Upaya Kepala Sekolah Dan Guru Pai Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di Sman 12 Kota Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Islam

Oleh KOMARIYAH 109011000261

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAHJAKARTA


(2)

dalam menyelesaikan tugas akhir penulis.

Ku persembahkan jerih payahku ini untuk orang-orang yang sangat aku cintai untuk kedua orangtua, adik-adik ku serta sahabat-sahabat yang selalu memberiku motivasi, dukungan, nasehat-nasehat sehingga aku dapat menyelesaikan tugas akhir ku ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua. Amin Ya Robbal’alamin.


(3)

(4)

(5)

(6)

i

Kata kunci : Upaya Sekolah Dalam Mengembangkan Karakter Anak Didik

Karakter bangsa merupakan sebuah keniscayaan untuk segera dilaksanakan. Ia menjadi pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakter bangsa ibarant kemudi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun begitu penting, ternyata keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dengan baik, sehingga hasilnya belum optimal.

Padahal karakter bangsa merupakan amanat pendiri Negara dan telah dimulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya pendiri Negara pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaannya adalah mengutamakan pelaksanaan nation and character building.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kepala sekolah dan guru pendidikan agama islam yang melakukan pengembangan karakter telah berhasil terbentuk pada diri siswa atau siswi SMAN 12 Kota Tangerang Selatan.

Untuk memperoleh hasil tersebut penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dan pengamatan/ observasi langsung. Penulis melakukan observasi langsung di SMAN 12 Kota Tangerang Selatan.


(7)

ii

Keywords: School Efforts In Developing Character in Students The character of a nation is a necessity to begin immediately. The character of the nation ibarant steering in national life. Although it is so important, it turns constancy of attention to the development of national character has not been properly maintained, so the results are not optimal.

Though the character of a nation is the mandate of the founders of the State and has started since the beginning of independence. In a speech Founding Fathers never told that the task of filling in the independence of Indonesia is prioritizing the implementation of nation and character building.

This study aims to determine whether principals and teachers of Islamic religious education is to develop the character has been formed on the student or students of SMAN 12 South Tangerang City.

To obtain these results the author uses descriptive qualitative method of data collection was conducted interviews and observation / direct observation. The author conducted a direct observation at SMAN 12 South Tangerang City.

Based on the results obtained that information and observations about character formation of students is already well under way by means of habituation in everyday life in the school environment and also pointed out that well to the students of the teachers.


(8)

iii

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai utusannya yang telah membawa manusia dari jalan yang sesat hingga menuju jalan yang lurus.

Tujuan penulisan skripsi ini dibuat sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif HidyatullahJakarta. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan lancer. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Nurlena Rifa’i,MA. Ph.D

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag

3. Ucapan terima kasih kepada sekertariat Jurusan Ibu Marhamah Saleh, Lc. M.A 4. Abdul Ghofur M.A yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

membimbing skripsi ini sampai selesai.

5. Seluruh dosen – dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

6. Bapak H.M. Syamsudin, H.S, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan.

7. Siswa dan Siswi khususnya kelas XII IPA dan IPS SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan.

8. Orang tua tercinta Salawi dan Nursiyah dan adik-adikku yang telah memberikan dukungan moral maupun spritual.


(9)

iv

Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.

Jakarta, 02 Mei 2014


(10)

v LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. KARAKTER ... 8

1. Pengertian Karakter ... 9

2. Karakter yang Dikembangkan Kemendiknas ... 11

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 19 4. Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter . 22


(11)

vi

b. Peran Kepala Sekolah ... 25

2. Pengertian Guru ... 29

C. PESERTA DIDIK ... 29

1. Pengertian Peserta Didik ... 29

2. Pandangan Tentang Peserta Didik ... 30

3. Hal-hal yang Perlu Dikenal dari Peserta Didik ... 31

4. Karakter yang Harus Dimiliki Peserta Didik ... 32

5. Etika Murid ... 33

6. Disiplin Pesera Didik ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metodologi Penelitian ... 37

C.Teknik Pengumpulan Data ... 38

D.Sumber Data ... 43

E. Keabsahan Data ... 44

F. Metode Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Sekolah ... 46

1. Sejarah Sekolah ... 46

2. Visi dan Misi Sekolah ... 47

B. Deskripsi Data ... 47

C. Pembahasan ... 49

1. Karakter yang Dibentuk Kepala Sekolah dan Guru PAI Kepada Peserta Didik ... 49

a. Kedisiplinan Siswa ... 49


(12)

vii

d) Absensi Siswa ... 51

b. Nilai Keagamaan ... 50

a) Pengajian Jumat ... 52

b) Istigosah ... 52

c) Sholat Berjamaah ... 53

d) Sholat Duhha ... 53

e) Kegiatan Eskul Rohis ... 53

f) Salam, Sopan, Santun, Sapa, Senyum ... 54

c. Kejujuran ... 54

d. Kreativitas ... 55

e. Peduli Lingkungan ... 56

2. Larangan yang Berlaku Disekolah ... 56

a. Kehadiran siswa ... 57

b. Pakaian ... 58

c. Kepribadian ... 59

d. Ketertiban ... 60

e. Merokok ... 62

f. Bacaan Porno ... 62

g. Tawuran ... 63

h. Ancaman Dengan Kekerasan ... 64

i. Perjudian/ Miras/ Narkoba ... 64

j. Senjata Tajam ... 65

3. Upaya yang Dilakukan Sekolah dalam Membentuk Karater Peserta Didik ... 66


(13)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 69

SURAT KETERANGAN IZIN PENELITIAN LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

ix


(15)

x

1. Tabel 3.1 Instrumen wawancara Siswa ... 39

2. Tabel 3.2 Instrumen wawancara kepala sekolah dan guru ... 40

3. Tabel 4.7 Kehadiran ... 57

4. Tabel 4.8 Pakaian ... 58

5. Tabel 4.9 Kepribadian ... 59

6. Tabel 4.10 Ketertiban ... 61

7. Tabel 4.11 Merokok ... 62

8. Tabel 4.12 Bacaan Porno... 63

9. Tabel 4.13 Tawuran ... 63

10.Tabel 4.14 Ancaman dengan Kekerasan ... 64

11.Tabel 4.15 Perjudian/Minuman Keras/Narkoba ... 65


(16)

xi

1. Lampiran 1: Instrumen wawancara siswa ... 71

2. Lampiran 2: Instrumen wawancara guru ... 73

3. Lampiran 3: Hasil Wawancara Wakil Bidang Kesiswaan ... 75

4. Lampiran 4: Hasil Wawancara Wakil bidang Kurikulum ... 80

5. Lampiran 5: Hasil Wawancara Siswa XII IPA 1 ... 84

6. Lampiran 6: Hasil Wawancara Siswa XII IPS 1 ... 86

7. Lampiran 7: Hasil Wawancara siswa XII IPS 2 ... 88

8. Lampiran 8: Hasil Wawancara Siswa XII IPS 2 ... 91

9. Lampiran 9: Catatan Lapangan 1 ... 93

10.Lampiran 10: Catatan Lapangan 2 ... 94

11.Lampiran 11: Catatan Lapangan 3 ... 97

12.Lampiran 12: Catatan Lapangan 4 ... 98

13.Lampiran 13: Catatan Lampiran 5 ... 100

14.Lampiran 14: Catatan Lapangan 6 ... 101

15.Lampiran 15: Catatan Lapangan 7 ... 102

16.Lampiran 16: Catatan Lapangan 8 ... 103

17.Lampiran 17: Catatan Lapangan 9 ... 104

18.Lampiran 18: Catatan Lampiran 10 ... 106

19.Lampiran 19: Catatan Lapangan 11 ... 107

20.Lampiran 20: Catatan Lapangan 12 ... 108

21.Lampiran 21: Catatan Lapangan 13 ... 109

22.Lampiran 22: Hasil Wawancara Guru PAI ... 110

23.Lampiran 24: Struktur Organisasi Sekolah ... 113

24.Lampiran 23: Daftar Siswa Yang Mengikuti Kegiatan ROHIS ... 120 25.Lampiran 23:Riwayat Hidup


(17)

1

Karakter bangsa sebuah keniscayaan untuk segera dilaksanakan. Ia menjadi pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakter bangsa ibarat kemudi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun begitu penting, ternyata keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dengan baik, sehingga hasilnya belum optimal.

