V D
fk Ubi jalar
S3-wa I V D
fu 2
Padi S3-wa na
I V D fs
2 326
Jagung S3-wa nr na
I V D fs
Kacang tanah, kedelai S3-tc wa
I V D fk
Ubi jalar S3-wa
I V D fu
3 Padi, jagung
S3-wa nr I V D
fs 9
4.623 Kacang tanah, kedelai
S3-tc wa I V D
fk Ubi jalar
S3-wa I V D
fu 4
Padi, jagung S3-wa nr na
I V D fs
12 643
Kacang tanah, kedelai S3-tc wa
I V D fk
Ubi jalar S3-wa
I V D fu
5 Padi, jagung
S3-wa nr I V D
fs 13
4.220 Kacang tanah
S3-wa I V D
fk Ubi jalar
S3-wa nr I V D
fu Kedelai
S3-wa nr I V D
fk 6
Padi sawah, jagung S3-wa nr na
I V D fs
15 2.318
Kacang tanah, kedelai S3-wa
I V D fk
Ubi jalar S3-wa
I V D fu
Sumber: Data primer diolah 2015. Produksi pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor iklim yang tidak dapat
dikendalikan, terutama curah hujan. Curah hujan memainkan peran yang lebih signifikan daripada input pertanian lainnya. Jumlah dan distribusi temporal curah
hujan menjadi penentu yang paling penting dari fluktuasi tingkat produksi tanaman secara nasional Mulat et al., 2004. Menurut von Braun 1991,
umumnya penurunan rata-rata 10 curah hujan musiman mengakibatkan penurunan 4,4 dalam produksi pangan.
Curah hujan merupakan unsur iklim yang fluktuasinya tinggi dan
pengaruhnya terhadap produksi tanaman cukup signifikan. Jumlah curah hujan secara keseluruhan sangat penting dalam menentukan hasil Anwar et al. 2015,
terlebih apabila ditambah dengan peningkatan suhu. Namun peningkatan suhu yang besar akan berdampak pada menurunkan hasil. Peningkatan curah hujan
di suatu daerah berpotensi menimbulkan banjir, sebaliknya jika
terjadi penurunan dari kondisi normalnya akan berpotensi terjadinya kekeringan. Kedua
65
hal tersebut tentu akan berdampak buruk terhadap metabolisme tubuh tanaman dan berpotensi menurunkan produksi, hingga kegagalan panen.
Selanjutnya, menurut Latiri et al. 2010, curah hujan berkorelasi tinggi
terhadap komponen hasil. Curah hujan yang tinggi dengan managemen yang tepat dapat memperkecil risiko usaha dan penganeka ragaman komoditas yang
diusahakan. Falco et al. 2010 yang menyatakan bahwa sejumlah tanaman
berkorelasi positif dengan curah hujan secara langsung. Hal itu menunjukkan bahwa jika hujan tersedia lebih banyak, maka akan lebih banyak lagi tanaman
yang dapat ditumbuhkan, atau areal tanam yang dapat diperluas. Tabel 8. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman hortikultura aneka sayur
Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 No.
Komoditas Kelas
Sub Kelas Zona
Sub Zona
SPT Luas
ha 1
Cabai , tomat, terung, sawi
S3 S3-wa nr
I I I D fv
10 7.059
Kubis S3
S3-wa nr eh I I I D
fv 10
Wortel S3
S3-tc nr I I I D
fv 10
Bawang merah S3
S3-tc wa nr I I I D
fv 10
Mentimun S3
S3-nr I I I D
fv 10
2 Cabai , tomat,
terung, sawi, bawang merah
S3 S3-wa nr
I I I D fv
11 3.305
Kubis S3
S3-wa nr eh I I I D
fv 11
Wortel, mentimun S3
S3-nr I I I D
fv 11
3 Cabai , tomat,
terung, sawi, bawang merah
S3 S3-wa nr
I I I D fv
14 511
Kubis S3
S3-wa nr eh I I I D
fv 14
Wortel, mentimun S3
S3-nr I I I D
fv 14
4 Cabai , tomat,
terung, sawi, bawang merah
S3 S3-wa nr
I I I D fv
16 3.648
Kubis S3
S3-wa nr eh I I I D
fv 16
Wortel, mentimun S3
S3-nr I I I D
fv 16
Sumber : Data Primer diolah 2015
Pengembangan tanaman hortikultura aneka sayuran cabai, kubis, sawi, tomat, terung, wortel, bawang merah, dan mentimun seperti yang ditunjukkan
Tabel 8 dapat dilakukan pada lahan kering seluas 14.523 ha 20,57 terdiri dari lahan sesuai marjinal. Seperti halnya komoditas tanaman pangan, faktor
pembatas pengembangan tanaman hortikultura adalah masalah ketersediaan air
66
wa, temperatur, retensi hara rendah, dan bahaya erosi karena kelerengan lahan 15 . Pengembangan komoditas hortikultura aneka buah pisang,
pepaya, jeruk, avokad, mangga, durian, dan buah naga dapat dilakukan pada satuan lahan yang sama dengan tanaman sayuran Tabel 9.
