2.1.6 Pertumbuhan Aset
Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasi yang
dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan.
Hal itu akan meningkatkan tingkat kepercayaan investor untuk menginvetasikan dananya dalam perusahaan.
Pertumbuhan aset adalah perubahan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Brigham dan Houston 2011, perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung dari dana yang berasal dari luar perusahaan dikarenakan dana dari dalam
perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
aset yang tinggi akan lebih banyak menggunakan hutangsebagai sumber modalnya daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang rendah.
2.1.7 Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, 2001 corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata
Universitas Sumatera Utara
lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan menurut Cadbury Report 1992, corporate governance merupakan prinsip yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta keseimbangan perusahaan dalam memberikan
pertanggungjawabannya kepada stakeholder dan shareholder. Tujuan dari good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah value added
bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholders Ningsaptiti, 2010. The Indonesian
institute for corporate
governance IICG
mengungkapkan tujuan dari good corporate governance : a
Meraih kembali kepercayaan investor dan kreditor nasional serta internasional.
b Memenuhi tuntutan standar global.
c Meminimalkan biaya kerugian dan biaya pencegahan atas
penyalahgunaan wewenang pengelolaan. d
Meminimalkan cost of capital dengan menekan resiko yang dihadapi kreditur.
e Meiningkatkan nilai saham perusahaan.
f Mengangkat citra perusahaan di mata publik.
Menurut pedoman umum Good corporate governance komite nasional kebijakan corporate governance, 2006 karakteristik dari Good corporate
governance adalah : Transparasi, Kinerja, Responsibilitas, Independensi, Kesetaraan dan kewajaran
Universitas Sumatera Utara
Ada empat mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai corporate governance yang bertujuan untuk
mengurangi konflik keagenan, yaitu:
1. Komite Audit Independen
Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan reliabilitas dihasilkan dari audit yang dilakukan oleh auditor yang berkualitas. Laporan
keuangan yang berkualitas tinggi yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi lebih dipercaya pemakai laporan keuangan daripada laporan keuangan yang
diaudit oleh auditor yang berkualitas lebih rendah. Menurut pemakai laporan keuangan, reputasi auditor yang berkualitas lebih teliti dalam melakukan proses
audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan dikarenakan kebutuhan mereka untuk mempertahankan kreditibilitas.
Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor Kep 29PM2004 bagi perusahaan publik dan Keputusan Menteri BUMN
Nomor KEP-103MBU2002 bagi BUMN. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas
dan fungsinya. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya 2 dua orang anggota lainnya
berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses
penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate
governance. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka
Universitas Sumatera Utara
control terhadap perusahaan akan lebih baik, sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya
sendiri dapat diminimalisasi.
2. Komisaris Independen
Menurut KNKCG Komite Nasional kebijakan Corporate Governance, komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Tugas dewan komisaris independen adalah mensupervisi dan memberi nasihat kepada dewan direksi, dan memastikan bahwa perusahaan telah
melaksanakan tanggung jawab kepada para stakeholder. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya
dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak- pihak lain yang terkait. Dalam menjalankan fungsinya, dewan komisaris
independen harus membebaskan diri dari kepentingan pihak – pihak lain yang
berpotensi memunculkan konflik kepentingan dan menjalankan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang memadai Wicaksono, 2013.
3.Kepemilikan Institusional
Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan
Universitas Sumatera Utara
investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan
investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Kepemilikan institusional
memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk
pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Monitoring yang dilakukan pihak institusi tentu lebih efektif dibandingkan oleh pihak individu karena institusi memiliki sumber daya dan kemampuan yang
lebih besar sehingga mampu melakukan monitoring yang lebih kuat. Hal ini menyebabkan dengan adanya kepemilikan institusional perusahaan akan
semakin terdorong untuk mengungkapkan informasi lebih cepat, untuk menghindari berkurangnya relevensi dari informasi tersebut Utami,2011.
4. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh pihak manajemen. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak
hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Jika suatu perusahaan memiliki kepemilikan manajerial yang tinggi,
manajer jauh lebih peduli tentang kepentingan pemegang saham dan opsi saham akan memiliki insentif untuk kontribusi perusahaan. Jensen dan Meckling 1976
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Kepemilikan
manajerial dapat diukur denagn proporsi kepemilikan saham yang dimiliki manajer, direksi, komisaris, mapupun pihak lain yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan perusahaan.
2.1.8 Manajemen Laba 2.1.8.1 Pengertian Manajemen Laba