Menurut Jenis Kelamin Menurut Kelompok Umur

commit to user ditandai dengan tingginya angka kelahiran maupun jumlah penduduk yang datang lebih besar daripada jumlah penduduk yang pergi ke luar daerah Kabupaten Sleman. Kepadatan fisiologis merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dibanding dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman yang dinyatakan dalam satuan jiwa setiap unit tanah pertanian. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa kepadatan fisiologis di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian karena peningkatan jumlah penduduk. Sedangkan kepadatan agraris merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dengan luas lahan pertanian. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa kepadatan agraris di Kabupaten Sleman setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang bekerja di sektor pertanian tetapi luas lahan pertanian semakin sempit. Laju pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun menunjukkan jumlah penduduk semakin bertambah tiap tahunnya. Hal ini akan berpengaruh pada penggunaan lahan, semakin banyak jumlah penduduk maka lahan pertanian akan semakin berkurang. Berkurangnya lahan pertanian ini terjadi karena adanya konversi lahan, yang semula suatu lahan digunakan untuk lahan pertanian akan beralih menjadi pemukiman penduduk. Upaya pengembangan potensi wilayah berbasis komoditi pertanian, terutama komoditi tanaman bahan makanan sangat diperlukan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian di wilayah Kabupaten Sleman.

2. Komposisi Penduduk

a. Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelaminnya dikelompokkan menjari dua yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan komposisi tersebut dapat diketahui sex ratio -nya yaitu perbandingan antara laki-laki dan perempuan di wilayah Kabupaten commit to user Sleman. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009 Tahun Jenis Kelamin Jumlah Sex Ratio Laki-laki Perempuan 2005 2006 2007 2008 2009 448.343 453.805 460.541 524.725 534.018 456.774 461.611 467.930 515.495 532.655 905.117 915.416 926.471 1.040.220 1.066.673 98,15 98,31 98,42 101,79 100,26 Sumber : BPS Kabupaten Sleman, 2009 Tabel 10 menunjukkan bahwa dari tahun 2005-2009 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan meningkat. Jumlah penduduk terbesar pada tahun 2009, yaitu penduduk laki-laki berjumlah 534.018 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 532.655 jiwa. Apabila dilihat dari dari jenis kelaminnya, pada tahun 2005-2007 jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Namun pada tahun 2009, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini bisa dilihat dari besarnya rasio jenis kelamin sex ratio pada tahun 2009 sebesar 100,26.

b. Menurut Kelompok Umur

Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Komposisi penduduk Kabupaten Sleman berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 11. commit to user Tabel 11. Komposisi Penduduk Kabupaten Sleman menurut Kelompok Umur Tahun 2009 Umur tahun Jumlah orang Angka Beban Tanggungan 0 – 14 200.721 15 – 64 758.580 40,61 ≥ 65 107.372 Jumlah 1.066.673 Sumber : BPS Kabupaten Sleman, 2009 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur, pada tahun 2009 penduduk di Kabupaten Sleman paling banyak merupakan penduduk umur produktif umur 15-64 tahun, yaitu sebanyak 758.580 jiwa dan yang paling sedikit adalah kelompok umur lebih dari 65 tahun, yaitu berjumlah 107.372 jiwa. Jumlah penduduk umur produktif lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk umur non produktif. Dengan demikian, banyaknya penduduk umur produktif dapat dijadikan sebagai modal tenaga kerja untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Sleman. Angka Beban Tanggungan ABT penduduk di Kabupaten Sleman pada tahun 2009 adalah sebesar 40,61. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk umur produktif harus menanggung 41 penduduk umur non produktif. Semakin besar angka beban tanggunggan, maka akan semakin kecil sumber daya manusia yang digunakan untuk proses pembangunan daerah di Kabupaten Sleman.

c. Menurut Tingkat Pendidikan