Pendidikan Karakter hubungan kompetensi guru pai dalam membentuk karakter siswa kelas XII keperawatan Di SMK Kharisma Panongan Tangerang

manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dam warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. 53 Pendidikan karakter dapat dipahami sebagai upaya menanam kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. 54 Proklamator kita, Bung Karno, berulang kali mengucapkan character building dalam berbagai pidatonya. Ketika Bung Karno mengucapkan istilah tersebut bisa jadi diucapkan dalam konteks politik, di mana baginya watak bangsa harus dibangun. Tetapi ketika kata-kata ini diungkapkan oleh para pendidik seperti Ki Hajar Dewantara, konteksnya adalah pedagogis yang dimaksud adalah pendidikan watak untuk para siswa, satu demi satu. Artinya, untuk membangun karakter harus dipikirkan dengan kesungguhan. 55 Sebagaimana dikutip dari Ahmad Fikri bahwa fungsi pendidikan karakter adalah: a. Pengembangan: pengembangan potensi dasar peserta didik agar berhati, berpikiran, dan berperilaku baik; b. Perbaikan: memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural untuk menjadi bangsa yang bermartabat; 53 Heri Gunawan, Op, Cit., h. 24 54 Zubaedi, Op, Cit, h. 17 55 Retno Listyarti, Pendidikan Op, Cit., h. 9 c. Penyaring: untuk menyaring budaya negatif dan menyerap budaya yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. 56 Selain dari pada itu, Mohammad Nuh menerangkan bahwa dengan dibekali pendidikan karakter, peserta didik diharapkan dapat menjadi agen di daerah asalnya dalam penyelenggaraan pendidikan karakter bagi yang lain. Sebab, sesungguhnya pendidikan berbasis karakter perlu dicontoh dan diteladani oleh orang lain, bukan hanya peserta didik. 57 Berkaitan dengan tujuan perlunya diselenggarakan pendidikan karakter, Mohammad Nuh menambahkan bahwa proses pendidikan pada dasarnya berfungsi menyiapkan peserta didik agar mampu membangun kehidupan dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang akan dihadapi di masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan bagian dari upaya untuk menyiapkan peserta didik supaya ia menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter. 58

3. Proses Pembentukan Karakter

Proses pembentukan karakter diawali dari dalam keluarga. Fungsi keluarga dalam membangun masyarakat adalah sebagai pondasi yang utama. Apabila keluarga baik, maka masyarakat dan bangsa akan kokoh dan berjaya. Setelah anak masuk sekolah, maka tanggung jawab guru untuk membentuk karakter siswanya agar para siswanya mempunyai akhlak atau budi pekerti yang luhur. Pendidikan karakter sebagai sebuah program kurikuler telah dipraktikan di sejumlah negara. Studi J. Mark Halstead dan Monica J. Taylor menunjukan bagaimana pembelajaran dan pengajaran nilai-nilai sebagai cara membentuk karakter terpuji telah dikembangkan di sekolah –sekolah di inggris. Peran sekolah yang menonjol terhadap 56 Anas Salahudin Irwanto Alkrienciehie, Op, Cit., h.104 57 Nurla Isna Aunillah, Panduan Op, Cit., h. 137 58 Ibid. pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai ini dalam dua hal, yaitu: to build on and supplement values children have already begun to develop by offering further exposure to a range of values that are current in society such as equel opportunities and respect for diversity and to help children to reflect on, make sense of and apply their own developing values. 59 Proses pembentukan karakter pada siswa diawali dari keteladan seorang gurunya yang dapat memberikan contoh yang baik melalui pembiasaan-pembiasan yang baik pula. Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melaui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik. 60 Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan melalui berbagai variasi metode sebagai berikut: a. Penugasan b. Pembiasaan c. Pelatihan d. Pembelajaran e. Pengarahan f. keteladanan 61 Psikologi empiris juga menemukan beberapa konsep yang mendukung perkembangan pendidikan karakter. Pada akhir tahun 1920, dua orang psikolog dari Yale University, Hugh Hartshorne dan Mark 59 Zubaedi, Op, Cit., h. 19 60 E.Mulyasa, Op, Cit., h. 9 61 Ibid, h. 10 May, melakukan sebuah penelitian terhadap perilaku 10.000 anak-anak yang diberikan kesempatan untuk berbohong, berbuat curang, atau mencuri dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, tanggung jawab di rumah, permainan-permainan, dan kompetensi olahraga. Ketidakkonsistenan perilaku anak-anak tersebut sangat mengherankan; ternyata begitu sulit untuk memprediksikan perilaku mereka. Sebagai contoh, seorang anak yang berbuat curang ketika sedang bermain ternyata belum tentu melakukan hal yang sama ketika ia berada di kelas, begitu pula sebaliknya. 62 Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, pelaksanaan acting, dan kebiasaan habit. Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih menjadi kebiasaan untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik components of good character yaitu moral knowing pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan penguatan emosi tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan mengerjakan nilai-nilai kebajikan moral. 63 Metoda Pembentukan Karakter Metoda pembentukan karakter berkaitan langsung dengan tahapan perkembangannya. Tahapan tersebut terbagi dalam tiga tahapan yaitu tahapankarakter lahiriyah karakter anak-anak, tahapan karakter berkesadaran karakter remaja dan tahapan kontrol internal atas karakter karakter dewasa. Pada tahapan lahiriyah metoda yang digunakan adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan imbalan dan pelemahan 62 Thomas Lickona, Op, Cit., h.10 63 Heri Gunawan, Pendidikan Op, Cit, h. 38 hukuman serta indoktrinasi. Sedangkan pada tahapan perilaku berkesadaran, metoda yang digunakan adalah penanaman nilai melalui dialog yang bertujuan meyakinkan, pembimbingan bukan instruksi dan pelibatan bukan pemaksaan. Dan pada tahapan kontrol internal atas karakter maka metoda yang diterapkan adalah perumusan visi dan misi hidup pribadi, serta penguatan akan tanggungjawab langsung kepada Allah. Tahapan diatas lebih didasarkan pada sifat daripada umur. Karakter terbentuk setelah mengikuti proses sebagai berikut : 1 Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideology, pendidikan, temuan sendiri atau lainnya. 2 Nilai membentuk pola fikir seseorang yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visinya. 3 Visi turun ke wilayah hati membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan membentuk mentalitas. 4 Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap. 5 Sikap-sikap yang dominan dalam diri seseorang yang secara keseluruhan mencitrai dirinya adalah apa yang disebut sebagai kepribadian atau karakter. 64

4. Pendidikan Karakter Bangsa

Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki karakterbudi pekerti yang kuat. Karakterbudi pekerti kuat dan unggul itu diwariskan oleh pendiri-pendiri seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantoro, Budi Utomo, K.H Ahmad Dahlan, dll. Karakterbudi pekerti kuat dan unggul dari pendiri bangsa 64 Ikhsan, Pembentukan Karakter, http:www.academia.edu10103940, 25 September 2015