Implementasi Pendidikan Karakter dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Akademik Siswa Kelas VI SD Negeri Jombang 1 Ciputat

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

M. Zainul Labib

NIM 107011001102

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU AKADEMIK SISWA

KELAS VI SD NEGERI 1 JOMBANG CIPUTAT

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemerosotan moral siswa ini terbukti dengan berbagai kasus seperti tindak kriminal dan kasus kejahatan pelajar, salah satu penyebabnya karena dalam proses pembelajaran para pendidik lebih mementingkan pada aspek kognitif (teori) dibandingkan dengan aspek Afektif (sikap/karakter).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter yang diterapkan di SD Negeri Jombang 1 Ciputat dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku akademik siswa kelas VI. Dan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket, lembar observasi dan lembar wawancara. Dengan jumlah responden 30 siswa dimana 20% dari jumlah populasi kelas VI yaitu 150 siswa, data implementasi pendidikan karakter terdiri 20 item soal. Sementara data perilaku akademik siswa terdiri 20 item soal.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat atau tinggi implementasi pendidikan karakter terhadap perilaku akademik siswa dengan angka korelasi sebesar 0,812 dan koefisien determinasi sebesar 67%. Faktor keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang dan masih terdapat 33% faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan dengan perilaku akademik siswa SD Negeri Jombang 1. Dari 33% faktor-faktor lain tersebut adalah pengaruh dalam keluarga, pengaruh lingkungan masyarakat dan pengaruh sifat bawaan atau keturunan.

Kata Kunci: pendidikan karakter, perilaku akademik siswa


(6)

ii

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama menyusun skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami. Namun, tidak sedikit pula pelajaran yang didapat, baik dengan kesusahan maupun dengan kesenangan. Berkat kesungguhan hati, kerja keras, dan motivasi, serta bantuan dari berbagai pihak, segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setulusnya kepada ayahanda penulis Moh. Thoha dan ibunda tercinta Maslakhatul Farida yang dengan susah payah mengasuh dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran hingga dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kemudian kepada kakakku tercinta Aini Baiti dan adikku tersayang Abdul Fatah, paman-pamanku Moch. Tajudin Ch, S.Ag, Itmam Jalbi S.S dan M. Nashrullah yang dengan penuh kasih sayang telah banyak memberi dukungan dan mengisi hari-hari penulis dengan kegembiraan dan kebahagiaan.

Dan juga tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Dr. Nurlena, MA, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan ibu Marhamah Saleh, M.A.

sebagai Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Bahrissalim, M.A sebagai pembimbing skripsi yang telah bersedia


(7)

iii

serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan

5. Segenap Dosen dan staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuannya selama penulis menjalankan perkuliahan.

6. Seluruh staf perpustakaan umum dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan bermacam-macam buku ilmiah sehingga mempermudah penulis dalam mencari referensi.

7. Bapak H. Darma Saputra, S.Pd selaku Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di SD Negeri Jombang 1 Ciputat. Segenap guru dan karyawan serta adik-adik SD Negeri Jombang 1 Ciputat yang telah membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti dalam skripsi.

8. Sahabat-sahabatku Dedi Kurniawan, S.Pd.I, Zain Fanani, S.Pd.I Arif Subhan, S. Pd.I, Azhari, S.Pd.I, Rocky Prabowo, S.Pd.I, Nakhrowi, S.Pd dan lainya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah selalu membantu dan menjadi penyemangat penulis.

9. Seluruh sahabat-sahabatku di PAI angkatan 2007 teman senasib dan seperjuangan terutama kelas PAI-D dan kelas Sejarah Islam yang telah banyak memberikan pengalaman berharga kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan dan persahabatan.

10. Seluruh dewan guru TK-TPA Baiturrahman Villa Bintaro Indah yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Bapak H. Nasrul Soe’oed, S.H selaku direktur Wisma Muallaf dan Ustadz Irfan Sujadi yang telah mengizinkan bertempat tinggal sehingga dapat berkonsentrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iv

mengakui skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan penulis. Teriring do’a jazakumullah khairan katsiran. Dan mudah-mudahan tugas akhir ini dapat bermafaat. Âmîn yâ Rabbal ‘Âlamîn.

Jakarta, 2 Mei 2014


(9)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : KAJIAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Implementasi... 7

1. Pengertian Implementasi ... 7

B. Konsep Pendidikan Karakter... 9

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 9

2. Urgensi Pendidikan Karakter ... 11

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 13

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 14

5. Bentuk-bentuk Pendidikan Karakter ... 15

6. Metode Pendidikan Karakter di Sekolah ... 18

C. Perilaku Akademik Siswa ... 20

1. Pengertian Perilaku ... 20

2. Macam-macam Perilaku... 21

3. Pengukuran Perilaku ... 21


(10)

vi

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian... 24

C. Instrumen Penelitian... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Analisis data………... 27

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Visi dan Misi SD Negeri Jombang 1 Ciputat ... 28

1. Visi SD Negeri Jombang 1 Ciputat ... 28

2. Misi SD Negeri Jombang 1 Ciputat ... 28

3. Data Guru dan karyawan SD Negeri Jombang 1 Ciputat ... 28

B. Analisis Nilai Pendidikan Karakter di SDN1 Jombang Ciputat…… 30

C. Analisis Pendidikan Karakter di SDN1 Jombang Ciputat .……….. 32

D. Deskripsi Data ………. 33

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Implikasi ... 61

C. Saran ……… 62


(11)

vii

Tabel 4.2 Saya berdoa sebelum belajar ... 33

Tabel 4.3 Saya berdoa setelah selesai belajar ... 33

Tabel 4.4 Saya melaksanakan ibadah tepat pada waktunya ... 34

Tabel 4.5 Saya melaksanakan ibadah tidak tepat pada waktunya ... 35

Tabel 4.6 Saya mengerjakan tugas kelompok dengan sebaik-baiknya ... 35

Tabel 4.7 Berteman tidak membedakan status atau agama ... 36

Tabel 4.8 Saya akan mengerjakan tugas kelompok sesuai keinginan saya ... 37

Tabel 4.9 Saya berdiskusi hanya dengan teman yang pintar saja ... 37

Tabel 5.0 Saya memperhatikan penjelasan teman ketika mereka presentasi ... 38

Tabel 5.1 Pendapat saya adalah pendapat paling benar ... 39

Tabel 5.2 Saya bertanya kepada guru atau teman ketika kurang paham dengan materi yang dipelajari ... 39

Tabel 5.3 Saya diam saja ketika saya belum mengerti ... 40

Tabel 5.4 Jawaban saya harus sama dengan jawaban teman ... 41

Tabel 5.5 Jawaban saya tidak harus sama dengan teman ... 41

Tabel 5.6 Jawaban saya harus sama persis dengan guru ... 42

Tabel 5.7 Saya membuat cara sendiri untuk memahami pelajaran ... 43

Tabel 5.8 Saya mengerjakan tugas dari guru dengan panduan LKS, buku catatan dan modul ... 44

Tabel 5.9 Saya mengerjakan tugas dari guru dengan menyalin dari jawaban teman .... 45

Tabel 6.0 Saya menjawab pertanyaan teman dengan sebaik-baiknya dalam diskusi .... 45

Tabel 6.1 Saya menjawab pertanyaan teman dalam diskusi dengan jawaban sekenanya ... 46

