Pengertian Kompetensi Sosial hubungan kompetensi guru pai dalam membentuk karakter siswa kelas XII keperawatan Di SMK Kharisma Panongan Tangerang

makhluk lainnya, guru juga dituntut untuk bisa bergaul dan berkomunikasi dengan baik. Tidak merasa congkak seakan ia memiliki pendidikan yang tinggi apalagi merasa paling sempurna di depan masyarakat biasa. Karena sebagai guru yang profesional, akan menjadikan profesinya tersebut tidak hanya disuatu tempat saja melainkan diberbagai situasi dan kondisi dimana dia berada. Dalam Peraturan Menteri No. 16 2007 tentang standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, sedikitnya ada 4 kompetensi sosial dan 2 Kompetensi Guru Mata Pelajaran, yaitu : a. Bersikap Inklusif, Bertindak Objektif dan tidak Diskriminatif. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun c. Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah RI d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain. 14 Keempat kompetensi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1 Bersikap Inklusif, Bertindak Objektif dan tidak Diskriminatif. Bersikap inklusif artinya bersifat terbuka terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki oleh orang lain dalam berinteraksi. Guru dalam berinteraksi dengan siswa atau sesama guru juga berhadapan dengan realitas ini. Siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda dari segi jenis kelamin, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. Situasi semacam ini memiliki potensi konflik tertentu baik laten atau nyata. Guru profesional adalah guru yang bisa membawa diri dalam situasi ini. Ia harus bisa berinteraksi dan bergaul dengan siswa atau rekan sejawat, atau bahkan anggota masyarakat yang berbeda latar belakang semacam ini. 14 Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, tahun 2007. 2 Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun Pada prinsipnya, komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan guru dapat diterima dengan baik oleh penerima orang tua, rekan sejawat, atau masyarakat pada umumnya, dipahami maksudnya dan bisa menghasilkan efek yang diharapkan dalam diri penerima pesan. Efektivitas komunikasi tergantung pada beberapa faktor yakni: penerima pesan komunikan, pengirim pesan komunikator, pesan, dan situasi 3 Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah RI Guru Indonesia telah disiapkan untuk mampu bekerja di seluruh Indonesia. Ia telah disiapkan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat di mana saja di seluruh wilayah Indonesia. Karena itu guru harus memiliki cultural intelligence CI yakni kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi budaya yang beraneka ragam di seluruh Indonesia. Kemampuan beradaptasi ini antara lain ditunjukan dengan kemampuan untuk menempatkan diri sebagai warga masyarakat dimana ia bekerja, kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa setempat sebagai bahasa pergaulan, dan kemampuan untuk menghargai keunikan, kekhasan dan nilai-nilai budaya dan adat istiadat dari masyarakat setempat. 4 Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain Kemampuan komunikasi guru tidak hanya sebatas berkomunikasi dalam konteks pembelajaran yang melibatkan interaksi guru siswa, tetapi kemampuan untuk bisa berkomunikasi secara ilmiah dengan komunitas seprofesi maupun komunitas profesi lain dengan menggunakan berbagai macam media dan forum. 15 Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karenaanya, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Kompetensi Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu : a. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu- ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 16 Kecerdasan sosial guru merupakan kompetensi sosial guru yang menunjukan kemampuan dalam melihat situasi sosial dengan cermat, kemudian menyikapinya dengan tepat dan berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan sosial sehingga suasana interaksi dan komunikasi dapat efektif dan kondusif bagi terwujudnya suasana sekolahiklim sekolah yang dapat memberi efek positif bagi proses pendidikan dan pembelajaran kepada murid. Jika kita, guru mengalami hambatan dalam interaksi dan komunikasi dengan rekan guru, staf dan pimpinan sekolah, jangan harap proses pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan baik, dan jika hal itu terjadi berarti efektivitas organisme akan terganggu. 17 Disamping memiliki kompetensi sosial secara umum, seorang guru juga diharapkan memiliki kompetensi sosial pada mata pelajarannya masing-masing, karena dengan begitu diharapkan tidak ada kekeliruan 15 Marselus R.Payong, Sertifikasi Profesi Guru Jakarta : Baduose Media 2011, hal. 22 16 Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, tahun 2007. 17 Uhar Suharsaputra, Op, Cit., hal. 86 antara satu pelajaran dengan pelajaran lain, mengetahui manfaat pelajarannya, membedakan dengan konsep-konsep pelajaran yang lainnya. Selain itu, tiap-tiap guru pun harus sadar akan pentingnya komunikasi di dalam sekolah agar terwujudnya kenyamanan, keharmonisan di dalam ruang lingkup sekolah, demi tergapainya kesepakatan bersama untuk membentuk karakter bangsa.

