9
f.  Data  mengenai  rumah  tidak  layak  huni  di  Kota  Surakarta  data  BPS, website, dll.
g.  Hasil  kajian  atau  penelitian  mengenai  masalah  perumahan  dan permukiman di Kota Surakarta website, jurnal.
Metode  Pengumpulan  Data  Primer,  dilakukan  dengan  teknik wawancara terstruktur, penyebaran kuesioner dan observasi lapangan yaitu
sebagai berikut:
a. Wawancara Terstruktur
Lincoln  and  Guba  dalam  Sanapiah  Faisal  Sugiyono,2005, mengemukakan  ada  tujuh  langkah  dalam  penggunaan  wawancara
untuk mengumpulkan dalam penelitian kualitatif, yaitu 1  Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2  Menyiapkan pokok-pokok
masalah yang
akan menjadi
pembicaraan 3  Mengawali atau membuka alur wawancara
4  Melangsungkan alur wawancara 5  Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakbirin
6  Menuliskan hasil wawancara ke dalam cacatan lapangan 7  Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh
Untuk  memandu  proses  wawancara  dengan  responden  wawancara agar  penelitian  yang  dilakukan  sesuai  dengan  tujuan  penelitian  ini,
maka  perlu  disusun  pedoman  wawancara.  Pedoman  wawancara merupakan    hal-hal  utama  dalam  bentuk  pertanyaan    yang  dijadikan
acuan  oleh  peneliti  untuk  mengajukan  pertanyaan  kepada  responden wawancara.  Alat  wawancara  yang  dapat  dipergunakan  Sugiyono,
2005 adalah buku catatan, alat perekam, serta kamera. Pengumpulan data primer dengan wawancara terstruktur dilakukan
untuk  mendapat  informasi  yang  terkait  dengan  program  perbaikan rumah  tidak  layak  huni  di  Kota  Surakarta.  Penentuan  responden
wawancara  dilakukan  dengan  metode  Purposive  Sampling.  Sesuai dengan namanya, sampel  diambil dengan maksud atau tujuan tertentu
10
Riduwan,  2004.  Seseorang  atau  sesuatu  diambil  sebagai  sampel karena  peneliti  menganggap  bahwa  seseorang  atau  sesuatu  tersebut
memiliki  informasi  yang  diperlukan  bagi  penelitiannya.  Responden dipilih  berdasarkan  hasil  analisis  isi  Peraturan  Walikota  Surakarta
Nomor  5  A  Tahun  2008  Tentang  Pedoman  Pelaksanaan  Pemberian Bantuan  PembangunanPerbaikan  Rumah  Tak  Layak  Huni  Bagi
Masyarakat Miskin Kota Surakarta Tahun 2008. Instansi  yang terkait dengan program perbaikan rumah tidak layak
huni  di  Kota  Surakarta,  dijadikan  responden.  Dalam  hal  ini  instansi tersebut  adalah  Bapermas,  Dinas  Pekerjaan  Umum,  Dinas  Tata  Kota,
Bapeda,  Badan  Pertanahan  Nasional,  Camat,  Forum  LPMK  Tingkat Kota dan LSM.
11
Tabel 1.1 Responden Wawancara Penelitian
Kode Nara Sumber
Personil Jumlah
Keterangan A-1
Panitia Pembangunan
Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Tingkat Kota Bapermas Kota
Surakarta 1 orang
A-2 Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta
1 orang A-3
Dinas Tata Kota Surakarta
1 orang A-4
Bapeda Kota Surakarta
1 orang A-5
Kantor Pertanahan Kota Surakarta
1 orang A-6.1
A-6.2 A-6.3
Kecamatan 3 orang
 Kecamatan Banjarsari  Kecamatan Serengan
 Kecamatan Jebres A-7
Forum LPMK Tingkat Kota
1 orang B-1.1
B-1.2 B-1.3
Panitia Pembangunan
Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Tingkat Kelurahan
Kelurahan 3 orang
 Kelurahan Ketelan  Kelurahan Kratonan
 Kelurahan Jebres B-2.1
B-2.2 B-2.3
LPMK tingkat kelurahan
3 orang  Kelurahan Ketelan
 Kelurahan Kratonan  Kelurahan Jebres
C-1.1 Kelompok Kerja
Penerima Bantuan
Pembangunan Perbaikan Rumah
Tidak Layak Huni Kelompok Kerja
Kelurahan Ketelan 1 orang
C-1.2 Kelompok Kerja
Kelurahan Kratonan 1 orang
C-1.3 Kelompok Kerja
Kelurahan Jebres 1 orang
Total 18 orang
Sumber : Hasil Analisis Responden Wawancara, 2010
b. Observasi Lapangan