Karakter bangsa merupakan salah satu amanat pendiri Negara dan telah dimulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya, pendiri Negara pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaannya adalah mengutamakan pelaksanaan nation and character building. Bahkan beliau telah wanti-wanti “ jika pembangunan karakter bangsa tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”.1

Terkait dengan penyalah gunaan narkotika, Badan Narkotika Nasional pada tahun 2009 mencatat adanya 3,6 juta pengguna narkoba di Indonesia, dan 41% diantara mereka pertama kali mencoba narkoba di usia 16-18 tahun, yakni usia remaja SMP dan SMA, Persoalan yang cukup meresahkan juga antara lain maraknya tawuran antar pelajar, dan lebih memprihatinkan lagi ketika korupsi sudah menjadi budaya. Data tentang korupsi pejabat, misalnya, dari hasil riset yang di lakukan Transparency International Corruption Perceptions Indeks 2009 masih menempatkan Indonesia pada peringkat yang sangat memperihatinkan.

Melihat penomena seperti ini, wajar jika pemerintah menjadikan pendidikan karakter sebagai program unggulan. Ini artinya pemerintah serius menangani persoalan bangsa. Tidak ingin bangsa ini menjadi bangsa kuli. Tidak ingin bangsa ini terpuruk nilai-nilai moral yang berakibat rusaknya sendi-sendi tatanan bangsa.2

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui

1

NajibSulhan, Pengembangan Karater dan Budaya Bangsa, (Surabaya: PT. JePe Media Utama, 2011) hal. 2

2Ibid.,


(18)

akademis, religious maupun moral. Hal ini erat kaitanya dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan bahwa pembentukan karakter siswa jauh lebih penting dari pada menyehatkan badannya, mengisi otaknya dan membuatnya menjadi manusia yang cakap.3

Jika sejak masa kanak-kanaknya, anak tumbuh berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat, bersandar, meminta pertolongan dan respon secara instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa melakukan akhlak mulia. Sebab, benteng pertahanan religious yang berakar pada hati sanubarinya, kebiasaan mengingat Allah yang telah di hayati dalam dirinya dan introspeksi diri yang telah menguasai seluruh pikiran dan perasaannya, telah memisahkan anak dari sifat-sifat negative, kebiasaan-kebiasaan dosa dan tradisi-tardisi jahiliyah yang rusak. Bahkan penerimaannya setiap pada kebaikan akan menjadi salah satu kebiasaannya dan kesenangannya terhadap keutamaan, dan kemuliaan akan menjadi sifat yang menonjol.

Hal ini telah dibuktikan oleh berhasilnya eksperimen secara praktis yang di lakukan oleh kebnyakan orang tua beragama bersama anak-anaknya, dan kebanyakan pendidik bersama murid-muridnya. eksperimen ini telah di kenal di dalam perjalanan hidup kaum salaf, seperti telah di uraikan dalam sikap Muhammad bin Siwar terhadap Putra saudara dari wanitanya At-Tusturi, ketika ia mendidik dengan landasan iman dan memperbaiki diri dari tabiatnya. Kita telah mengetahui bahwa diri At-Tusturi menjadi baik karena pamannya telah mendidik atas dasar selalu ingat dan takut kepada Allah, yaitu memerintahkannya untuk

3


(19)

menyaksikanku”.

Jika pendidikan anak jauh dari akidah Islam, terlepas dari arahan religious dan tidak berhubungan dengan Allah, maka tidak di ragukan lagi bahwa anak akan tumbuh dewasa diatas dasar kefasikan, penyimpangan, kesesatan dan kekafiran. Bahkan ia akan mengikuti hawa nafsu dan bergerak dengan motoh nafsu negatif dan bisikan-bisikan setan sesuai dengan tabiat, fisik, keinginan dan tuntutannya yang rendah.4 Tugas kita sebagai pendidik adalah meluruskan kekeliruan itu dengan menerapkan pendidikan karakter di lembaga sekolah, agar anak tumbuh menjadi manusia yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama serta orang tua mereka.

Sekolah sebagai institusi pendidikan yang merupakan wadah tempat peroses pendidikan dilakukan, memiliki system yang kompleks dan dinamis. Dalam kegiatan sekolah bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, tetapi sekolah berada dalam satu tatanan system yang rumit dan saling berkaitan. Oleh karena itu sekolah di pandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Kegiatan sekolah ini adalah mengelola sumber daya manusia yang di harapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dengan tuntunan kebutuhan masyarakat bangsa perlu di kelola,di atur, di catat dan di berdayakan agar dapak menghailkan prodek atau hasil secara optimal.5

Begitu besar peran seorang guru dalam menghadapi satu perubahan. Masyarakat bahkan Negara sangat menaruh harapan terhadap guru. Guru tidak lagi sebagai pengajar di kelas untuk mencerdaskan anak didik dengan muatan materi akademik. Di pundak guru ada tanggung jawab untuk mengubah kondisi masyarakat yang carut marut. Guru kini berperan sebagai agen perubahan. Dengan demikian seorang guru di tuntut memiliki jiwa hijrah. Guru harus selalu melakukan perubahan-perubahan. Tentunya perubahan kearah positif.6

4Abdullah Nashih ‘Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam

, (Asy-Syifa: Semarang, 1981). hal. 174

5

Toni D. Widiastono, pendidikan manusia Indonesia, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2004), Hal. 253

6


(20)

memaknai fungsi dan tujuan pendidikan. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan dalam bab II, pasal 3:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakep, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7

Guru dalam hal ini tidak hanya mentrasfer ilmu kepada anak didik. Guru menyiapkan anak-anak untuk persiapan kedepan. Persiapan menghadapi tantangan dan perubahan yang terus menerus. Fungsi dan tujuan pendidikan yang di amanatkan lewat Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional cukup berat, tetapi itu sangat mulia. Hanya orang-orang yang memiliki jiwa yang tulus dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi pendidikan yang mampu menghasilakan generasi yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Guru yang menyadari tentang tanggung jawabnya sebagai agen perubahan tidak akan berhenti untuk berbenah diri. Guru yang menjadi agen perubahan menyadari bahwa hakikatnya yang abadi adalah adalah perubahan. Jika tidak mau menyadari tentang perubahan maka akan di gilas dengan perubahan. Amanat undang-undang ini sangat jelas bahwa kemampuan anak, watak anak di bangun lewat pendidikan. Begitu juga peradaban bangsa yang bermartabat, semua itu juga di bangun lewat pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Itulah fungsi yang di jalankan oleh pendidikan. Jika itu semua tidak bisa di laksanakan, maka fungsi pendidikan gagal.

Begitu juga tujuan yang di harapkan di dalam pendidikan. Potensi peserta didik di kembangkan agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8

7

Ibid., h. 199

8Ibid.,


(21)

pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu mewujudkan potensi itu dalam sikap dean tingkah lakunya. Adapun ciri yang dapat di cermati pada seseorang yang mampu memanfaatkan potensi dirinya adalah terpupuknya sikap terpuji, seperti penuh reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif-inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, berani, dapat di percaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, dll.9

Berdasarkan latar belakang masalah ini penulis mengangkat permasalahan

ini dalam penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Kepala Sekolah dan Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di SMA Negeri 12 Kota

Tangsel

B. Identifikasi Masalah

1. Masih banyak siswa yang tidak jujur kepada orangtuanya 2. Masih banyak siswa yang tidak di siplin di sekolah 3. Pendidikan anak jauh dari akidah Islam

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk menghindari kekeliruan dan ketidaklarasan antara pembahasan dengan pokok masalah, maka dari judul ini penulis membatasi masalahnya sebagai berikut:

1. Upaya- upaya yang di lakukan kepala sekolah dn guru pai dalam membangun karakter peserta didik adalah kedisiplinan para murid dari mulai masuk kelingkungan sekolah, cara berpakaian, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, tanggung jawab, membiasakan salam saat bertemu guru, senyum, menyapa dan menegur.

