Komoditi Terbelakang Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sleman

commit to user 77 tinggi dikarenakan sebagian besar Kabupaten Sleman termasuk dataran tinggi yang sangat cocok untuk perkembangan budidaya tanaman sayuran. Komoditi buah-buahan yang termasuk kategori komoditi berkembang terdiri dari nanas, alpukat, salak pondoh, pepaya dan sawo. Komoditi berkembang yang memiliki laju pertumbuhan paling besar diantara komoditi tanaman bahan makanan yang lain adalah pepaya yaitu sebesar 28,05 dengan kontribusinya sebesar 0,28. Semua jenis buah- buahan yang termasuk komoditi berkembang ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi kontribusi yang dimiliki lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kabupaten Sleman. Komoditi buah-buahan yang termasuk dalam komoditi berkembang ini merupakan komoditi yang dapat tumbuh baik di Kabupaten Sleman dan salah satunya merupakan komoditi unggulan yaitu salak pondoh. Secara umum kategori komoditi berkembang di Kabupaten Sleman merupakan komoditi tanaman bahan makanan yang termasuk jumlah komoditi terbanyak diantara kategori komoditi lain. Semua komoditi berkembang ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat tetapi kontribusinya kecil terhadap PDRB Kabupaten Sleman. Besarnya tingkat laju pertumbuhan membuat komoditi berkembang dapat dikatakan mampu bersaing dengan komoditi lainnya. Komoditi berkembang sangat berpotensi untuk dikembangkan, karena komoditi ini mempunyai kecenderungan untuk terus mengalami pertumbuhan yang positif atau peningkatan dari tahun sebelumnya. Oleh karena itu perlu dilakukan supaya untuk meningkatkan kontribusi dari komoditi berkembang tersebut sehingga diharapkan komoditi berkembang juga dapat memberikan peranan yang positif terhadap pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Sleman.

3. Komoditi Terbelakang

Komoditi terbelakang adalah komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki kriteria laju pertumbuhan lambat dan kontribusi komoditi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Sleman. Berdasarkan hasil commit to user 78 pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan Tipologi Klassen, terdapat 4 jenis komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sleman yang termasuk kategori komoditi terbelakang. Komoditi tersebut adalah kacang tanah, kedelai, terong dan pisang. Jenis komoditi palawija yang termasuk dalam kategori komoditi terbelakang adalah kacang tanah dan kedelai. Kedua komoditi tersebut memiliki kontribusi dan laju pertumbuhan yang lebih kecil dibawah kontribusi dan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sleman. Kacang tanah memiliki kontribusi dibawah PDRB Kabupaten Sleman yaitu sebesar 1,89 dan kedelai kontribusinya sebesar 0,16. Laju pertumbuhan komoditi kacang tanah sebesar 0,03 dan untuk komoditi kacang tanah sebesar -14,87. Hal ini dikarenakan nilai produksi kacang tanah dan kedelai yang kecil akibat produksi yang berfluktuatif, harga komoditi kacang tanah juga berfluktuatif dan budidaya komoditi kedelai tidak didukung dengan keadaan alam yang ada di Kabupaten Sleman sehingga produksinya berfluktuatif dan cenderung menurun. Untuk tanaman kacang tanah, komoditi ini biasanya hanya diusahakan secara tumpang sari dengan tanaman lain karena komoditi ini termasuk dalam kelas leguminosae yang mampu menyediakan unsur N bagi tanaman lainnya. Komoditi sayur-sayuran yang masuk dalam kategori komoditi terbelakang adalah terong. Kontribusi komoditi terong yaitu sebesar 0,09. Kontribusi komoditi terong tersebut dibawah kontribusi PDRB Kabupaten Sleman terhadap PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang nilainya sebesar 30,31. Laju pertumbuhan komoditi terong yaitu sebesar -1,79, laju pertumbuhan komoditi tersebut dibawah laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sleman yaitu 4,7465. Komoditi buah-buahan yang termasuk kategori komoditi terbelakang adalah pisang. Komoditi pisang memiliki kontribusi sebesar 5,72. Hal ini dikarenakan nilai produksi buah pisang mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun. Nilai produksi ini dipengaruhi jumlah produksi yang terus menurun tiap tahunnya dan harganya yang commit to user 79 cenderung berfluktuatif. Jumlah produksi yang terus menurun ini disebabkan karena buah pisang ini dibudidayakan secara konvensional tanpa didukung dengan pemeliharaan yang baik. Laju pertumbuhan yang lambat dari tahun ke tahun maupun kontribusi komoditi yang kecil dibandingkan kontribusi PDRB Kabupaten Sleman akan menjadikan komoditi ini terpuruk diantara komoditi tanaman bahan makanan yang lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa kendala dalam pengusahaan komoditi tersebut, seperti sempitnya luas lahan yang digunakan maupun iklim yang kurang mendukung dalam pengelolaan tanaman yang termasuk komoditi terbelakang. Kategori komoditi terbelakang pada umumnya merupakan komoditi tanaman bahan makanan yang perlu diperhatikan oleh petani maupun pemerintah daerah di Kabupaten Sleman untuk dilakukan usaha pengembangan komoditi lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk pengembangan lebih lanjut komoditi terbelakang dengan memanfaatkan potensi wilayah dengan seoptimal mungkin. Usaha yang dilakukan yaitu meningkatkan laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi terbelakang, sehingga akan meningkatkan peranan komoditi terhadap pembangunan sektor pertanian di daerah Kabupaten Sleman.

C. Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di