Tabel 6.2 Saya bangga dengan hasil yang saya peroleh sendiri ... 47


(12)

viii

Tabel 6.7 Saya selalu masuk sekolah tepat waktu ... 50

Tabel 6.8 Saya mengenakan seragam sekolah sesuai aturan yang berlaku ... 51

Tabel 6.9 Saya memakai seragam tidak sesuai dengan aturan yang berlaku ... 51

Tabel 7.0 Membolos adalah suatu kebanggaan ... 52

Tabel 7.1 Saya selalu meminta doa kepada orangtua sebelum berangkat ke sekolah ... 53

Tabel 7.2 Saya selalu berpamitan kepada orangtua sebelum berangkat sekolah ... 53

Tabel 7.3 Saya mencium tangan ketika bertemu dengan guru ... 54

Tabel 7.4 Saya tidak mencium tangan ketika bertemu dengan guru ... 55

Tabel 7.5 Saya berkata dengan kalimat yang baik ... 55

Tabel 7.6 Saya sering ketiduran di kelas saat pelajaran berlangsung ... 56

Tabel 7.7 Saya sering mengerjakan PR di sekolah ... 56

Tabel 7.8 Saya selalu piket sesuai jadwal... 57

Tabel 7.9 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu ... 58

Tabel 8.0 Biarlah teman yang mengerjakan piket kelas ... 58


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena itu, pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan karakter manusia. Pendidikan bisa juga dikatakan sebagai proses pemanusiaan manusia. Dalam keseluruhan proses yang dilakukan manusia terjadi proses pendidikan yang akan menghasilkan sikap dan perilaku yang akhirnya menjadi watak, kepribadian atau karakternya. Untuk meraih derajat manusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa pendidikan.1

Pergeseran karakter bangsa pelan tapi pasti telah membawa bangsa ini menuju kehancuran. Maraknya tindak anarkis seperti tawuran antarpelajar, desa, suku hingga agama- menunjukkan betapa bobroknya moral bangsa kita saat ini, ditambah lagi kasus korupsi yang belum teratasi yang dilakukan oleh parapejabat yang notabenenya orang-orang berpendidikan. Dalam keadaan yang demikian, bangsa dan negeri yang besar ini harus segera berbenah diri. Apabila tidak segera diambil tindakan preventif, maka bukan hal yang mustahil jika generasi bangsa masa depan adalah generasi yang amoral. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, maka dekadensi moral ini merupakan tamparan keras

1


(14)

bagi bangsa Indonesia, khususnya kaum muslimin. Disamping itu, kenyataan ini juga menunjukkan belum berhasilnya pendidikan nasional mencetak generasi yang berakhlak mulia.2

Hal ini juga menunjukan bahwa pendidikan sekarang lebih dominan mengedepankan kecerdasan intelektual (IQ) dibandingkan dengan kecerdasan Spiritualnya (SQ).sehingga yang terjadi siswa hanya pintar tanpa akhlak yang baik. Oleh karena itu, harus segera dilakukan reformasi pendidikan terutama dalam tubuh para pengambil kebijakan.3

Oleh karenanya, Negara mengatur pendidikan Indonesia untuk memperhatikan karakter dalam orientasi pendidikannya. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 menyebutkan:

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Dengan demikian, selain bertugas mencerdaskan bangsa ini, lembaga pendidikan mempunyai tugas utama dan tujuan untuk membentuk kualitas karakter bangsa ini.

Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan. Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, Pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Pembentukkan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan yang kemudian membentuk jati diri perilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan perilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki kedisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang

2

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 1-4

3

Moh. Said, Pendidikan Karakter di Sekolah, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), h. 83-84

4

Kemendiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet. IV, h. 7


(15)

akan dibentuk.5 Para pemimpin dan tokoh masyarakat juga harus mampu memberikan suri tauladan mengenai karakter yang akan dibentuk. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21:









































)

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak banyak menyebut Allah. (Q.S Al-Ahzab: 21).6

Dan sebagaimana dalam hadits juga disebutkan:

Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan kemuliaan (keshalihan) akhlak. (H.R. Ahmad)

Untuk membentuk manusia yang mulia dan bangsa yang bermartabat harus diperbaiki dengan segera. Berbagai wacana baru tentang pendidikan diketengahkan sebagai solusi jitu untuk turut membangun peradaban bangsa. Salah satu upayanya adalah melalui pendidikan yang berkarakter, mulai dari jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah, atas bahkan sampai ke perguruan tinggi. Pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, juga diharapkan mampu menjadi fondasi utama dalam mensukseskan Indonesia di masa mendatang.7

Bangsa ini memang memerlukan pendidikan karakter, yakni karakter yang bernafaskan nilai-nilai agama atau dengan kata lain (agama Islam) adalah pendidikan Islam berbasis karakter. Sejauh inipun pemerintah sudah

5

Prayitno dan Belferik Manulang, Pendidikan Karakter dalam pembangunan Bangsa, (Jakarta: Grasindo, 2011), h. 36-38

6

Departemen Agama, Al-Qur’anul Karim Terjemah Perkata, (Bandung: Syaamil

Al-Qur’an, 2007), h. 420

7

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media , 2011), h. 11-12


(16)

mengupayakan dan memberlakuan sekolah-sekolah mulai dari tingkat usia dini, dasar, menengah, ataupun tingkatan atas baik sekolah swasta maupun negeri untuk melaksanaan kurikulum berbasis karakter. Salah satu sekolah yang sudah menjalankan pendidikan karakter adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN I) Jombang Ciputat.

SDN 1 Jombang Ciputat adalah salah satu sekolah negeri yang berada di Kelurahan Jombang dan merupakan sekolah yang mampu menarik perhatian masyarakat sekitar untuk mempercayakan anaknya bersekolah tersebut, dibandingkan dengan sekolah-sekolah disekitarnya.

SDN 1 Jombang Ciputat berupaya untuk meminimalisir tindakan peserta didik yang tidak berkarakter. Pendidikan karakter dikembangkan dan diintegrasikan dalam kurikulum oleh pihak sekolah. Pendidikan karakter yang diterapkan di SDN 1 Jombang Ciputat memiliki perilaku akademik.Kepala sekolah memberikan keterangan bahwa hingga saat ini pengintegrasian pendidikan karakter diterapkan pada kurikulum yang ada di sekolah.

Untuk itulah, dengan melihat gambaran berbagai masalah persoalan di atas, menarik minat penulis untuk melakukan kajian tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan berkarakter yang diterapkan di sekolah tersebut, sehingga diharapkan mampu memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar yang kurang baik. Adapun judul skripsi yang penulis ambil adalah “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU AKADEMIK SISWA KELAS VI SDN JOMBANG 1 CIPUTAT”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat, maka penulis berusaha mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Peristiwa mengenai tindak kriminal dan kasus kejahatan pelajar menunjukkan adanya indikasi kemerosotan karakter pelajar.

2. Proses pembelajaran lebih banyak menekankan pada aspek kognitif (teori) dibandingkan dengan aspek Afektif (sikap/karakter).


(17)

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengkaji lebih mendalam, maka peneliti membatasi masalah tentang implementasi pendidikan karakter siswa kelas VI SDN Jombang 1 Ciputat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas dan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Jombang 1 Ciputat?

2. Bagaimana perilaku akademik siswa di SD Negeri Jombang 1 Ciputat? 3. Bagaimana pengaruh implementasi pendidikan karakter terhadap perilaku

akademik siswa di SD Negeri Jombang 1 Ciputat?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter yang diteraapkna di

SD Negeri Jombang 1 Ciputat.

2. Untuk mengidentifikasi implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Jombang 1 Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi yang bergelut dalam dunia pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Dengan adanya penelitian ini, manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengembangan keilmuan dan memperluas wawasan tentang penerapan pendidikan karakter yang sudah diterapkan di SDN 1 Jombang Ciputat dan dapat mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan karakter bagi siswa kelas VI SDN 1 Jombang Ciputat.