2. Karakter yang di maksud disini adalah karakter yang di kembangkan Kemendiknas. Adapun karakter yang termasuk di dalamnya yaitu: religius,

9

Nurla Isna Aunillah, Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011) Hal. 20


(22)

bersahabat, komunikatif dll.

3. Peserta didik yang di maksud disini adalah seluruh peserta didik SMAN 12 kelas XII.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses yang di capai dalam membentuk karakter peserta didik di SMA Negeri 12 Tangsel?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan karakter pada peserta didik?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan identifikasi dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui upaya kepala sekolahdan guru PAI dalam membentuk karakter peserta didik di SMAN 12 Kota Tangerang Selatan.

b. Untuk menegethui faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter peserta didik di SMAN 12 Kota Tangerang Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: a. Sekolah

Dapat digunakan sebagai acuan atau masukan untuk meningkatkan upaya-upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan karakter pada siswa di SMA Negeri 12 Tangsel khususnya dan bagi pendidikan pada umumnya.


(23)

Menambah pengetahuan penulis tentang uapaya sekolah dalam menjalankan dan mengembangkan karakteristik peserta didik.

c. Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat agar supaya dapat menanamkan karakter sedini mungkin dan agar dapat terus mengembangkan karakter yang dimiliki oleh anak-anak di sekitarnya.


(24)

8

Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa, sebagai penanda, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lainnya. Karakter meberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan melewati suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu drajat tertentu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia. Demikian yang pernah terjadi dalam sebuah perjanan sejarah.1

Nabi Muhammad SAW sebagai manusia sempurna yang pernah hidup dimuka bumi telah memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun sebuah karakter bangsa yang mempengaruhi dunia. Sehingga Michael H. Hart penulis buku 100 tokor berpengaruh di dunia menempatkan nabi Muhammad sebagai manusia paling berpengaruh sepanjang sejarah kemanusiaan, karena mampu mengubah sebuah sebuah wajah karakter masyarakat dari realitas masyarakat yang sangat tidak beradab, suka menyembah patung suatu produk manusia yang disembahnya sendiri, suka berjudi, suka membunuh anak perempuannya karena dianggap melemahkan citra diri keluarga besar, member penghargaan atas wanita dengan cara yang sangat murah dan keji, memperjual belikan manusia dengan system perbudakan dengan menjadi peradaban dan bermoral. Semua realitas itu kemudian diubah dengan cara yang sangat indah dan cerdas melalui keteladanan dan dibangun karakter masyarakatnya, kemudian mampu mempengaruhi karakter bangsanya sehingga dapat diakui dalam persatuan sebuah kawasan bahkan hingga mampu mengubah sejarah perjalanan dunia.2

Peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter. Dalam konteks tersebut, pendidikan karakter adalah usaha sekolah yang dilakukan

1Muwafik Shaleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani (Pendidikan Karakter Untuk Generasi Bangsa), (Jakarta: Erlangga, 2012). h. 2

2Muwafik Shaleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani (Pendidikan Karakter Untuk Generasi Bangsa)… h. 2


(25)

bersama dengan guru, pemimpin sekolah dan seluruh warga sekolah, meliputi semua kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama. Bagi yang beragama islam, mereka senantiasa menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.3

1. Pengertian Karakter

Karakter menurut kamus besar indonesia di artikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa di artikan tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu di lakukan atau kebiasaan. Karakter juga di artikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.4

Karakter adalah atribut atau cirri-ciri yang membentuk dan membedakan cirri pribadi, cirri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu klompok atau bangsa. Sementara itu The Free Dictionary dalam situs Onlinenya yang dapat di unduh secara bebas mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau cirri-ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter juga didefinisikan sebagai suatu deskripsi dan atribut, cirri-ciri atau kemampuan seseorang.5

Rumusan dari kementrian pendidikan nasional, khususnya direktorat pendidikan tinggi menjelaskan bahwa secara umum arti karakter adalah karakter mendemonstrasikan etika atau sistem nilai personal yang ideal (bai dan penting) untuk eksistensi diri dan berhubungan dengan orang lain. Pengertian secara khusus karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam prilaku.6

3Annas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (pendidikan berbasis agama dan budaya), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 45

4Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: JePe Press Media Utama, 2011), h. 201 5Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 42

6Annas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (pendidikan berbasis agama dan budaya)…h. 42


(26)

Karakter adalah menejmen untuk membangun prilaku yang mulia, bukan bersifat normatif dan basa-basi. Karakter adalah pengawalan untuk membangun kebiasaan agar tau nilai-nilai kebenaran, dan terbiasa untuk selalu mengamalkan kebenaran yang diyakini.7

Kemendiknas (2010) menjelaskan bahwa karakter adalah “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi barbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebijakan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan

hormat kepada orang lain”. Interaksi seseorang dengan orang lain

menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.8

Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Lain halnya dengan pendapat Tadzkiroatun Musfiroh, menurutnya

“karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), prilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Maka katakter itu sendiri

berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai atau

memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkahlaku, sihingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan berprilaku jelek di katakana sebagai orang yang memiliki karakter jelek. Sebaliknya orang yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter

mulia”.9

Seorang filsuf Yunani kuno bernama Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sehingga melakukan dengan tindakan-tindakan yang benar sehubung dengan diri seseorang dan orang lain. Aristoteles mengingatkan kepada kita tentang cnderung apa yang kita lupakan dimasa sekarang ini. . kehidupan yang berbudi luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri

7Ibid., h. 21

8 Syamsu Yusuf & Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik(Jakarta: Rajawali Pres, 2011), Hal. 32

9Nurla Isna Aunillah, menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011) Hal. 19


(27)

sendiri (seperti control diri dan moderasi) sebagaimana halnya dengan kebaikan yang berorientasi pada hal lainya (seperti kemurahan hati dan belas kasihan), dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan.10

Karakter bangsa sebuah keniscayaan untuk segera di laksanakan. Ia menjadi pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun begitu penting, ternyata keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dengan baik, sehingga hasilnya belum optimal.

Karakter bangsa merupakan salah satu amanat pendiri Negara dan telah di mulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya, pendiri Negara pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan nation and character building. Bahkan beliau telah wanti-wanti, ”jika pembangunan karakter bangsa tidak berhasil,

maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.”11

2. Karakter yang di Kembangkan Kemendiknas (2010)

Jems Fowler (Santrock, 1999a: 235) menyatakan bahwa setiap tahap perkembangan manusia akan menentukan karaktristik terhadap perkembangan keagamaan seseorang. Menurut James Fowler (dalam dacey&lenon, 1998) ada enam tahap perkembangan keagamaan yaitu: (1) intuitive-projective faith (iman intuitif-proyektif), (2) mythical-literal faith (3) poetic-conventional faith, (4)individuating-reflective faith, (5) paradoxical-consolidation faith, (6) universalizing faith. Dengan mengetahui tahap perkembangannya, akan diketahui bagaimana memberikan langkah strategi pendidikan keagamaan secara tepat terhadap individu. Selain itu motif-motif keagamaan seringkali dijadikan dasar penentu sikap, pemikiran maupun prilaku seseorang.12

Kemendiknas 2010 menyatakan bahwa nilai-nilai yang di kembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa di identifikasikan dari sumber-sumber berikut:

10Thomas Lickona, Educating For Character (Mendidik Untuk Membentu Karakter), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), h. 81

11 Najib Sulhan, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dan Rumah,(Surabaya:JePe Press Media Utama) h. 1-2

12Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 13


(28)

a. Agama

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu masyarakat dan bangsa selalu di dasari pada ajaran agama dan kepercayaan.

b. Pancasila

Negara kesatuan Republik indonesi ditegakan atas prinsip-prinsip kehidupan bangsa dan kenegaraan yang di sebut pancasila. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni.