Tabel 9. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman hortikultura aneka buah Kabupaten Kepahiang Tahun 2015
No. Komoditas
Kelas Sub Kelas
Zona Sub
Zona SPT
Luas ha
1 Pisang
S3 S3 - tc nr
I I I D ff
10 7.059
Pepaya S3
S3 - tc wa nr I I I D
ff Jeruk
S2 S2 - tc nr eh
I I I D ff
Avokad S3
S3 - wa nr I I I D
ff 2
Pisang, durian S3
S3 – nr I I I D
ff 11
3.305 Pepaya
S3 S3 - wa nr
I I I D ff
Jeruk S2
S2 - tc nr eh I I I D
ff Avokad, mangga
S3 S3 - wa nr
I I I D ff
Buah Naga S3
S3 – tc I I I D
ff 3
Pisang, jeruk, durian
S3 S3 – nr
I I I D ff
14 511
Pepaya, avokad, mangga
S3 S3 - wa nr
I I I D ff
Buah Naga S3
S3 - tc nr I I I D
ff 4
Pisang S3
S3 – nr I I I D
ff 16
3.648 Pepaya
S3 S3 - wa nr
I I I D ff
Jeruk , durian S2
S2 - tc nr eh I I I D
ff Avokad, mangga
S3 S3 – wa
I I I D ff
Buah Naga S3
S3 - tc nr I I I D
ff
Sumber : Data Primer diolah 2015
Kondisi suhu, curah hujan, dan pola musim sangat menentukan kecocokan dan optimalisasi pembudidayaan tanaman pertanian. Misalnya, padi sangat
cocok dibudidayakan di daerah yang bersuhu udara panas dengan curah hujan yang cukup tinggi. Tanaman hortikultura, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan cocok dibudidayakan di daerah sedang sampai sejuk dengan intensitas curah hujan tidak setinggi pada tanaman padi. Kabupaten Kepahiang dan
Lebong termasuk daerah dataran tinggi yang potensial untuk pengembangan tanaman hortikultura. Berkaitan dengan curah hujan yang mempengaruhi
produksi tanaman perlu ada pengaturan pola tanam dan jadwal tanam yang tepat agar air hujan dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara efektif.
67
Kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan Tanaman perkebunan yang berpeluang untuk dikembangkan di
Kabupaten Kepahiang adalah tanaman kopi robusta, kopi arabika, kakao, jahe, lada, kemiri, pala, aren, dan teh Tabel 10. Berdasarkan hasil evaluasi
kesesuaian lahan untuk kelompok tanaman perkebunan lahan yang sesuai untuk dikembangkan seluas 43.330 ha 61,37 . Kelas kesesuaian lahan untuk
komoditas perkebunan adalah sesuai S2 dan sesuai marginal S3. Tabel 10. Kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman tahunan perkebunan
Kabupaten Kepahiang tahun 2015 No.
Komoditas Kelas
Sub Kelas Zona
Sub Zona
SPT Luas
1 Kopi Robusta,
kakao S3
S3-tc wa eh I I D
ei 6
1.391 Kemiri, pala
S3 S3-eh
I I D ei
Aren S2
S2-tc wa I I D
ei Teh
S3 S3-nr eh
I I D ei
2 Aren
S2 S2-tc wa
I I D ei
7 4.344
3 Kopi arabika
S3 S3-tc wa
I I I D ei
10 7.059
Kakao S3
S3-tc wa nr I I I D
ei Kemiri
S3 S3-tc nr
I I I D ei
Teh S3
S3-nr I I I D
ei 4
Kopi Robusta S3
S3-wa I I I D
ei 11
3.305 Kakao
S3 S3-wa nr
I I I D ei
Jahe S3
S3-tc nr I I I D
ei Pala, kemiri, teh
S3 S3-nr
I I I D ei
5 Kopi Robusta,
kakao S3
S3-wa nr I I I D
ei 14
511 Jahe
S3 S3-tc nr
I I I D ei
Pala, kemiri S3
S3-nr I I I D
ei 6
Kopi Robusta, kakao
S3 S3-wa nr
I I I D ei
16 3.648
Jahe S3
S3-tc nr I I I D
ei Pala, kemiri
S3 S3-nr
I I I D ei
7 Kopi Robusta,
kakao S3
S3-wa nr eh I I D
ei 17
11.702 Kemiri, lada
S3 S3-nr eh
I I D ei
8 Aren
S2 S2-wa
I I D ei
18 11.370
Sumber : Data Primer diolah 2015
Faktor pembatas
pengembangan komoditas
perkebunan adalah
ketersediaan air wa yang terkait dengan curah hujan tinggi, retensi hara yang berhubungan dengan pH tanah masam dan kandungan bahan organik tanah
rendah. Faktor lainnya yang menjadi pembatas pengembangan komoditas
68
perkebunan adalah bahaya erosi eh, terutama pada lahan dengan lerang
25 .
b. Hasil Kesesuaian lahan Kabupaten Lebong