(18)

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi pendidik (guru)

Bagi semua guru khususnya guru di tingkat Sekolah Dasar (SD), hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kembali proses pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan tapi lebih kepada penanaman nilai-nilai positif (karakter) sehingga dapat menghasilkan siswa didik yang cerdas dan religius.

b. Manfaat bagi peserta didik (siswa)

Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman siswa bahwa keberhasilan pendidikan yang sebenarnya tidak hanya berhasil dalam hal intelektual tetapi juga harus berkarakter


(19)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.1

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster adalah to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”.2

1

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal.70

2Merriam Webster’s, Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, (U.S.A: Merriam Webster’s


(20)

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”3

Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :“Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program”4

Pengertian implementasi selain menurut Webster di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi adalah “tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”.

Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.5

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut:

3

Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004), hal.39.

4

Hanifah Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, (Bandung: Mutiara Sumber Widya, 2002), hal.67.

5

http://education-vionet.blogspot.com/2012/05/pengertian-implementasi-kebijakan.html,


(21)

“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan”.

Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan-keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.6

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.

B. Konsep Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter

Agar lebih memahami pendidikan karakter, terlebih dahulu harus mengerti makna dari karakter itu sendiri dari beberapa pendapat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter mempunyai arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.7

6

http://pramascita.wordpress.com/2013/06/07/implementasi-kebijakan-publik/, diakses 21

januari 2014, 14.42

7

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), Edisi Ke-IV, h. 623


(22)

Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, “Karaso”, berarti cetak biru, format dasar, sidik.8

Menurut Moh. Said karakter adalah ciri khas seseorang sehingga menyebabkan berbeda dari orang lain secara keseluruhan, berkarakter artinya mempunyai kualitas positif seperti peduli, adil, jujur, hormat terhadap sesama, rela memaafkan, sadar akan hidup berkomunitas, dan sebagainya semua itu adalah ciri karakter.9

Menurut Griek sebagaimana yang dikutip Zubaedi, mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan sebagai paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.10

Mengacu dari berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar positif yang dimiliki seseorang, yang membedakannya dengan orang lain serta diwujudkan dalam perilakunya sehari-hari.

Sedangkan pengertian sederhana pendidikan karakter adalah hal positif yang yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada peserta didik yang diajarnya. Muchlas Samani dan Hariyanto mendefinisikan “pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya”. Muchlas Samani dan Hariyanto juga mengungkapkan bahwa “pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa”.11

Menurut Nurla Isna Aunillah Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, mengandung komponen

8

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 90

9

Moh. Said, Pendidikan Karakter di Sekolah, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), h. 1

10

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Medi a Group, 2011), h. 9

11

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2011), Cet. I, h. 43


(23)

pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.12

Menurut T. Ramli, Sebagaimana yang dikutip Jamal Ma’mur Asmani pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.13

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang agar memiliki karakter atau akhlaq terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri atau orang lain yang hasilnya dapat dilihat dalam tindakan nyata , yaitu berupa tingkah laku yang baik, seperti jujur, bertanggungjawab, kerja keras, menghormati orang lain dan sebagainya.

2. Urgensi Pendidikan Karakter

Situasi sosial, kultural masyarakat kita akhir-akhir ini memang semakin mengkhawatirkan. Sekolah telah lama dianggap sebagai sebuah lembaga sosial yang memiliki fokus terutama pada pengembangan intelektual dan moral bagi siswanya. Pengembangan karakter di tingkat sekolah tidak dapat melalaikan dua tugas khas ini. Oleh karena, pendidikan karakter di sekolah memiliki bidireksional, yaitu pengembangan kemampuan intelektual dan kemampuan moral. Dua arah

12

Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011), Cet. I, h. 18-19

13Jamal Ma’Mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,


(24)

pengembangan ini diharapkan menjadi semacam idealisme bagi para siswa agar mereka semakin mampu mengembangkan ketajaman intelektual dan integritas diri sebagai pribadi yang memiliki karakter kuat.

Pendidikan karakter menjadi semakin mendesak untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan kita mengingat berbagai macam perilaku yang non-edukatif kini telah menyerambah dalam lembaga pendidikan kita, seperti fenomena kekerasan, pelecehan seksual, korupsi, tawuran, narkoba yang terjadi di kalangan sekolah.14

Pendidikan karakter merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas pendidikan karakter menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter.15 Apabila karakter seseorang sudah terbentuk sejak usia dini, ketika dewasa tidak akan mudah berubah. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi. 16

Menurut pakar yang bernama Francis Fukuyama sebagaimana yang dikutip Moh. Said keberhasilan suatu bangsa bergantung pada modal sosial, Negara yang mempunyai modal sosial tinggi, masyarakatnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Rasa kebersamaan yang tinggi b. Rasa saling percaya

c. Rendahnya tingkat konflik17

Pendidikan karakter sudah tentu penting untuk semua tingkat pendidikan, yakni dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia dikarenakan selama ini

14

Doni Koesoema A, Op.Cit., h. 115-116

15

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 35

16

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), h. 15-16

17


(25)

dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia yang berkarakter.18

Untuk menjawab persoalan tersebut Kementerian Pendidikan Nasional menggelar acara “Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” di Jakarta 14 Januari 2010. Pada akhir sarasehan disepakati komitmen pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif. Khusus di bidang pendidikan, fokus utamanya adalah pada sekolah (peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan), keluarga (anak, orangtua, saudara), masyarakat (orang-orang di sekitar peserta didik), dan lingkungan. Pelaksanaannaya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.19

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadau, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.20

Tujuan pendidikan karakter juga sejalan dengan Undang-undang Dasar 1945 pasal 3 (3): “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dirumuskan dalam pasal 3: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa

18Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,

(Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 47

19

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, Pendidikan Karakter Kumpulan Pengalaman Inspiratif, Jakarta, 2010, h. 10-11

20


(26)

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.21

Dengan demikian tujuan pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi peserta didik dan meningkatkan nilai-nilai diri yang positif sehingga kelak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta menjadi warga Negara yang bertanggung jawab secara utuh, terpadu dan seimbang.

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip sebagai berikut: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Member kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

f. Memiliki cakupan terhadapn kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagai tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

21

Kemendiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet. IV, h.


(27)

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagi mitra dalam usaha membangun karakter.

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.22

5. Bentuk-bentuk Pendidikan Karakter

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan diidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari Agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.23

a. Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk lain.24

b. Jujur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jujur artinya lurus hati, tidak berbohong, tidak curang.25 Mengingat kejujuran merupakan salah satu sikap yang penting dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah-sekolah untuk menanamkan sikap ini kepada para peserta didik agar mereka memahami pentingnya bersikap jujur sejak dini.

Menanamkan kejujuran bagi para peserta didik sejak dini tentu saja dapat dilakukan saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Terkait itu, banyak

22Jamal Ma’mur Asmani, Op.Cit.,

h. 56-57

23

Kementrian Pendidikan Nasional, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2011), h. 8

24

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 74

25

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), Edisi Ke-IV


(28)

pihak yang berpendapat bahwa sekolah dasar dinilai menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter.

c. Toleransi

Toleransi bagi bangsa Indonesia sangat diperlukan mengingat kemajemukan hidup dalam keragaman Agama, suku bangsa, etnik dan golongan. Adapun toleransi memiliki pengertian sifat atau sikap toleran, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja, sikap yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan, orang lain yang berbeda dari dirinya.