Pancasila yang dimaksud yang dimaksud disini adalah pancasila yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan permusyawaratan/ perwakilan

5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Pacasila adalah falsafah yang identic dengan pandangan hidup bangsa Indonesia juga sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai falsafah Bangsa Idonesia Pancasila merupakan sumber kehidupan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia berisikan ajaran yang mengandung nilai-nilai luhur yang terkristalisasi dalam sila-silanya.13

c. Budaya

Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak di dasari oleh nilai-nilai budaya yang di akui oleh masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu di jadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu.


(29)

d. Tujuan pendidikan Nasional

Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga Negara Indonesia, di kembangkan oleh berbagai suatu pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga Negara.14

Berdasarkan keempat sumber nilai diatas, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut:15

1) Religius

Sikap dan perilaku yang patut dalam melaksanakan ajaran agama yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Keterlibatan dan kepekaan social dapat menjadi sarana untuk mengembangkan sikap religiusitas. Melihat keprihatinan dan penderitaan hadup manusia, ajaran agama manapun akan mengajak dan mendesak penganutmya untuk bertindak baik. Kegiatan social kemanusiaan menjadi tempat untuk mewujudkan religiusitas anak secara bersama dari berbagai macam agama dan kepercayaan yang ada. Kepekaan dan keterlibatan untuk membantu orang yang menderita merupakan panggilan bersama umat beragama.

Perwujudan dari ajaran agama akan menjadi nayat dalam tindakan yang juga menyatukan semua orang dalam keprihatinan yang sama. Perbuatan baik semacam ini merupakan amal baik sesama yang juga menjadi ajaran dan tuntutan semua agama untuk dilaksanakan oleh para pemeluk dan penganutnya.16

14Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), h. 33

15Ibid., h. 34

16 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Persepektif Perubahan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), cet. 3, h. 56


(30)

2) Jujur

prilaku yang di dasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai seorang yang selalu dapat di percaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.17

Banyaknya persoalan yang terjadi dinegara kita saat ini antara lain disebabkan oleh semakin menipisnya kejujuran. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kejujuran termasuk salah satu sendi utama yang bias menopang tegaknya sendi-sendi kehidupan. Sebagai contoh, pejabat yang tidak jujur membuat ia berbuat korupsi, pelajar yang tidak jujur menyebabkan ia mencontek.18

Mengingat kejujuran merupakan salah satu sikap yang penting dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah untuk menanamkan sikap ini kepada para peserta didik agar mereka memahami pentingnya bersikap jujur sejak dini.19

Dalam membentuk karakter jujur pada peserta didik tidak dapat dilakukan dengan cara yang instan. Sebab di lakukan proses yang panjang dan konsisten agar bisa menanamkan sikap jujur sehingga karakter tersebut mampu benar-benar menjadi karakter setiap peserta didik.

3) Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.20 Tidak sedikit guru yang merasa kewalahan dalam menghadapi peserta didik yang sulit diatur,

17 Yusuf dan Sugandhi. Loc. Cit.

18 Nurla Isna Aunillah, Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011), hal. 47

19Ibid., h. 48


(31)

cenderung membantah saat dinasehati, dan sering kali melakukan pelanggaran. Menghadapi keadaan semacam ini, maka tidak heran jika ada diantara guru yang menggunakan jalan kekerasan untuk menanamkan sikap disiplin pada peserta didiknya.

Menipisnya bahkan menghilangnya sikap disiplin pada peserta didik merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Dengan tiadanya sikap disiplin tentu saja proses pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal, sehingga keadaan itu akan menghambat tercapainya cita-cita pendidikan.

Akibat lain yang akan timbul oleh peserta didik yang karakter disiplinya kurang terbangun dengan baik adalah terpuruknya kebiasaan dan kecendrungan untuk berani melakukan berbagai pelanggaran, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Hal ini tentu saja dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi peserta didik yang bersangkutan.21

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.22 Sebagai mana yang tertera dalam UU RI No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada hakikatnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan sekaligus membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan mengembangkan tujuan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

21 Isna Aunillah, op. cit., h. 55 22Yusuf dan Sugandhi, op. cit., h. 34


(32)

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Jika dilihat atau di cermati dari undang-undang tersebut, tampak jelas bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah membentuk manusia agar memiliki karakter kreatif.

Apabila pendidikan bertujuan membentuk karakter kreatif, tentunya setiap peserta didik dengan segala potensinya dapat dilatih untuk menggagas ide-ide kreatif berdasarkan pengalaman hidupnya.23

7) Mandiri

Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Memiliki peserta didik yang mandiri merupakan hal yang di dambakan para guru, sebab, dengan sikap itu, proses yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancar sehingga guru juga dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya sendiri sekaligus beranggug jawab terhadap dirinya sendiri.

Untuk mengetahui kemandirian siswa dapat dilihat melalui kegiatan akskul. Bukan Karena faktor kegiatan itu tidak diawasi dan dinilai oleh guru secara cermat, tetapi lebih kepada factor keberanian siswa mengambil pilihan kegiatan, kemampuan mengorganisasi waktu pribadi, pengenalan kemampuan diri, dan kemauan untuk setia pada pilihan. Proses ini akan membawa iswa pada penggalian potensi kemandirian berdasarkan sikap pribadi secara optimal.24 8) Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Kasus keributan yang sering terjadi di lembaga DPR dan DPRD berkaitan dengan pembukaan sidang maupun pembahasan terhadap suatu aturan atau perundang-undangan yang terjadi pada akhir-akhir ini, yang bisa di lihat secara

23 Isna Aunillah, op. cit., h. 87 24Zuriah, op. cit., h. 59


(33)

kasat mata dan transparan melalui media masa, baik TV, radio, maupun koran menjadi sebuah contoh yang menarik dan cocok untuk di perkenalkan kepada siswa akan makna sebuah demokrasi dan tidak mudahnya mewujudkan nilai demokrasi yang sesungguhnya. Siswa dibuka pikiran dan kesadarannya bahwa perbedaan yang mendasar antar demokrasi dalam teori ilmiah dengan demokrasi dalam realita kehidupan sehari-hari. Dari berbagai kasus penyimpangan dan contoh yang tidak benar tersebut, dapat menjadi wahana yang tepat untuk membimbing anak mengenal demokrasi yang sesungguhnya.25

Melalui pembahasan kasus-kasus yang muncul anak juga di latih untuk mengkritisi kenyataan yang ada dan diajak untuk menentukan sikap dalam kehidu[pan mereka. Melalui diskusi-diskusi semacam ini, anak juga dipersiapkan agar tidak terprosok pada kesalahan yang sama, yang dilakukan para pendahulunya. Demokrasi tidak hanya sekedar suara yang banyak atau suara yang keras, namun demokrasi menuju pada kebenaran yang dapat di pertanggung jawabkan untuk mencapai kebaikan dan kesejahteraan bersama.

9) Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan di dengar.

10) Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11)Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.


(34)

12)Mengahgai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13)Bersahabat/komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.

14)Cinta damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan nyaman atas kehadiran dirinya.

15)Gemar membaca

Kebiasaan myendikan waktu untuk membanca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.26

16)Peduli

Sikap peduli pada orang lain merupakan sikap yang sangat di butuhkan oleh bangsa Indonesia, terutama saat bangsa ini mengalami musibah dan bencana. Namun untuk membangun rasa kepedulian, kita tidak perlu menunggu bencana terjadi. Sebab, setiap saat selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita.

Kepedulian merupakan sikap yang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, sebab, diperlukan latihan, pengenalan, dan penanaman yang intens, sehingga nilai-nilai kepedulian tersebut akan tumbuh dan berakar kuat pada diri seseorang..

Mengingat sedemikian pentingnya rasa kepedulian tersebut, maka sudah seharusnya gur maupun orang tua menanamkan nilai-nilai kepedulian pada peserta didik sejak ia masih dini.27

17)Tanggung jawab

Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

26 Yusuf dan Sugandhi, op. cit., h. 35 27Isna Aunillah, op. cit., h. 65


(35)

masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.28

Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik, baik pada masa prasekolah maupun sekolah. Peserta didik yang terlatih atau dalam dirinya sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktifitasnya. Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkannya dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkan.

