BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan masyarakat
Indonesia seutuhnya berarti meliputi semua aspek kehidupan penduduk, baik yang bersifat material maupun spiritual. Manusia yang dalam hal ini merupakan bagian dari
pembangunan memiliki kedudukan tersendiri yang perlu di upayakan penanganannya agar dapat memberi manfaat bagi perkembangan pembangunan yang sedang maupun
yang akan berlangsung. Dari kedudukan manusia dalam proses pembangunan, memberi pengertian bagi kita bahwa faktor penduduk adalah sangat penting.
Seperti kita ketahui bersama bahwa keberhasilan suatu pembangunan antara lain diukur melalui kemampuan menyediakan kesempatan kerja yang seluas-luasnya
kepada masyarakat dan kegagalan pembangunan juga diukur melalui sejauh mana dapat mengatasi pengangguran. Mengutamakan pertumbuhan ekonomi dan
menomorduakan kesempatan kerja memang sering terjadi di banyak negara dunia ketiga Juoro, dalam Prisma 1983:33.
Persoalan ketenaga kerjaan merupakan persoalan yang sangat menghantui negara-negara dunia ketiga pada saat sekarang ini termasuk Indonesia. Rendahnya
tingkat pertumbuhan ekonomi sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 membuat ketersediaan lapangan kerja menjadi sangat sedikit. Pada sisi lain jumlah
angkatan kerja baru pada tiap tahunnya semakin meningkat jumlahnya. Oleh karena itu tingginya angka pengangguran semakin meningkat setiap tahunnya.
Lapangan pekerjaan merupakan suatu masalah yang cukup pelik bagi banyak pihak, baik bagi pemerintah sendiri yang dianggap sebagai pihak berkewajiban untuk
menyediakan maupun bagi masyarakat sebagai pihak yang membutuhkannya. Program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah ternyata belum mampu untuk bisa
menyediakan berbagai kebutuhan akan lapangan kerja bagi masyarakat. Ketidak tnampuan ini disebabkan oleh berbagai hal seperti pertumbuhan penduduk yang cukup
Universitas Sumatera Utara
pesat, sehingga lapangan kerja yang diciptakan tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk, rendahnya tingkat investasi baik lokal maupun pihak-pihak
luar lainnya. Seperti telah di jelaskan di atas, Indonesia sebagai salah satu negara yang
sedang berkembang, saat ini sedang menghadapi masalah yang krusial terutama dibidang ketenaga kerjaan. Data dari Biro Pusat Stastik melaporkan bahwa pada
tahun 2004 penduduk Indonesia mencapai lebih 220 juta jiwa. Dari jumlah itu Indonesia digolongkan sebagai negara nomor empat paling banyak penduduknya di
dunia ini. Jumlah penduduk yang besar ini disatu sisi merupakan modal besar bagi
pembangunan nasional, namun di sisi lain merupakan masalah serius dalam penyediaan lapangan kerja dan segera mendapat pembangunan. Ketidak seimbangan
antara besarnya jumlah angkatan kerja dengan sektor ketenaga kerjaan atau peluang- peluang untuk mendapatkan pekerjaan, menimbulkan masalah yang rumit pada saat
ini. Ketimpangan itu jelas kita lihat antara peningkatan angkatan kerja disatu pihak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja itu
sendiri. Sejalan dengan uraian di atas dapat kita lihat bahwa masih banyak tenaga
kerja yang menganggur terutama di perkotaan. Hal ini disebabkan betapa sulitnya saat saat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, terutama
disektor formal yang sampai saat ini masih merupakan jenis pekerjaan yang ideal dan diminati banyak orang. Mereka yang gagal memasuki pekerjaan disektor formal
karena berbagai alasan akan memasuki pekerjaan disektor lain, dalam hat ini sektor informal. Bagi banyak orang merupakan pilihan terakhir, tetapi bukan tidak banyak
yang memilih jadi pengangguran ataupun setengah pengangguran. Keadaan ini memang sangat membingungkan berbagai pihak, teruma pihak pemerintah sebagai
penyusun kebijakan-kebijakan ekonomi yang mencakup tentang kesempatan kerja. Tenaga-tenaga kerja yang tidak mampu masuk dalam pekerjaan yang
membutuhkan keahlian dan pemikiran pada akhirnya banyak yang berusaha disektor informal, termasuk didalamnya adalah pemulung. Sesuai dengan pernyataan di atas,
Universitas Sumatera Utara
ternyata bidang pekerjaan ini cukup mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap penanggulangan masalah kependudukan yang berkaitan dengan sektor
ketenaga kerjaan. Saat ini perkembangan kota telah melaju pesat sebagai akibat pertambahan
penduduk kota secara alami, ditambah lagi dengan terjadinya urbanisasi.Urbanisasi itu sendiri seperti kita ketahui umumnya dilakukan mereka yang berada pada usia
produktif, hingga kemudian melahirkan masalah melimpahnya tenaga kerja tersebut, sedangkan lapangan kerja di sektor formal dan industri belum lagi dapat
menampungnya. Persoalan ini pada akhirnya akan bermuara pada persoalan kemiskinan. Meskipun sebenarnya alternatif untuk memperoleh pekerjaan lebih
terbuka di perkotaan dibanding dengan di pedesaan, namun kemiskinan di perkotaan itu tetap saja ada atau laten Suparlan,1984.