Keuntungan yang diperoleh dari sikap toleransi yaitu: 1. Membuat orang terbuka untuk mengenal orang lain

2. Mengembangkan kemampuan untuk menerima kehadiran orang lain yang berbeda-beda dengan tujuan dapat hidup bersama.

3. Dapat mengakui keragaman

4. Dapat menhilangkan prasangka negatif 26

d. Disiplin

Tidak sedikit guru yang merasa kewalahan dalam menghadapi peserta didik yang sulit diatur, cenderung membantah saat dinasihati, dan sering kali melakukan pelanggaran. Menghadapi keadaan semacam ini, tidak heran jika ada di antara guru yang menggunakan jalan untuk menanamkan sikap disiplin kepada para peserta didiknya.

Akibat yang ditimbulkan oleh peserta didik yang karakter disiplinnya kurang terbangun dengan baik adalah terpupuknya kebiasaan dan kecenderungan untuk berani melakukan berbagai pelanggaran, baik di sekolah maupun luar sekolah.

26

Haedar Nashir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama &Budaya, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2013), h. 93-94


(29)

e. Kerja keras

Kerja keras berarti perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Kreatif yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Mempunyai peserta didik yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru. Sebab, dengan sikap mandiri proses belajar yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancar. Peserta didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya sendiri sekaligus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

h. Demokratis

Demokratis artinya cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

j. Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.


(30)

m. Bersahabat/komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berebicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.

n. Cinta damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sekolah dan guru dapat menambah dan mengurangi nilai-nilai tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani.

6. METODE PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Untuk mencapai pendidikan karakter dibutuhkan metode yang tepat agar pencapaiannya semakin terarah dan efektif. Untuk membangun karakter yang baik, metode yang digunakan tidak bisa hanya untuk meningkatkan aspek kognitif semata, akan tetapi harus seluruh dimensi spiritual, emosional, sosial, kreaktifitas, dan motorik juga harus dikembangkan secara terfokus dan terstruktur.


(31)

Menurut Doni Kusuma, ada lima metode pendidikan karakter yang diselenggarakan di sekolah yaitu ; mengajarkan, keteladanan, menentukan prioritas, praksis prioritas dan refleksi.27

a. Mengajarkan

Mengajar adalah upaya memberikan pemahaman konseptual pada siswa tentang konsep nilai tertentu, keutamaan dan nilai maslahahnya, bila nilai dilaksanakan serta madharatnya bila nilai-nilai tersebut tidak dilaksanakan. Dalam konteks pendidikan karakter mengajarkan nilai dapat dilakukan dengan pendekatan dialogis, dimana siswa diberi kesempatan untuk mengajukan apa yang dipahaminya, apa yang pernah dialaminya, dan bagaimana perasaannya berkaitan dengan konsep yang diajarkan. Melalui pendekatan ini konsep yang diajarkan bukanlah sesuatu yang asing melainkan pernah dialami atau setidaknya pernah dilihat.28

b. Keteladanan

Keteladanan adalah menempati posisi yang penting dalam pendidikan karakter. Setiap anak memiliki insting (fitrah) meniru. Kecenderungan yang terdapat dalam diri anak akan mendorong untuk mencontoh perbuatan orang – orang yang berada disekitarnya. Perbuatan yang ditiru lama-lama menjadi kebiasaan. Oleh karena itu, guru dan lingkungan sekolah harus benar-benar menjadi teladan dan contoh yang baik bagi siswa.29

c. Menentukan Prioritas

Sekolah harus menetapkan prioritas yang jelas dari sekian banyak nilai yang akan diajarkan kepada siswa. Tanpa adanya prioritas yang jelas proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter akan menjadi tidak jelas. Ketidakjelasan

27

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2011), Cet. III, h. 212-217

28

Doni Koesoema A, Pendidik Karakter di Zaman Keblinger, (Jakarta: Grasindo, 2009), Cet. II, h. 135-136

29

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), h. 117-120


(32)

tujuan dan tatacara evaluasi akan memandulkan program pendidikan karakter di sekolah karena tidak bisa terlihat kemajuan atau kemundurannya.30

d. Praksis Prioritas

Unsur lain yang sangat penting setelah penentuan prioritas karakter adalah memvverifikasi atas bukti atas bukti dari dilaksanakannya skala prioritas karakter tersebut. Verifikasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah siswa telah mendapatkan kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan bukan dari sekedar buku teks saja.

e. Refleksi

Refleksi adalah proses dimana kita mencari arti untuk pengalaman pendidikan karakter kita. Karakter yang senantiasa dibentuk sekolah melalui berbagai macam program dan kebijakan senantiasa perlu di evaluasi dan di refleksikan secara berkesinambungan dan kritis. Jadi setelah tindakan dan praksis pendidikan itu terjadi perlu diadakan semacam pendalaman. Refleksi untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter. 31

C. Perilaku Akademik Siswa 1. Pengertian perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.32

Sedangkan menurut beberapa tokoh seperti Notoatmodjo mendefinisikan perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas mahluk hidup yang bersangkutan Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan

30

Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif Inovatif dan Kreatif , (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 11-12

31

Sutarjo Adisusilo, J.R, Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), Cet. I, h. 97

32

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), Edisi Ke-IV,


(33)

Menurut skinner bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).33

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktifitas seseorang yang terjadi melalui proses rangsangan (stimulus) dari luar.

2. Macam-Macam Perilaku

Perilaku dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Respon atau aksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.34

D. Pengukuran Perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung yakni dengan pengamatan (observasi) dengan mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall), metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu.35

33

http://dianhusadanuruleka.blogspot.com/.../konsep-perilaku, diakses pada tanggal 10 Februari 2014, 10.15 WIB

34

35

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. VIII, h. 204-206


(34)

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

1. Faktor intern

Yaitu pengaruh emosi (perasaan), yang mana dari pengaruh emosi tersebut memunculkan selektifitas. Selektifitas di sini merupakan daya pilih atau minat perhatian untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar diri manusia.

2. Faktor ekstern

Lingkungan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang, karena lingkungan merupakan pendidikan utama dan pertama telebih adalah lingkungan keluarga, situasi pendidikan dalam keluarga akan terwujud baik berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi cara timbal balik antara orang tua dan anak. Suasana keluarga yang terpuji dan meninggalkan yang tercela akan menyebabkan anggotanya tumbuh dengan wajar dan akan tercipta keserasian dalam keluarga. Sehingga pengaruh keluarga akan membekas bukan hanya dalam pribadi keluarganya tetapi juga dalam sikap perilaku akademik di sekolah.36

F. Kerangka Berfikir

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang agar memiliki karakter atau akhlaq terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri atau orang lain yang hasilnya dapat dilihat dalam tindakan nyata , yaitu berupa tingkah laku yang baik, seperti jujur, bertanggungjawab, kerja keras, menghormati orang lain dan sebagainya.

Tujuan pendidikan karakter yaitu mengembangkan potensi peserta didik dan meningkatkan nilai-nilai diri yang positif sehingga kelak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta menjadi warga Negara yang bertanggung jawab secara utuh, terpadu dan seimbang.

36

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Cet. VII, h. 44-50


(35)

Upaya sekolah dalam implementasi pendidikan karakter adalah dengan cara mengintegrasikan ke dalam kurikulum, ekstrakurikuler maupun pembiasaan-pembiasaan yang baik di sekolah, pengintegrasian pendidikan karakter di dalam kelas guru mengupayakan metode yang relevan sehingga akan tercipta belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga berpengaruh terhadap perilaku akademik siswa disinilah yang akan menjadi objek penelitian di SD Negeri Jombang 1 Ciputat.