Khusus di sekolah nilai tanggung jawab merupakan hal yang perlu ditanamkan oleh guru, gurulah yang bertugas mengarahkan peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab.29

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Adapun tujuan pendidikan karakter/budi pekerti sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3 (3): “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta kahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan dalam pasal 3: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan komitmen tersebut dirumuskan tujuan pendidikan karakter/budi pekerti secara umum adalah untuk membangun dan mengembangkan karakter/budi pekerti peserta didik pada setiap jalur, jenis

28Yusuf dan Sugandhi. loc. cit.


(36)

dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai-nilai-nilai luhur dari setiap butir-butir sila dari Pancasila. Secara khusus bertujuan mengembangkan potensi anak didik agar berhati baik, berpikiran baik, berkelakuan baik, memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negara, dan mencintai sesama umat manusia.30

Ada beberapa pandangan mengenai tujuan pendidikan karakter, diatranya pandangan menurut pemerintah dan menurut para pengamat, yaitu:

a. Pemerintah

Pendidikan memiliki tujuan yang sangat mulia bagi kehidupan manusia. Dan, berkaitan dengan pentingnya diselenggarakan pendidikan karakter lembaga pendidikan formal, maka menurut presiden Republik Indonesia, sedikitnya ada lima hal dasar yang menjadi tujuan dari perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter. Kelima tujuan tersebut adalah:31

1) Membentuk manusia yang bermoral

Persoalan moral adalah masalah serius yang menimpa bangsa Indonesia. Setiap saat, masyarakat dihadapkan pada kenyataan merebaknya dekadensi moral yang menimpa kaum remaja, pelajar, masyarakat pada umumnya, bahkan para pejabat pemerintah. 2) Membentuk manusia yang cerdas dan rasional

Pendidikan karakter tidak hanya bertujuan membentuk manusia yang bermoral, beretika, dan berakhlak, melainkan juga membentuk manusia yang cerdas dan rasiona. Seseorang disebut mempunyai kepribadian atau karakter apabila ia mampu berpikir rasional, mengambil keputusan yang tepat, serta cerdas dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

30Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011), Hal. 36


(37)

3) Membentuk manusia yang inovatif dan suka bekerja keras

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang

diselenggarakan untuk menanamkan semangat bekerja keras, disiplin, kreatif, inovatif pada diri peserta didik, yang diharapkan akan mengakar menjadi karkater dan kepribadiannya. Oleh karena itu pendidikan karakter bertujuan mencetak generasi bangsa agar tumbuh menjadi pribadi yang inovatif dan mau bekerja keras. 4) Membentuk manusia yang optimis dan percaya diri

Sikap optimis dan percaya diri merupakan sikap yang harus ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Kurangnya sikap optimis dan percaya diri menjadikan faktor yang menjadikan bangsa Indonesia kehilangan semangat untuk dapat bersaing menciptakan kemajuan di segala bidang.

5) Membentuk manusia yang berjiwa patriot

Salah satu fungsi yang dimiliki oleh konsep pendidikan karakter adalah terbinanya sikap cinta tanah air. Hal yang paling inti dari sikap ini adalah kerelaan untuk berjuang dan berkorban, serta kesiapan diri dalam memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

6) Pengamat

Sahrudin dan sari iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus berdasarkan pancasila.32

Selain itu menurut sahrudin , pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:


(38)

1) Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik.

2) Memperkuat dan membangun prilaku manusia yang multikultur 3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan

dunia.

4. Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter

Sebagaimana halnya dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mensyaratkan keterlibatan banyak pihak di dalamnya. Kita tidak bisa menyerahkan tugas pengajaran, terutama dalam rangka mengembangkan karakter peserta didik, hanya semata-mata kepada guru. Sebab, setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda, yang ikut menentukan kepribadian dan karakternya. Oleh karena itu guru, orangtua maupun masyarakat seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam prosen ini.

Selain itu ada beberapa komponen yang harus di perhatikan dalam rangka menjalankan pendidikan karakter. Diantaranya adalah sebagai berikut:33

a. Partisipasi Masyarakat

Dalam hal ini masyarakat meliputi tenaga pendidik, orangutan, anggota masyarakat dan peserta didik itu sendiri. Semua komponen tersebut hendaknya dapat bekerja sama dan saling membantu memberikan masukan, terutama mengenai langkah-langkah penanaman karakter bagi peserta didik.

Oleh sebab itu setiap sekolah yang akan menerapkan pendidikan karakter bagi peserta didiknya harus memiliki badan khusus yang di bentuk sebagai sarana komunikasi antara peserta didik, tenaga pendidik, orangtua dan masyarakat. Badan ini bertugas membicarakan


(39)

konsep dan nilai-nilai yang di perlukan untuk mendidik karakter peserta didik.

b. Kebijakan Pendidikan

Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan tingkahlaku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan kebijakan-kebijakan, sebagaimana dalam dunia pendidikan formal pada umumnya.

Sekolah tetap menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter, serta menentukan dan menetapkan tujuan, visi dan misi maupun beberapa kebijakan lainnya. Hal ini bisa di lakukan dengan mengadopsi dari iebijakan pendidikan formal atau kebijakan baru.

c. Kesepakatan

Betapapun penting dan mendesaknya lembaga pendidikan menerapkan pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di dalamnya, namun bukan berarti kebijakan itu di tetapkan secara sepihak. Sekolah harus mengadakan pertemuan dengan orantua peserta didik terlebih dahulu dengan melibatkan tenaga guru dan perwakilan masyarakat guna mencari kesepakatan-kesepakatan diantara mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh kesepakatan pemahaman tentang definisi pendidikan karakter, fungsi dan manfaatnya, serta cara mewujudkannya.

d. Kurikulum Terpadu

Agar tujuan penerapan pendidikan karakter dapat berjalan dengan maksimal sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di semua tingkatan kelas. Mengapa demikian? Sebab, setiap peserta didik memiliki hak yang sama untuk mendapatkan materi mengenai pengembangan karakter.34


(40)

Oleh karena itu meskipun pendidikan karakter harus di perkenalkan sejak dini, namun bukan berarti tidak berlaku untuk peserta didik yang sudah dewasa.

e. Bantuan Orangtua

Untuk mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta orangtua peserta didik untuk ikut terlibat dalam memberikan pengajaran karakter ketika peserta didik berada di rumah. Bahkan sekolah perlu memberikan gambaran umum tentang prinsip-prinsip yang di terapkan di sekolah dan dirumah. Seperti aspek kejujuran, kerjasama dan lain sebagainya.

Tanpa melibatkan peran orang tua dirumah, berarti sekolah akan tetap kesulitan menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Sebab, interaksinya justru lebih banyak di habiskan dirumah bersama keluarga.

f. Pengembangan Staf

Perlu di sediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di sekolah sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan pendidikan karakter secara berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan pemahaman dari proses dan pemahaman dari proses dan program, serta demi menciptakan rencana pelajaran dan kurikulum selanjutnya. Perlu di ingat bahwa semua pihak di sekolah merupakan sarana yang perlu di manfaatkan untuk membantu menjalankan pendidikan karakter.35

g. Program

Program pendidikan karakter harus di pertahankan dan di perbaharui melalui pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang tinggi dari atas, dana yang memadai, dukungan utuk koordinasi distrik staf yang berkualitas tinggi, pengembangan professional berkelanjutan dan jaringan, serta dukungan system bagi guru yang melaksanakan program tersebut.


