Kesimpulan Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)

strategis dan biaya produksi yang minim akan berdampak pada pendapatan usaha yang dijalankan. d Mempunyai pelanggan yang banyak karna tempat yang strategis. e Membuat usaha makanan yang lain. Di dalam satu tenda atau kios bisa menjual beberapa varian usaha. f Tingkat permintaan barang tinggi. Kondisi inilah yang membuat usaha makanan dan minuman tetap bertahan. 4. Faktor eksternal yang dianggap sebagai ancaman bagi pedagang kaki lima adalah meliputi: a Sering terjadi pungutan liar. b Banyaknya pesaing kompetitor. c Sering ditertibkan oleh petugas keamanan Pol PP. d Konsumen sering tidak percaya terhadap kebersihan makanan. e Bila terjadi hujan lebat, rawan pohon tumbang ataupun banjir. f Tidak stabilnya harga bahan baku.g Adanya pesaing dari jenis dagangan yang sama dengan inovasi baru 5. Strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan usaha oleh pedagang kaki limasalah satunya untuk menentukan strategi bersaing adalah meliputi; a Meningkatkan kapasitas produksi secara ekonomis dengan mutu yang baik. b Maksimalisasi kenyamanan dan hargadengan volume yang optimal c Menggunakan kelebihan produksi untuk pangsa pasar luar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, peneliti berpendapatbahwa : pedagang memiliki kemampuanuntuk merubah potensi menjadi suatu prestasi dan kineja yang lebih baik. Sehingga arah tujuan usaha yang tepat untuk dilaksanakan adalah dengan meningkatkan danmemperbesar usaha.Dalam berbagai persoalan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sekaligusuntuk memperluas peran serta memanfaatkan berbagai peluang yang ada.Selanjutnyauntuk penelitian yang berikutnya, untuk mengetahui strategi bersaingpada pedagang khususnya pedagang kaki lima seharusnya menambah objekpenelitian lebih dari banyak dan bervariasi untuk melihat hasil yang konkrit. Dan untukmenghasilkan data yang lebih objektif, selain pihak pedagang peneliti selanjutnyasebaiknya melibatkan konsumen dan elit yang konsen terhadap pedagang kaki limasebagai responden.

BAB II KERANGKA TEORI

2.1. Pedagang Kaki Lima PKL 2.1.1. Pengertian Pedagang Kaki Lima Pengertian pedagang sektor informal sangat terkait dengan ekonomi informal. Kebanyakan usaha informal terdiri dari aktivitas ekonomi yang sah dengan kelembagaan dan organisasi yang lemah, sektor informal terdiri darikegiatan komersil yang sah seperti warung sembako, penjual pakaian di jalanan dan lainnya dengan tanpa persyaratan legal, seperti harus mempunyai ijin dan membayar pajak. Menurut Lili N. Schock dalam bukunya menyebutkan istilah “kaki lima” sudah lama dikenal di tepi jalan.Istilah tersebut berasal dari zaman antara tahun 1811-1816, saat Napoleon menguasai benua Eropa dan daerah-daerah koloni Belanda di Asia berada di bawah kekuasaaan administrasi Inggris.Sedangkan istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada zaman Hindia Belanda, tepatnya pada saat Gubernur Jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pedagang informal membuat jarak sejauh 5 kaki atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota Danisworo, 2000. Peraturan ini diberlakukan untuk melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan kesempatan kepada pedagang informal untuk berdagang. Sampai sekarang sistem lalu lintas di sebelah kiri masih berlaku, sedangkan trotoar untuk pejalan kaki tidak banyak bertambah.Pada tempat yang sempit inilah para pedagang tepi jalan melakukan usahanya. Jadi, kaki lima adalah