(36)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 dan mengambil tempat di SD Negeri Jombang 1 yang terletak di Jl. Jawa No. 19 Jombang Raya, Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten 15414.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.1 Pendekatan yang digunakan untuk analisa merupakan pendekatan kualitatif.

Sugiyono mengatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.2

1

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 100 2

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. V., h. 8


(37)

C. Instrumen Penelitian

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Oleh karena itu yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri (Human instrument).3

Pedoman wawancara tentang implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Jombang 1 Ciputat

1. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang ada di sekolah? 2. Apakah pendidikan karakter dalam bentuk mata pelajaran?

3. Metode apa yang digunakan untuk menerapkan pendidikan karakter? 4. Apakah pendidikan karakter penting untuk dilaksanakan?

5. Apakah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan karakter? 6. Nilai-nilai karakter apa saja yang dilaksanakan di sekolah?

7. Bagaimana peran guru, orangtua dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan karakter?

8. Upaya apa saja yang telah dilakukan sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter?

3

Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Islamic Research Publishing, 2009), h. 146


(38)

Pedoman Observasi Implementasi Pendidikan Karakter di SD Negeri Jombang 1 Ciputat

No Indikator Ya Tidak

1 Mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika

memasuki ruang kelas untuk mencontohkan sikap hormat dan santun

2 Berdoa’a sebelum membuka pelajaran untuk menanamkan nilai religius

3 Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik yang akan dipelajari sehingga menumbuhkan sikap mandiri 4 Menggunakan beragam pendekatan, media pembelajaran dan

sumber belajar lain supaya siswa mempunyai rasa ingin tahu 5 Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran sehingga mempunyai sikap percaya diri dan mandiri 6 Memfasilitasi peserta didik dengan pembelajaran kooperatif

supaya siswa dapat bekerjasama dengan orang lain

7 Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat sehingga menumbuhkan sikap jujur dan menghargai orang lain

8 Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan ataupun tertulis secara individu atau kelompok untuk menanamkan sikap bertanggung jawab

9 Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individu maupun kelompok supaya mempunyai sikap percaya diri

10 Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan atau

rangkuman pembelajaran supaya mempunyai sikap mandiri dan percaya diri

11 Membuat peraturan dan jadwal piket supaya peserta didik mempunyai sikap disiplin

12 Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran untuk menanamkan sikap kreatif


(39)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi alamiah), sumber data primer dari SD Negeri Jombang 1 Ciputat dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (Participan observation), wawancara mendalam (in depth interview), dokumentasi dan triangulasi.4

E. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Proses analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data secara interaktif, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction (merangkum dan memilih hal-hal pokok), data display (membuat uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan).5

Analisis data dianalisa dengan analisa kuantitatif secara deskriptif, dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi :

Keterangan :

P = Angka Presentase

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya N = Jumlah frekuensi (Number of Cases)

4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. V.,h. 225

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. V.,h. 224-226


(40)

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Visi dan Misi SD Negeri Jombang 1 Ciputat 1. Visi SD Negeri Jombang 1 Ciputat

Unggul dan berprestasi pada mata pelajaran dan ilmu pengetahuan yang mandiri, dan bermoralitas didasari IMTAQ dan IMTEK

2. Misi SD Negeri Jombang 1 Ciputat

1. Menanamkan keyakinan/aqidah melalui pengamalan ajaran agama.

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan khususnya pada pengetahuan.

3. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga dan lingkungan sekolah.

3. Data Guru dan Karyawan

Tabel 4.1

Data Guru dan Karyawan SD Negeri Jombang 1 Ciputat

No. Nama Guru Jabatan Pendidikan

1 H. Darma Saputra, S.Pd. Kepala Sekolah S1

2 Sardiyanto, S.Pd Guru Kelas VI S1


(41)

4 Didi Masdiana Guru Penjas I, II, VI S1

5 I. Yunani, M.M Guru Kelas III S2

6 Sulastri, M.M Guru Kelas VI S2

7 Nata, S.Pd Guru Kelas V S1

8 Alifni, S.Pd Guru Kelas V S1

9 Prihatini K. U, S.Pd Guru Kelas I S1

10 Moch. Tajudin Ch, S.Ag Guru PAI IV, V, VI S1

11 Hj. Siti Novah T. MM Guru Kelas VI S2

12 Lenny W, S.Ag Guru Kelas IV S1

13 Wawan Ridwan, S.Ag Guru Kelas IV S1

14 Lenjang Suprianto, S.Pd Guru Kelas IV S1

15 Edi Supriadi, S.Pd Guru Kelas V S1

16 Laelah Qadriyah, S.Pd Guru kelas IV S1

17 Any Suparno, S.Pd Guru Kelas I S1

18 Liliek Fatimah Guru kelas I S1

19 Ulfa Tri Sufianti Guru Kelas III S1

20 Chomsatun H, A.Ma.Pd Guru PAI I, II, IV S2

21 Mega Yanti, S.Pd Guru Kelas II S1

22 Doni Kurniawan, S.Pd Guru Kelas II S1

23 Ferry Subandrio, S.Pd Guru Kelas II S1


(42)

25 Firda Firdaus S, S.Pd Guru Kelas III S1

26 H. Hambali, S.Pd Guru PAI III S1

27 Indana Zulfa Guru Kelas II S1

28 Yeni Herawati, S.Pd Guru Kelas I S1

29 Siti Nuraeni Guru Pramuka SMA

30 Samsuri Penjaga Sekolah SMP

31 Suhanda Keamanan SMP

32 Rusli Penjaga Sekolah SMP

B. Analisis Nilai-nilai Pendidikan Karakter di SD Negeri Jombang 1 Ciputat

Melihat dari visi dan misi SD Negeri Jombang 1 Ciputat sangat memperhatikan nilai-nilai karakter yang akan tertanam dan menjadi bekal untuk hari ini dan masa depan. Nilai-nilai karakter tersebut diintegrasikan terhadap aturan dan kegiatan pembelajaran serta kegiatan ekstrakurikuler.

Kepala sekolah SD Negeri Jombang 1 mengatakan bahwa sekolah mempunyai cita-cita dalam mencetak siswa yang berkualitas dan berkarakter. Untuk itu, mulai dari input – process – output memerlukan perhatian yang serius. Rekrutmen para calon siswa dilaksanakan secara selektif dengan dasar pertimbangan kualitas akhlak secara balance, begitu juga dalam proses pendidikan, sarana dan prasarana. Dengan demikian, sekolah akan menghasilkan siswa yang sesuai dengan cita-cita lembaga yang berkarakter.

Secara umum, internalisasi karakter dilakukan secara optimal. Setiap hari siswa diberikan pengarahan dan bimbingan karakter oleh wali kelasnya. Hal tersebut dilakukan secara rutin setiap hari melalui kegiatan pembelajaran. Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan di SD Negeri Jombang 1 adalah sebagai berikut:


(43)

A.Religius

Religius merupakan nilai karakter yang hubungannya dengan Tuhan. Dalam hal ini siswa diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama. Seperti kegiatan sholat dhuha, sholat dzuhur berjama‟ah di mushola sekolah, pesantren Ramadhan dan sebagainya.

B.Kejujuran

Kejujuran merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Kejujuran merupakan benih yang dapat menumbuhkan kepercayaan. Oleh karena itu, SD Negeri Jombang 1 Ciputat sangat memperhatikan masalah kejujuran. Contohnya ketika ada barang temuan, siswa tanpa diperintah harus melaporkan kepada wali kelas atau guru piket dan barang tersebut dimasukkan dalam kotak barang temuan.

C.Tanggung Jawab

Secara personal, masing-masing siswa akan mendapatkan tanggung jawab baik dalam bidang kebersihan, sosial dan kedisiplinan. Mereka hidup mandiri tanpa didampingi orangtua sehingga siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kebersihan dan lingkungan sekitar.