B. Pengertian Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian PAI

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional. 18 Bila kita mengurai sejarah, maka pendidikan Islam di pahami sebagai ciri khas, yaitu pendidikan yang berlatar belakang keagamaan yang berlandaskan pada nilai fundamental wahyu Tuhan yaitu Al- Qur’an dan Hadis. Untuk melihat wawasan pendidikan Islam secara komprehensif dan mendetail, maka definisi pendidikan Islam secara lebih menyeluruh yang meliputi: a. Pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya di dorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengimplementasikan nilai-nilai Islam. Di sini Islam di tempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikan. b. Jenis pendidikan yang memberikan perhatian dan sekaligus ajaran Islam sebagai pengetahuan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi dan sebagai ilmu. 18 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2013.,

h. 19

c. Jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian di atas, di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang study yang ditawarkan, dalam bentuk dari implementasi nilai-nilai Islam. 19 Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat : 1 Pendidikan Pancasila 2 Pendidikan Agama 3 Pendidikan Kewarganegaraan 20 Dari isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya merupakan komponen dasarwajib dalam kurikulum pendidikan nasional. 21 Ramayulis dan Samsul Nizar mendefinisikan pendidikan Islam sebagai “suatu sistem yang memungkinkan peserta didik dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. ” 22 Melalui pendeketan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya. Sajjad Husein dan Syed Ali Asraf mendefinisikan pendidikan Islam sebagai “ pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara-cara tertentu sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendeketan terhadap segala jenis pengetahuan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spritual dan sadar akan nilai etis Islam. ” 23 Sementara itu, Muhaimin, menekankan pada dua hal. Pertama, aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan 19 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, Yoygakarta ; Graha Ilmu, 2013, hal.20 20 Undang-undang Republik Indonesia No 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 21 Akmal Hawi, Op, Cit., h. 19 22 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta ; Bumi Aksara, 2013, h. 26 23 Ibid. Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dan disemangati oleh nilai-nilai Islam. Pendidikan agama oleh guru agama disekolah pada dasarnya adalah meluruskan dan membina perilaku anak yang sudah terlanjur tidak baik, belum memahami bagaimana berperilaku yang baik. Oleh karena itu, peran guru agama tidak sekedar mengajarkan materi pelajaran agama tetapi juga mendidik anak dalam masa pertumbuhan sangat peka menerima nasehat, petuah, ajaran, dari luar yang sumbernya dari siapa saja, apalagi dari guru-gurunya terutama sekali guru agama. Anak-anak yang kurang mendapat pendidikan agama dirumah, maka di sekolah anak mendapatkan pendidikan agama tersebut. 24 Dari banyaknya pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan suatu ilmu yang mengajarkan cara, sistem, rumus serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari- hari guna mewujudkan insan yang madani, islami, dan berbudi pekerti.

2. Tujuan Pengajaran Pendidikan Agama Islam

Tujuan atau cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan, karena merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan harus ada sebelum melangkah untuk mengerjakan sesuatu. Jika pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir. Oleh karena itu, usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa. 25 Zakiah Darajat merumuskan tujuan pendidikan Islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian Personality yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam Al- Qur’an disebut muttaqin. Tujuan pendidikan islam identik 24 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Bangsa Jakarta : Baduose Media, hal.56 25 Sri Minarti, Op, Cit., h. 102 dengan tujuan penciptaan manusia, sebagaimana firman Allah SWT, dalam Q.S al-Zariyat51:56. 26        Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.                                Artinaya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. 27 H.M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “membina dan mendasari kehidupan anak dengan nilai-nilai syariat Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama.” Sedangkan Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang pal ing utama adalah “beribadah dan bertaqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagian dunia dan akhirat”. Selanjutnya Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa tujuan pendidikan 26 Sukring, Op, Cit., hal.25 27 Depag 2006