Kehidupan kota yang kompleks dengan penekanan terhadap penting dan tingginya nilai pekerjaan yang menggunakan pemikiran dan keahlain serta adanya
suatu spesialisasi-spesialisasi kerja dalam pekerjaan, telah menyebabkan adanya berbagai industri jasa dari yang sederhana sampai yang kompleks dan modern.
Memulung sebagai salah satu pilihan pekerjaan di sektor informal, dalam hal ini memberikan jalan keluar dari keruwetan para pencari kerja, karena ia tidak menuntut
keahlian yang begitu khusus. Modal utama sebenarnya adalah tenaga, kesabaran dan mental motivasi, ditambah fasilitasnya. Mereka tentunya masih memiliki nilai-nilai
budaya tertentu yang dalam melakukan aktivitas pekerjaan atau memberikan arah dan pendorong dalam setiap tata kehidupannya Koentjaraningrat,l986. Walaupun
mereka telah terpisah jauh secara fisik dengan pusat budaya-nya, namun di daerah rantau mereka berusaha untuk menyesuaikan diri. Sebuah falsafah hidup yang
berbunyi dimana tanah dipijak, di situ langit dijunjungan selalu mengiringi misi budaya dan setiap tindak-tanduk mereka di daerah rantau untuk menjaga mereka agar
bisa tetap survive. Selain dari kenyataan di atas dapat pula kita jumpai bahwa pada umumnya
pemulung ini suku Batak memang memiliki tingkat pendidikan yang rendah tamat SD atau tidak tamat dan bahkan ini tentunya akan turut menentukan atau
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap cara-cara berpikir mereka, yang ada giliranya akan berakibat pada kehidupan sosial ekonomi mereka. Kondisi kehidupan mereka yang selama ini
senantiasa akrab dengan berbagai bentuk kekurangan, dalam hal ini tampak dari hasil pendapatan yang mereka peroleh sebagai pemulung yang mana hanya cukup untuk
mengganjal perut dari hari-ke hari. Dengan kata lain hanya pas - pasan saja. Bahkan kenyataan yang tampak bahwa dari kebanyakan keluarga pemulung asal suku Batak,
mereka tetap saja marginal dan cenderung miskin. Masalah mereka sebenarnya berkaitan dengan permasalahan relasi sosioal budaya sebagai implikasi dari
konstruksi citra negatif yang dialamatkan pada kehidupan semacam ini oleh masyarakat dan pemerintah. Parsudi Suparlan 1984:179 melihat bahwa kaum
marginal tidak memiliki tempat tinggal tetap, mempunyai pekerjaan tak layak, seperti pemulung, pedagang asongan, pengemis, dan lainnya. Moeliono dan Anggal
menjelaskan, bahwa mereka bekerja disektor informal, hidup secara subsisten dari ke hari-hari, dan menjadi massa mengambang secara sosial dan politik. Mereka
terabaikan dan tak terlayani oleh berbagai bentuk pelayanan formal: pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, partisipasi politik, dan lain-lain. Selanjutnya keseluruhan
kondisi tersebut diatas menimbulkan cenderung miskin, yang pada akhirnya menimbulkan beberapa pertanyaan : 1 Apa yang menjadi latar belakang mereka
terjun kebidang pekerjaan tersebut : 2 Apa yang menjadi permasalahan mereka dan faktor-faktor apa saja yang mungkin menjadi pengaruh terhadap kondisi kehidupan
sosial ekonomi mereka.
1.2. Perumusan Masalah