D.Kedisiplinan

Kedisiplinan ditegakkan mulai dari siswa memasuki gerbang sekolah hingga mereka selesai belajar di sekolah. Yang terlambat akan mendapat hukuman dan yang melanggar aturan sekolahpun akan mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

E. Hormat dan santun

Siswa dibiasakan untuk saling menghormati dan menyayangi terhadap sesama. Ketika siswa bertemu dengan guru, mereka saling menyapa dan member salam serta mencium tangannya.


(44)

C. Analisis Pendidikan Karakter di SD Negeri Jombang 1 Ciputat a. Tahap Pelaksanaan

Dalam rangka mengembangkan nilai religius, siswa dibiasakan shlat

dzuhur dan dhuha berjama‟ah yang dilakukan di Musholla atau di

kelas.Pembiasaan berdo‟a sebelum dan sesudah pelajaran; membaca

Al-Qur‟an/Juz Amma pada pagi hari; kultum setiap Jum‟at pagi yang diisi oleh

siswa, guru ataupun dari pihak luar; pesantren kilat Ramadhan, pelaksanaan buka

bersama, pelaksanaan pemotongan hewan pada saat „Idul Qurban, merayakan

hari-hari besar keagamaan lainnya.

Dalam rangka mengembangkan nilai kejujuran sekolah menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang, kotak saran dan pengaduan. Untuk kebersihan sekolah menyediakan tempat sampah kering dan basah.

b. Tahap Penilaian

Pihak sekolah menetapkan nilai-nilai karakter yang diprioritaskan untuk dikembangkan, yaitu: Religius, Toleransi, Kreatif, Mandiri, Percaya diri, dan Komunikatif.

Proses penilaian dilakukan beberapa cara, yaitu: melalui mata pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri. Penerapan nilai melalui pelajaran dapat dilihat dari silabus dan RPP guru.Pada muatan lokal dilakukan melalui pendidikan Baca Tulis Al-Qur‟an (BTQ).Sedangkan melalui pengembangan diri, penerapan nilai

karakter adanya sholat berjama‟ah, tersedianya fasilitas tempat temuan barang yang hilang, menyediakan kotak saran dan pengaduan.

c. Tahap Pengembangan

Sesuai dengan fokus nilai yang dikembangkan, yaitu: religius, Toleransi, Kreatif, Mandiri, Percaya diri, dan Komunikatif. Maka SD Negeri Jombang 1 membuat program yang akan dilaksanakan secara bertahap. Program tersebut adalah pembuatan aula pertemuan, pengadaan laboratorium computer, perbaikan ruang tata usaha, perbaikan musholla, perbaikan kantin agar dapat menampung banyaknya siswa, perbaikan ruang UKS.


(45)

D. Deskripsi Data

Setelah penulis menyebar angket kepada siswa, maka penulis mendapatkan data sebagai berikut:

1. Implementasi Pendidikan Karakter di SD Negeri Jombang 1 Ciputat Tabel 4.2

Saya berdoa sebelum belajar (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 24 80%

Sering 6 20%

Kadang-kadang - 0%

Tidak Pernah - 0%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter religius yaitu melaksanakan doa sebelum belajar. Dengan dibuktikan sebanyak 24 responden atau 80% menjawab selalu dan 6 responden atau 20 % menjawab sering.

Tabel 4.3

Saya berdoa setelah selesai belajar (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 25 83,3%

Sering 4 13,5%

Kadang-kadang 1 3,3%

Tidak Pernah - -


(46)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter religius yaitu melaksanakan doa setelah belajar. Dengan dibuktikan sebanyak 25 responden atau 83,3% menjawab selalu, 4 responden atau 13,5% menjawab sering, dan 1 responden atau 3,3% menjawab kadang-kadang.

Tabel 4.4

Saya melaksanakan ibadah tepat pada waktunya (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 22 73,3%

Sering 8 26,8%

Kadang-kadang - 0%

Tidak Pernah - 0%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter _eligious yaitu melaksanakan ibadah tepat pada waktunya. Dengan dibuktikan sebanyak 22 responden atau 73,3% menjawab selalu dan 8 responden atau 26 % menjawab sering.


(47)

Tabel 4.5

Saya melaksanakan ibadah tidak tepat pada waktunya (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 3 10%

Kadang-kadang 20 66,7%

Tidak Pernah 7 23,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter religius yaitu melaksanakan ibadah tidak tepat pada waktunya. Dengan dibuktikan sebanyak 20 responden atau 66,7% menjawab kadang-kadang, 7 responden atau 23,3 % menjawab tidak pernah dan 3 responden atau 10% menjawab sering.

Tabel 4.6

Saya mengerjakan tugas kelompok dengan sebaik-baiknya (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 15 50%

Sering 9 30%

Kadang-kadang 6 20%

Tidak Pernah - 0%


(48)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter Toleransi yaitu mengerjakan tugas kelompok dengan sebaik-baiknya. Dengan dibuktikan sebanyak 15 responden atau 50% menjawab selalu, 9 responden atau 30 % menjawab sering dan 6 responden atau 20% menjawab kadang-kadang.

Tabel 4.7

Berteman tidak membedakan status atau agama (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 21 70%

Sering 5 16,7%

Kadang-kadang 4 13,4%

Tidak Pernah - 0%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter toleransi yaitu berteman tidak membedakan status atau agama. Dengan dibuktikan sebanyak 21 responden atau 70% menjawab selalu, 5 responden atau 16,7 % menjawab sering dan 4 responden atau 13,4% menjawab kadang-kadang.


(49)

Tabel 4.8

Saya akan mengerjakan tugas kelompok sesuai keinginan saya (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 2 6,6%

Kadang-kadang 5 16,7%

Tidak Pernah 23 76,6%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter toleransi yaitu tidak mengerjakan tugas kelompok sesuai dengan keinginan. Dengan dibuktikan sebanyak 23 responden atau 76,6% menjawab tidak pernah 5 responden atau 16,7% menjawab kadang-kadang, 2 responden atau 6,6% menjawab sering.

Tabel 4.9

Saya berdiskusi hanya dengan teman yang pintar saja (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 2 6,7%

Kadang-kadang 10 33,3%

Tidak Pernah 18 60%


(50)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter toleransi yaitu tidak berdiskusi dengan teman yang pintar saja . Dengan dibuktikan sebanyak 18 responden atau 60% menjawab tidak pernah, 10 responden atau 33,3 % menjawab kadang-kadang dan 2 responden atau 6,7% menjawab sering.

Tabel 5.0

Saya memperhatikan penjelasan teman ketika mereka presentasi (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 18 60%

Sering 10 33,4%

Kadang-kadang 1 3,3%

Tidak Pernah 1 3,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter toleransi yaitu memperhatikan penjelasan teman ketika presentasi. Dengan dibuktikan sebanyak 18 responden atau 60% menjawab selalu, 10 responden atau 33,4% menjawab sering, dan 1 responden atau 3,3% menjawab kadang, dan 1 responden atau 3,3% menjawab kadang-kadang.


(51)

Tabel 5.1

Pendapat saya adalah pendapat paling benar (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 5 16,7%

Kadang-kadang 10 33,3%

Tidak Pernah 15 50%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter toleransi yaitu menghargai pendapat orang lain. Dengan dibuktikan sebanyak 15 responden atau 50% menjawab tidak pernah, 10 responden atau 33,3% menjawab kadang-kadang, dan 5 responden atau 16,7% menjawab sering.

