97
1. Analisis Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerim Program
Analisis tingkat penghasilan masyarakat penerima bantuan program perbaikan rumah tidak layak huni dilakukan untuk mengetahui
tingkat penghasilan masyarakat penerima bantuan, yang disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3 Analisis Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerim Program
No Tingkat Penghasilan
Masyarakat Jml
Analisis 1
Rp 300.000 5
6,85 Tingkat penghasilan masyarakat yang didominasi oleh tingkat penghasilan
Rp 500.000-900.000 dan Rp 300.000- 500.000. Masyarakat dengan
penghasilan lebih dari Rp 1.500.000 hanya sebesar 4,11 menujukkan
bahwa kecilnya penyimpangan kelompok sasaran penerima bantuan.
2 Rp 300.000-500.000
25 34,25
3 Rp 500.000-900.000
31 42,47
4 Rp 900.000-1.500.000
9 12,33
5 Rp 1500.000
3 4,11
Jumlah 73
100
Sumber : Hasil Analisis, 2010
Berdasarkan pada Tabel 4.3 Analisis Tingkat Penghasilan Masyarakat Penerim Program di atas, tingkat penghasilan masyarakat
penerima program perbaikan rumah tidak layak huni di Kelurahan Ketelan, Kratonan, dan Jebres, didominasi oleh tingkat penghasilan warga sebesar
Rp 500.000-900.000 dengan presentase sebesar 42,47. Sedangkan untuk masyarakat dengan penghasilan lebih dari Rp 1.500.000 hanya sebesar
4,11. Hal ini menujukkan bahwa kecilnya penyimpangan kelompok sasaran penerima bantuan, dengan ketepatan sebesar 95,89.
2. Analisis Kondisi Rumah Sebelum Pelaksanaan Program
Analisis kondisi rumah sebelum pelaksanaan program perbaikan rumah tidak layak huni dilakukan dengan penilaian kondisi rumah
masyarakat sebelum menerima bantuan, untuk mengetahui kesesuaian kondisi rumah terhadap kriteria rumah tidak layak huni dalam Perwali No
5 A Tahun 2008. Analisisnya disajikan dalam tabel sebagai berikut.
98
Tabel 4.4 Analisis Kondisi Rumah Sebelum Pelaksanaan Program
No Kondisi Sebelum Program
Jml Analisis
1 Luas lantai rata-rata per penghuni 4 m
2
63 86,30 Keadaan rumah sebelum
pelaksanaan program didominasi oleh rumah-
rumah dalam keadaan rusak, luas lantai rata-
rata per penghuni 4 m2, Lantai dari tanah
dan rumah lembabpengap, serta
merupakan bangunan tidak permanen, dengan
presentase rata-rata 60,27.
2 Sumber air tidak sehat
14 19,18
3 Tidak mempunyai akses MCK
14 19,18
4 Bangunan tidak permanen
48 65,75
5 Tidak mempunyai pencahayaan matahari
dan ventilasi udara. 36
49,32 6
Tidak memiliki pembagian keruangan 46
63,01 7
Lantai dari tanah dan rumah lembabpengap
64 87,67
8 Kondisi rusak
67 91,78
Rata-rata 60,27
Sumber : Hasil Analisis, 2010
Dari Tabel 4.4 Analisis Kondisi Rumah Sebelum Pelaksanaan Program di atas, diketahui keadaan rumah sebelum pelaksanaan program
didominasi oleh rumah-rumah dalam keadaan rusak, luas lantai rata-rata per penghuni 4 m
2
, Lantai dari tanah dan rumah lembabpengap, serta merupakan bangunan tidak permanen, dengan presentase rata-rata 60,27.
Karena berdasarkan ketentuan Peraturan Wali Kota Surakarta No 5A Tahun 2008, persyaratan penerima bantuan program perbaikan rumah
tidak layak huni harus memenuhi sebagian danatau seluruh persyaratan kriteria rumah tidak layak huni, maka bisa dianggap bahwa rumah-rumah
penerima program perbaikan rumah tidak layak huni ini telah memenuhi persyaratan rumah tidak layak huni.
Dari kedua analisis tersebut kemudian dapat dilakukan analisis terhadap tingkat kesesuaian kelompok sasaran program perbaikan rumah tidak
layak huni ini dalam tabel sebagai berikut.
99
Tabel 4.5 Analisis Kesesuaian Kelompok Sasaran Program
Sumber : Hasil Analisis, 2010
Berdasarkan Tabel 4.5 Analisis Kesesuaian Kelompok Sasaran Program di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat ketepatan kelompok sasaran
pelaksanaan program perbaikan rumah tidak layak huni ini cukup tinggi dimana rumah-rumah yang mendapatkan bantuan telah memenuhi kriteria
rumah tidak layak huni dengan rata-rata capaian 60,27, dan dilihat dari tingkat penghasilan masyarakat, memenuhi kriteria miskin dengan ketepatan
sebesar 95,89.
C. ANALISIS