(41)

B. Kepala Sekolah dan Guru

1. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah ayng diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat terjadi interaksi antar guru yang member pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Secara etimologi kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau kekepala sekolahan. Istilah kekepala sekolahan mengandung makna sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti administrasi kepala sekolah, pimpinan sekolah, manajer sekolah, dan sebagainya.

a. Kriteria Kepala Sekolah

Seorang guru harus memiliki kreteria atau kualifikasi umum untuk menjadi seorang kepala sekolah, yaitu:

1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana, diploma, kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang sudah terakreditasi. 2) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia

setinggi-tingginya 56 tahun.

3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang sekolah masing-masing.

4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi PNS dan Non PNS disertakan dengan kepengangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwewenang.

b. Peran Kepala Sekolah

Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja, dan wirausahawan.


(42)

1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

Pendidik adalah orang yang mendidik, sedangkan mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

2) Kepala sekolah sebagai manajer

Seorang manajer atau kepala sekolah hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Menurut Stoner ada delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organsisi dan merupakan fungsi kepala sekolah juga yaitu:

Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work with and through other people), Kepala sekolah bertanggung jawab

dan mempertanggung jawabkan (responsible and

accountable)Dengan waktu dan sumber yang terbatas, seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan (managers balance competing goals and set priorities), Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan konsepsional (must think analytically and conceptionally), Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators), Kepala sekolah sebagai politisi (politicians), Kepala sekolah adalah seorang diplomat, Kepala sekolah berfungsi sebagai pengmbil keputusan yang sulit (make difficult decisions). 3) Kepala sekolah sebagai pemimpin

Kata “memimpin” memberikan arti memberikan bimbingan,

menuntun, mengarahkan dan berjalan didepan (precede). Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk


(43)

menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership), kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin. Maka dengan kata lain pemimpin tidak akan terbentuk tanpa bawahan.

4) Kepala sekolah sebagai administrator

Menurut Gorton (Sagala, 2009) bagi kepala sekolah ada tiga alasan penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam memberikan pelayanan pendidikan yaitu kepala sekolah dapat mengembangkan rencana yang belum memiliki pola organisasi, mengevaluasi dan memperbaiki struktur organisasi, dan membuat rekomendasi dan mengevaluasi rencana struktur yang diusulkan. Semua prinsip dan program pelayanan diorganisasikan sehingga semua aktivitas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan tujuan akhir membantu mencapai tujuan sekolah. Sebagai administrator juga kepala sekolah hendaknya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru yaitu dengan menghargai setiap guru yang berprestasi.

5) Kepala sekolah sebagai supervisor

Secara specifik program supervise menurut Sestina (sagala 2009) meliputi: membantu guru secara individual dan secara

kelompok dalam memecahkan masalah pengajaran;

mengkoordinasikan seluruh usaha pengajaran menjadi perilaku edukatif yang terintegrasi dengan baik, menyelenggarakan program latihan berkesinambungan bagi guru-guru, mengusahakan alat-alat yang bermutu dan mencukupi bagi pembelajaran, membangkitkan dan memotivasi kegairahan guru yang kuat untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal, membangun hubungan yang baik dan kerjasama antara sekolah, lembaga sosial dan instansi terkait serta masyarakat.


(44)

6) Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).

7) Kepala sekolah sebagai wirausahaan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.


(45)

2. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.36

Guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah.37 Pendapat lain guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun diluar sekolah.38

C. Peseta Didik

1. Pengertian Pesera Didik

Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim. Semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Keempat kata tersebut biasanya dipergunakan untuk tingkat TK sampai SMU, sedangkan pada perguruan tinggi biasanya disebut mahasiswa.

Dalam bahasa arab term peserta didik diungkapkan pada kata tilmidz (jamaknya dari kata talamidz dan talamidzah) dan thalib (jamaknya Thullab), yang berarti mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh. Kedua istilah tersebut digunakan untuk menunjukan pelajar secara umum.39

Peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat di katakana bahwa peserta didik adalah komponen

terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya “ia” adalah unsur

penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik,

36 id.m.wikipedia.org/wiki/guru

37Sudirman, Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar, (Jakarta: Rajawali, 2001)

38Djamarah, S.B, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994)

39 Abuddin Nata & Fauzan, Pendidikan dalam Persepektif Hadits, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), Hal.248


(46)

sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik. 40

Dalam literatur lain dikatakan bahwa anak didik atau peserta didik itu adalah anak yang akan diproses untuk menjadi dewasa, menjadi manusia yang memiliki kepribadian dan watak bangsa yang diharapkan, yaitu bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian dan akhlak mulia, seperti yang tercantum dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas. Agar berhasil membawa anak kearah kedewasaan, tentunya pendidik atau orang tua yang harus memahami karaktristik anak, seperti berikut ini:

a. Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia tersendiri yang tidak boleh disamakan dengan dunia orang dewasa.

b. Anak memiliki potensi yang berkembang.

c. Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang lain.41 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpukan, bahwa anak didik merupakan semua orang yang belajar, baik pada lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non-formal.

2. Pandangan Tentang Peserta Didik Sebagai Anak

Setidak-tidaknya terdapat 3 jenis pandangan tentang anak, yaitu:42

a. Pandangan lama, menyebutkan bahwa anak adalah oarng dewasa yang kecil. Karena itu segala sesuatu perlu dipersamakan seperti halnya orang dewasa. Anak perlu di beri pakaian dewasa dalam bentuk yang kecil. Sebagai anak ia di pandang masih bersih dan oarang dewasalah yang menentukan akan di jadikan apa anak itu.

b. Anak adalah sebagai anak. Anaka tidak bisa dan tidak mungkin di persamakan sebagai oarang dewasa. Ia memiliki ciri-ciri tersendiri.

40Depertemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta:2005. Hal. 46

41Mohamad Surya, Abdul Hasim & Rus Bambang Suwarno,Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia: 2010), Hal. 25

42Depertemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, .... 47


(47)

Perlakuan terhadap anak tidak boleh dipersamakan dengan perlakuan orang dewasa. Setiap anak berbeda pada tahap sedang berkembang, ia memiliki banyak potensi-potensi yang dimilki, oleh anak itulah perbuatan pendidikan yang dilakukan.

c. Anak adalah hidup dalam masyarakat dan di persiapkan untuk hidup di dalam masyarakatnya. Sebagai calon anggota masyarakat maka ia harus di persiapkan sesuai dengan masyarakat setempat. Pandangan ini di kenal dengan istilah Child in his society.

3. Hal-hal yang perlu dikenal tentang peserta didik

Banyak aspek dan pribadi peserta didik yang perlu dikenal, yaitu:43 a. Latar Belakang Masyarakat

Kultur masyarakat dimana peserta didik tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap peserta didik. Latar belakang kultur ini meneybabkan para peserta didik memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama, politik, masyarakat lain, dan cara bertingkah lakunya. Pengalaman anak di luar sekolah yang hidup di masyarakat kota sangat berbeda dengan pengalaman-pengalaman peserta didik yang tinggal di pedesaan, demikian pula kesempatan berkreasi, pembinaan kesehatan, fasilitas pendidikan yang ada di dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap pandangan peserta didik, motivasinya, minatnya dan sikapnya terhadap berbagai aspek kehidupan. Tiap masyarakat memberi pengaruh yang berlainan terhadap peserta didik sehingga setiap peserta didik, memiliki pribadinya sendiri-sendiri pula.

b. Latar Belakang Keluarga

Situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan peserta didik di sekolah. Apabila dirumah peserta didik sering mengalami tekanan, merasa tak aman, frustasi maka ia juga akan mengalami

43Depertemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan,... Hal. 49


(48)

perasaan asing di sekolah. Apa yang menarik minatnya dirumah akan kelihatan pula apa yang menjadi minatnya di sekolah. Kalau dirumah ia di tolah maka di sekolahpun ia akan merasa tidak diterima, dan menunjukan gejala-gejala maladjustment. Jabatan orang tua, keadaan ekonomi, status sosial orang tua di masyarakat, kultur keluarga yang rendah, norma agama, dan lainya akan mempengaruhi sikap, tujuan dan tingkah laku peserta didik di sekolah. Sehingga guru sering mengalami kesulitan untuk memahaminya.