Tabel 5.2

Saya bertanya kepada guru atau teman ketika kurang paham dengan materi yang dipelajari (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 16 53,3%

Sering 5 16,7%

Kadang-kadang 8 26,7%

Tidak Pernah 1 3,3%


(52)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter kreatif yaitu bertanya pada guru jika belum mengerti. Dengan dibuktikan sebanyak 16 responden atau 53,3% menjawab selalu, 5 responden atau 16,7% menjawab sering, 8 responden atau 26,7% menjawab kadang-kadang, dan 1 responden atau 3,3% menjawab tidak pernah.

Tabel 5.3

Saya diam saja ketika saya belum mengerti (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 5 16,7%

Sering 8 26,7%

Kadang-kadang 7 23,3%

Tidak Pernah 10 33,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter kreatif yaitu tidak diam saja ketika belum mengerti. Dengan dibuktikan sebanyak 10 responden atau 33,3% menjawab tidak pernah, 7 responden atau 23,3% menjawab kadang-kadang, dan 8 responden atau 26,7% menjawab sering, dan 5 responnden atau 16,7% menjawab selalu.


(53)

Tabel 5.4

Jawaban saya harus sama dengan jawaban teman (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 2 6,6%

Kadang-kadang 10 33,3%

Tidak Pernah 18 60%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter kreatif yaitu menjawab pertanyaan tidak sama dengan teman. Dengan dibuktikan sebanyak 18 responden atau 60% menjawab tidak pernah, 10 responden atau 33,3% menjawab kadang-kadang, dan 2 responden atau 6,6% menjawab sering.

Tabel 5.5

Jawaban saya tidak harus sama dengan teman (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 14 46,7%

Sering 1 3,3%

Kadang-kadang 11 36,7%

Tidak Pernah 4 13,3%


(54)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter kreatif yaitu menjawab pertanyaan tidak sama dengan teman. Dengan dibuktikan sebanyak 14 responden atau 46,7% menjawab selalu, 11 responden atau 36,7% menjawab sering, 1 responden atau 3,3% menjawab kadang-kadang dan 4 responden atau 13,3% menjawab tidak pernah.

Tabel 5.6

Jawaban saya harus sama persis dengan guru (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 5 16,7%

Sering 1 3,3%

Kadang-kadang 8 26,7%

Tidak Pernah 16 53,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter kreatif yaitu menjawab pertanyaan tidak sama dengan guru. Dengan dibuktikan sebanyak 16 responden atau 53,3% menjawab tidak pernah, 8 responden atau 26,7% menjawab kadang-kadang, 1 responden atau 3,3% menjawab sering, dan 5 responden atau 16,7% menjawab selalu.


(55)

Tabel 5.7

Saya membuat cara sendiri untuk memahami pelajaran (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 15 50%

Sering 6 20%

Kadang-kadang 7 23,3%

Tidak Pernah 2 6,7%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter kreatif yaitu membuat cara sendiri untuk memahami pelajaran. Dengan dibuktikan sebanyak 15 responden atau 50% menjawab selalu, 6 responden atau 20% menjawab sering, 7 responden atau 23,3% menjawab kadang-kadang dan 2 responden atau 6,7% menjawab tidak pernah.


(56)

Tabel 5.8

Saya mengerjakan tugas dari guru dengan panduan LKS, buku catatan dan modul (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 16 53,3%

Sering 6 20%

Kadang-kadang 5 16,7%

Tidak Pernah 3 10%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter mandiri yaitu mengerjakan tugas dari guru dengan panduan LKS, buku dan modul. Dengan dibuktikan sebanyak 16 responden atau 53,3% menjawab selalu, 6 responden atau 20% menjawab sering, 5 responden atau 16,7% menjawab kadang-kadang dan 3 responden atau 10% menjawab tidak pernah.


(57)

Tabel 5.9

Saya mengerjakan tugas dari guru dengan menyalin dari jawaban teman (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 4 13,3%

Kadang-kadang 10 33,3%

Tidak Pernah 16 53,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter mandiri yaitu menjawab pertanyaan tidak sama dengan teman. Dengan dibuktikan sebanyak 4 responden atau 13,3% menjawab sering, 10 responden atau 33,3% menjawab kadang-kadang dan 16 responden atau 53,3% menjawab tidak pernah.

Tabel 6.0

Saya menjawab pertanyaan teman dengan sebaik-baiknya dalam diskusi (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 20 66,7%

Sering 7 23,2%

Kadang-kadang 3 10%

Tidak Pernah - 0%


(58)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter komunikatif yaitu menjawab pertanyaan teman dengan baik. Dengan dibuktikan sebanyak 20 responden atau 66,7% menjawab selalu, 7 responden atau 23,2% menjawab sering, 3 responden atau 10% menjawab kadang-kadang.

Tabel 6.1

Saya menjawab pertanyaan teman dalam diskusi dengan jawaban sekenanya (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering - 0%

Kadang-kadang 10 33,3%

Tidak Pernah 20 66,7%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki nilai karakter komunikatif yaitu menjawab teman dengan baik. Dengan dibuktikan sebanyak 20 responden atau 66,7% tidak pernah menjawab pertanyaan dengan sekenanya, 10 responden atau 33,3% menjawab kadang-kadang.


(59)

2. Perilaku Akademik Siswa Kelas VI di SD Negeri 1 Jombang Ciputat Tabel 6.2

Saya bangga dengan hasil yang saya peroleh sendiri (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 19 63,3%

Sering 8 26,7%

Kadang-kadang 2 6,7%

Tidak Pernah 1 3,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku jujur. Dengan dibuktikan sebanyak 19 responden atau 63,3% menjawab selalu, 8 responden atau 26,7% menjawab sering, 2 responden atau 6,7% menjawab kadang-kadang dan 1 responden atau 3,3% menjawab tidak pernah.

Tabel 6.3

Mencontek adalah sikap membohongi diri sendiri (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 23 76,6%

Sering 6 20%

Kadang-kadang 1 3,3%

Tidak Pernah - 0%


(60)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku jujur. Dengan dibuktikan sebanyak 23 responden atau 76,6% menjawab selalu, 6 responden atau 20% menjawab sering, 1 responden atau 3,3% menjawab kadang-kadang.

Tabel 6.4

Apa yang saya katakan itulah yang sebenarnya (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 18 60%

Sering 10 33,3%

Kadang-kadang 2 6,6%

Tidak Pernah - 0%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku jujur. Dengan dibuktikan sebanyak 18 responden atau 60% menjawab selalu, 10 responden atau 33,3% menjawab sering, 2 responden atau 6,6% menjawab kadang-kadang.


(61)

Tabel 6.5

Saya bangga dengan hasil belajar saya yang bagus walaupun dengan mencontek (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 3 10%

Kadang-kadang 8 26,7%

Tidak Pernah 19 63,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku jujur. Dengan dibuktikan sebanyak 19 responden atau 63,3% tidak pernah bangga dengan jawaban dari hasil mencontek, 8 responden atau 26,7% menjawab kadang-kadang, 3 responden atau 10% menjawab sering.

Tabel 6.6

Berkata tidak sesuai dengan fakta (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering - 0%

Kadang-kadang 12 40%

Tidak Pernah 18 60%


(62)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku jujur. Dengan dibuktikan sebanyak 18 responden atau 60% tidak pernah berkata tidak sesuai dengan fakta, 12 responden atau 40% menjawab kadang-kadang.