Guru perlu mengenal situasi, kondisi dalam keluarga peserta didik. Agar dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi, kendatipun pengaruh keluarga ini tidak mutlak menentukan berhasilnya seorang peserta didik, karena pada kenyataannya sering juga terjadi dimana anak mengalami maladjustment sebagai akibat lingkungan sekolah. c. Sifat-Sifat Kepribadian

Guru perlu mengenal sifat-sifat kepribadian peserta didik agar guru mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan demikian, hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan akan mendorong pengajaran lebih efektif. Selain dari itu guru dapat pula menyediakan kegiatan-kegiatan yang serasi dengan kepribadian merekadan memelihara sifat-sifat yang baik serta sedapat mungkin mengurangi sifat-sifat yang jelek.

4. Karakter Yang Harus Dimiliki Peserta didik.

Secara fitrah, anak memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Hal ini dapat dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh seriap orang yang baru lahir. Allah SWT berfirman:44

                             


(49)

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui suatupun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan

hati agar kamu bersyukur”.

Berdasarkan ayat tersebut, maka dalam persepektif hadits , peaserta didik mempunya karaktristik sebagai berikut:

a. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu.

b. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang di tunjang dengan persiapan dan kekuatan mental, ekonomi, fisik dan psikis. c. Senantiasa mengadakan perjalanan dan melakukan riset dalam rangka

menuntut ilmu karena ilmu itu tidak hanya pada satu majlis ta’lim,

tetapi dapat dilakukan di tempat dan majlis-majlis lainnya. d. Memilikitanggung jawab

e. Ilmu yang dimiliki dapat di manfaatkan.

Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.

5. Etika Murid

Ada beberapa macam etika yang harus dimiliki peserta didik dalam perspektif hadits, yaitu:45

a. Etika murid terhadap dirinya

1) Berniat ikhlas karena Allah semata

Sebelum memulai pelajaran, siswa harus terlebih dahulu membersihkan dirinya dari segala sifat buruk karena belajar itu termasuk ibadah, dan ibadah yang di terima Allah adalah ibadah yang dilakukan dengan tulus ikhlas. Oleh karena itu, belajar yang diniatkan bukan karena Allah akan sia-sia. Nabi SAW bersabda:

“sesungguhnya amal perbuatan itu di landasi dengan niat…”.


(50)

2) Hendaknya tujuan pendidikan itu karena takut kepada Allah dan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Rasulullah bersabda yang artinya:

“pelajarilah ilmu karena sesungguhnya mempelajarinya karena

Allah adalah sebentuk takut kepada-Nya”

3) Jangan meninggalkan suatu mata pelajaran sebelum benar-benar menguasainya

4) Bersungguh-sungguh dan tekun belajar, siang dan malam, dengan terlebih dahulu mencari ilmu yang lebih penting.

5) Tawadhu’, iffah, sabar dan tabah, wara’, dan tawakal. 6) Disiplin dan selektif memilih lingkungan (pendidikan).

Islam sangat mengutamakan kedisiplinan, terutama penggunaan waktu, bahkan Allah bersumpah demi masa (waktu), sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-‘Ashr: 1-3:

Artinya:                             



“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat

menasehati supaya menepati kesabaran”

Kemudian murid hendaknya juga selektif dalam menentukan lingkungan pergaulan, karena lingkungan turut membentuk corak pendidikan, prilaku, dan pola piker seseorang. Seperti sabda Nabi SAW:

“perumpamaan sahabat yang baik dan sahabat yang buruk itu bagaikan pembawa misik (kasturi) dan penyulut api. Pembawa kasturi terkadang memberi kepadamu atau kau membeli darinya, atau (paling tidak) kau mencium bau harumnya. Adapun penyulut api, kalau tidak


(51)

Dalam hal ini rasulullah menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi sahabatnya, dengan cara mengumpulkan mereka di masjid, kemudian memberikan pelajaran langsung di bawah bimbingannya.

b. Etika murid terhadap gurunya46

1) Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagung kannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.

2) Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena Allah. 3) Selektif dalam bertanya dan berbicara kecuali setelah mendapat izin

dari guru.

Namun, jika kita ditanya mengenai suatu hal masalah yang kita tahu jawabannya, hendaklah di jawab sesuai dengan pengetahuan kita karena jawaban kita itu bisa jadi menambah informasi (pengetahuan) bagi teman yang lain.

4) Mengikuti anjuran dan nasehat guru

5) Bila berbeda pendapat dengan guru, berdiskusi, atau berdebat, lakukanlah dengan cara yang baik.

6) Jika melakukan kesalahan, segera mengakuinya dan meminta maaf kepada guru.

6. Disiplin Peserta Didik

Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus ditanamkan secara terus menerus kepada peserta didik. Jika disiplin ditenamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.

Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para ahli memberikan pengertian sesuai dengan sudut pandang mereka. The Liang Gie (1972) memberikan pengertian disiplin sebagai berikut.


(52)

“disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”.

Good’s (1959) dalam Dictionary Of Education mengartikan disiplin sebagai berikut:

a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif.

b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan.

c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hokum atau hadiah.

d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nayaman dan bahkan menyakitkan.

Webster’s New World Dictionary (1959) memberiakan batasan disiplin sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan secara tertib dan efisien.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa di siplin adalah suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tartib, teratur dan semastinya, serta tidak ada suatu pelanggaran pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib yang teratur yg di miliki oleh peserta didik disekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluran.47

47Ali Imron, Manajmen Peserta Didik Berbasis Sekolah,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 172-173


(53)

37

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 12 KOTA TANGSEL, yang berlokasi jl.cilenggang I serpong-tangerang selatan

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan januari sampai maret. Peneliti terjun langsung kelapang guna untuk mencari sumber-sumber melalui pengamatan/observasi, wawancara serta dokumentasi-dokumentasi yang di butuhkan.

B. Pendekatan atau Metode Penelitian

Metode penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha mengungkap keadaan yang bersifat alamiah secala holistik. Penelitian kualitatif bukan hanya mengambarkan variabel-variabel tunggal melainkan dapat mengungkap hubungan antata satu variabel dengan variabel yang lain. Bahkan Moleong (1998) menegaskan bahwa penelitian kualitatif dapat melihat hubungan sebab akibat. Hanya saja menjadi titik tekan ialah suatu keadaan secara alamiyah (apa adanya).1

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang bertujuan meneliti suatu maslah dengan cara merumuskan permasalahan lalu meneliti dengan cara mendalam, yaitu pengamatan, pencatatn, wawancara dan terlibat dalam proses penelitian guna menemukan penjelasan pola-pola, deskripsi dan menyusun indikator.2

1Ali H.M. Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 58

2Nuraida & Halid Alkaf, Metodologi Penelitain Pendidika, (Tangerang: Islamic Research Pulishing, 2009), h. 35


(54)

Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.3 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara untuk mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang di selidiki.4

Ada beberapa alasan mengapa teknik observasi atau pengamatan digunakan dalam penelitian ini. pertama, pengamatan dilakukan atas dasar pengalaman secara langsung. kedua, pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat dan kejadian yang sebagaimana terjadi pada keadaan sebenarnya.

b. Wawancara/interview

Tekhnik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai cara yang di pergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face). Namun demikian, tekhnik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung (face to face), melankan dapat saja dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet.5

3Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Alfabate, 2008), H. 308

4Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 70

5Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005),h. 69


(55)

Table 3.1

Instrument Wawancara Siswa

No Dimensi Instrument Wawancara No.item

1 Religius  Adakah kegiatan religius yang telah di lakukan sekolah agar dapat

mengembangkan karakter anda? Apakah anda mengikutinya? Jika ada kegiatan apa saja yang anda ikuti?

 Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut anda memproleh hasil yang positif?

1,2

3 Disiplin  Apakah Anda selalu datang kesekolah tepat waktu? Biasa nya jam berapa anda sudah berada di sekolah

 Pernahkah anda melalukan pelanggaran di sekolah? Apa upaya/hukuman yang diberikan sekolah kepada siswa yang melanggar peraturan?