Tabel 6.7

Saya selalu masuk sekolah tepat waktu (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 15 50%

Sering 8 26,7%

Kadang-kadang 5 16,7%

Tidak Pernah 2 6,6%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku disiplin. Dengan dibuktikan sebanyak 15 responden atau 50% menjawab selalu, 8 responden atau 26,7% menjawab sering, 5 responden atau 16,7% menjawab kadang-kadang, dan 2 responden atau 3,3% menjawab tidak pernah.


(63)

Tabel 6.8

Saya mengenakan seragam sekolah sesuai aturan yang berlaku (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 20 66,7%

Sering 8 26,7%

Kadang-kadang 1 3,3%

Tidak Pernah 1 3,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku disiplin. Dengan dibuktikan sebanyak 20 responden atau 66,7% menjawab selalu, 8 responden atau 26,7% menjawab sering, 1 responden atau 3,3% menjawab kadang-kadang, dan 1 responden atau 3,3 % menjawab tidak pernah.

Tabel 6.9

Saya memakai seragam tidak sesuai dengan aturan yang berlaku (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering - 0%

Kadang-kadang 4 13,5%

Tidak Pernah 26 86,6%


(64)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku disiplin. Dengan dibuktikan sebanyak 26 responden atau 86,6% menjawab tidak pernah melanggar aturan berpakaian seragam sekolah, 4 responden atau 13,5% menjawab kadang-kadang.

Tabel 7.0

Membolos adalah suatu kebanggaan (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 2 6,7%

Kadang-kadang 6 20%

Tidak Pernah 22 53,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku disiplin. Dengan dibuktikan sebanyak 22 responden atau 53,3% menjawab tidak pernah merasa bangga dengan membolos, 6 responden atau 20% menjawab kadang-kadang, 2 responden atau 6,7% menjawab sering.


(65)

Tabel 7.1

Saya selalu meminta doa kepada orangtua sebelum berangkat ke sekolah (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 19 63,3%

Sering 8 26,7%

Kadang-kadang 3 10%

Tidak Pernah - 0%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku hormat dan santun. Dengan dibuktikan sebanyak 19 responden atau 63,3% menjawab selalu, 8 responden atau 26,7% menjawab sering, 3 responden atau 10% menjawab kadang-kadang.

Tabel 7.2

Saya selalu berpamitan kepada orangtua sebelum berangkat sekolah (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 13 43,3%

Sering 9 30%

Kadang-kadang 8 26,7%

Tidak Pernah - 0%


(66)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku hormat dan santun. Dengan dibuktikan sebanyak 13 responden atau 43,3% menjawab selalu, 9 responden atau 30% menjawab sering, 8 responden atau 26,7% menjawab kadang-kadang.

Tabel 7.3

Saya mencium tangan ketika bertemu dengan guru (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 24 80%

Sering 4 13,5%

Kadang-kadang 2 6,7%

Tidak Pernah - 0%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa hormat dan santun. Dengan dibuktikan sebanyak 24 responden atau 80% menjawab selalu, 4 responden atau 13,5% menjawab sering, 2 responden atau 6,7% menjawab kadang-kadang.


(67)

Tabel 7.4

Saya tidak mencium tangan ketika bertemu dengan guru (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 1 3,3%

Kadang-kadang 5 16,7%

Tidak Pernah 24 80%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa hormat dan santun. Dengan dibuktikan sebanyak 24 responden atau 80% menjawab tidak pernah, 5 responden atau 16,7% menjawab kadang-kadang, 1 responden atau 3,3% menjawab sering.

Tabel 7.5

Saya berkata dengan kalimat yang baik (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 22 73,3%

Sering 6 20%

Kadang-kadang 2 6,7%

Tidak Pernah - 0%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku Hormat dan santun. Dengan dibuktikan sebanyak 22 responden atau 73%


(68)

menjawab selalu, 6 responden atau 20% menjawab sering, 2 responden atau 6,7% menjawab kadang-kadang.

Tabel 7.6

Saya sering ketiduran di kelas saat pelajaran berlangsung (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering 5 16,7%

Kadang-kadang 9 30%

Tidak Pernah 16 53,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku tanggung jawab. Dengan dibuktikan sebanyak 16 responden atau 53,3% menjawab tidak pernah ketiduran di kelas, 9 responden atau 30% menjawab kadang, 5 responden atau 16,7% menjawab sering.

Tabel 7.7

Saya sering mengerjakan PR di sekolah (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 2 6,7%

Sering 3 10%

Kadang-kadang 15 50%

Tidak Pernah 10 33,3%


(69)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa tanggung jawab. Dengan dibuktikan sebanyak 10 responden atau 33% menjawab tidak pernah mengerjakan PR di sekolah, 15 responden atau 50% menjawab kadang-kadang, 3 responden atau 10% menjawab sering, dan 2 responden atau 6,7% menjawab selalu.

Tabel 7.8

Saya selalu piket sesuai jadwal (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 19 63,3%

Sering 8 26,7%

Kadang-kadang 2 6,7%

Tidak Pernah 1 3,3%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku tanggung jawab. Dengan dibuktikan sebanyak 19 responden atau 63,3% menjawab selalu, 8 responden atau 26,7% menjawab sering, 2 responden atau 6,7% menjawab kadang-kadang, dan 1 responden atau 3,3% menjawab tidak pernah.


(70)

Tabel 7.9

Saya mengumpulkan tugas tepat waktu (+)

Pernyataan F Prosentase

Selalu 17 56,6%

Sering 6 20%

Kadang-kadang 4 13,4%

Tidak Pernah 3 10%

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa berperilaku tanggung jawab. Dengan dibuktikan sebanyak 17 responden atau 56,6% menjawab selalu, 6 responden atau 20% menjawab sering, 4 responden atau 13,4% menjawab kadang-kadang, dan 3 responden atau 10% menjawab tidak pernah.

Tabel 8.0

Biarlah teman yang mengerjakan piket kelas (-)

Pernyataan F Prosentase

Selalu - 0%

Sering - 0%

Kadang-kadang 11 36,6%

Tidak Pernah 19 63,3%


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP PGRI 1 Ciputat

0 7 148

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI KELAS V SD NEGERI 163092 DAN SD NEGERI 163083 KECAMATAN TEBINGTINGGI KOTA KOTA TEBINGTINGGI.

0 4 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VI SD NEGERI 1 PEUREULAK DAN SD NEGERI 3 PEUREULAK KECAMATAN PEUREULAK KABUPATEN ACEH TIMUR.

0 2 32

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN DI SD NEGERI SRIMULYO 2 SRAGEN Implementasi Pendidikan Karakter Religius Dan Disiplin Di SD Negeri Srimulyo 2 Sragen.

0 4 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DEMOKRATIS DAN DISIPLIN DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA Implementasi Pendidikan Karakter Demokratis Dan Disiplin Dalam Pembelajaran Penjasorkes Pada Siswa Di SD Negeri 1 Kemiri Boyolali.

0 3 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DEMOKRATIS DAN DISIPLIN DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA Implementasi Pendidikan Karakter Demokratis Dan Disiplin Dalam Pembelajaran Penjasorkes Pada Siswa Di SD Negeri 1 Kemiri Boyolali.

0 2 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SD NEGERI SOROPADAN NO. 108 SURAKARTA DAN Implementasi Pendidikan Karakter Di Sd Negeri Soropadan No. 108 Surakarta Dan Sd Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta.

0 5 19

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SD NEGERI SOROPADAN NO. 108 SURAKARTA DAN Implementasi Pendidikan Karakter Di Sd Negeri Soropadan No. 108 Surakarta Dan Sd Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta.

0 3 18

PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGARUHNYA TERHADAP BUDI PEKERTI SISWA DI KLATEN.

0 1 25

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB DI SD NEGERI 1 BANTUL.

1 9 223