 Apakah anda selalu mengikuti tata tertib yang di berikan sekolah? Apakah anda pernah melanggar tata tertib tersebut? Jika pernah apa yang anda langgar?

6,7,8

4 Kerja keras  Apakah jika di berikan tugas oleh guru anda selalu mengerjakan tepat waktu?

 Apakah suka tidak mengerjakan tugas tepat pada waktunya anda mendapat hukuman? Hukuman apa yang di berikan guru kepada anda karena tidak

mengerjakan tugas?


(56)

lingkungan mengadakan semacam bakti sosial atau gotong royong? jika pernah dalam rangka apa kegiatan itu dilaksanakan?

6 Kreatif  Penahkah anda memberikan konstribusi kepada sekola? Jika pernah konstribusi apa yang anda berikan kepada sekolah?

 Apakah pernah anda mendapat

penghargaan dari hasil kreatifitas anda? Jika pernah apa yang telah anda lakukan sehingga mendapat penghargaan tersebut?

12, 13

7 Bersahabat  Pernahkah anda melakukan tindak kekerasan terhadap teman anda?

 Bagaimana pandangan anda terhadap guru-guru di sekitar sekolah? Apakah bersahabat atau sebaliknya acuh tak acuh atau tidak memperdulikan?

14, 15

Table 3.2

Instrumen Wawancara Guru

No Dimensi Instrument wawancara No. item

1 Karakter  Apa yang bapak/ibu ketahui mengenai pendidikan karakter? Apakah penting pendidikan karakter bagi siswa siswi SMAN 12 TANGSEL?

 Nilai-nilai karakter apa saja yang telah diterapkan di SMAN 12 TANGSEL?

 Apakah nilai-nilai karakter yang di kembangkan tersebut telah tertanam pada siswa siswi SMAN 12


(57)

2 Religius  Apasajakah nilai-nilai religius yang telah berjalan disekolah ini? Apakah kegiatan religious tersebut dapat mengembangkan karakter siswa siswi di SMAN 12 TANGSEL?

4

3 Jujur  Program apa yang bapak/ibu terapkan

di sekolah sehingga membuat siswa siswi SMAN 12 TANGSEL selalu jujur?

 Bagaimana tindakan bapak/ibu jika mengetahui siswa siswi SMAN 12 TANGSEL tidak melakukan kejujuran?

5,6

4 Disiplin  Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang kedisiplinan siswa di SMAN 12 TANGSEL? Apakah siswa siswi disini telah mengikuti peraturan yang telah ada? Atau sebaliknya selalu melanggar peraturan yang telah dibuat, sehingga membuat siswa siswi di SMAN 12 TANGSEL ini tidak disiplin?

 Biasanya apa yang membuat

siswa/siswi di SMAN 12 TANGSEL ini melanggar peraturan atau peraturan apa yang sering mereka langgar?

 Adakah tindak lanjut yang diberikan sekolah? Tindak lanjut seperti apa yang di berikan sekolah?

 Apakah setelah di berlakukannya hukuman tersebut siswa siswi SMAN


(58)

yang disiplin?

5 Kerja keras  Program apasajakah yang bapak/ibu lakukan dalam megembangkan karakter kepada anak didik?

 Apakah usaha yang bapak/ibu lakukan telah berhasil?

 Apakah dari usaha bapak/ibu siswa siswi tersebut telah memberikan konstribusi? Seperti sebuah penghargaan atau yang lainnya?

11,12,13

6 Kreatif  Apakah program yang bapak/ibu

lakukan untuk menanam/

menumbuhkan karakter kereatif pada siswa/siswi di SMAN 12 TANGSEL?

 Apakah siswa siswi SMAN 12 TANGSEL telah menunjukan kekereatifannya kepada bapak/ibu? Contohnya seperti apa?

14, 15

7 Peduli lingkungan

 Apakah bapak/ibu selalu mengingatkan kepada siswa siswi agar peduli terhadap lingkungan sekitar? Contohnya seperti apa?

16

8 Bersahabat  Apakah bapak/ibu selalu terbuka terhadap keluhan-keluhan yang di sampaikan dari murid?

 Bagaimana bapak/ibu menanamkan atau mengembangkan siswa siswi tersebut agar selalu bersahabat?

 Pernahkah siswa siswi tersebut


(1)

I :

Sekolah, Jakarta: PT.

Bumi Aksara,20ll

I

I

I I 6 Annas Salahudin &

Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (pendidikan berbasis agama dan budaya, Bandung: Pustaka Setia, 20t3

3 , 6 , 7

n

1 1

7 Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana Prenada Medi Group,2005

5

ilI 4Q

Itr

8 Cholid Narbuko & Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara,2004

4

ru

3 9

9

Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Wawancara Tugar Guru dqnTenaga

Islam,


(2)

r

Jakarta,2005

l

1 0

http:llardhana 12.

Wordpress. coml2008/ 02/0 8/ teknik-analisis data-dalam-penelitian/

7

m

46

l l Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta: Baduose Media Jakarta,20lI

3 0

I

22

t2

Mohamad Surya, Abdul Hasyim & Rus Bambang, Landasan Pendidikan Menjadi Guruyang Baik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2 0 1 0

45 I

31

\ .

13

Muchlas Samani & Harianto, Konsep dan Model Pendidkan Karakter, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya,20ll

5 II

7

I 4 Muwafik Shaleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani (Pendidikan Karakter


(3)

I i

Untuk Generas i B angsa), J akarta: Erlangga, 20 12

1 5 Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, Surabaya: PT. JePe Press,

20rl

4 II 1 0

I 6 Najib Sulhan,

Pengembangan Karakter dan Budaya

Bangsa,Surabaya: PT. JePe Press, 201 1

1 r 4 1 6 , 7 ,

8 , 1 1 ,

I

il

1 , 2 , 4 0 6

t 2

t 7

Nuraida & Halid Alkafl Metodologi Penelitain Pendidika, Tangerang: Islamic Research Pulishing,2009

2

n

3 9

lP

l 8 Nurla Isna Aunillah, Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, Jogjakarta: Laksana, 201 1

9 , 1 8 , 1 9 ,

2 r , 2 3 , 2 7 ,

2 9 , 3 1 , 3 2 ,

33,34,35

I

II 5

1 2 ,

1 6 , 1 7 ,

20,21,22,

2 3 , 2 4 , 2 6 ,

27


(4)

'r

dalam Persepektif P erub ahsn, Jakarta: PT.

Prestasi Pusta Karya, 2011

I

20

Nusa Putera. P enelitian Kualitatif: Proses dsn Aplikasi, Jakarta: PT. Indeks Permata Puri M e d i a , 2 0 1 l

6

m

46

2 l Ratna Yudhawati & Dani Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi

P endidikan Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 201 I

a 1

J I il

27

/

I

I

it

22

Syamsu Yusuf & Nani M Sughandi, P erkemb angan P es erta Didik, Jakarta: Rajawali Press, 2011

8 , 1 4 ,

1 5 ,

17,20,22,

2 6 , 2 8 , 3 8 ,

40,42

I

1 1 , 1 4 , 1 5 ,

1 6 , 1 7 , 2 0 ,

2 9 , 3 0

23

Thomas Lichona, E duc at ing for C haract er (Mendidik untuk

Membentuk Karakter), Jakarta: Bumi Aksara, 2013

1 0 ,

II

t2

24

Toni D. Widiastono, Pendidikan Mqnusia


(5)

Indone s i a, Jakarta: PT. Kompas Media


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

BIODATA

NIM

: 109011000261

Nama Lengkap

: Komariyah

Tempat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Desember 1991

Alamat Lengkap

: Kp. Ciater I Lk.Wetan RT: 02/06 Serpong-Tangsel

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. 1996-2003

MI Nurul Falah Lengkong Gudang

2. 2003-2006

MTs. Al-Mukhlisin Ciseeng - Bogor

3. 2006-2009

SMA Al-Mukhlisin Ciseeng- Bogor

Jakarta, 22 April 2014

Saya yang bersangkutan