juga menuturkan selama ini belum pernah tampak keributan atau konflik ditengah masyarakat. Dari keterangan tersebut, dapat dipahami bahwa memang sisi kehidupan
sosial pemulung memiliki keunikan tersendiri. Hal tersebut, seperti tampak dalam penggambaran di atas.
d. Seputar Keagamaan
Dalam pembahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa secara keagamaan, mayoritas masyarakatnya adalah menganut agama Islam. Ada juga yang beragama
Kristen dan agama-agama lainnya. Namun penganut agama Islam dikawasan ini adalah kuat mayoritas.
Dalam keluarga manapun, seperti pada keluarga pemulung, dimana agama Islam menjadi bagian dari kehidupan mereka, orang harus menjalankan agamanya
sebagai konsekuensi kepemelukan mereka atas agamanya. Secara umum mereka dilahirkan dalam suasana Islam. Mereka dapat dianggap sebagai Islam sejak lahir.
Mereka belajar agama sejak dini dalam kehidupan mereka, mula-mula dilingkungan keluarga melalui proses sosialisasi. Kemudian mereka belajar agama Islam dalam
masyarakat melalui tokoh agama atau guru ngaji. Hal tersebut dapat dilakukan di mesjid, atau cukup di rumah saja. Cara yang lebih formal mungkin bisa ditempuh
melalui pelajaran agama di Madrasah. Selain itu, mereka juga belajar agama di sekolah-sekolah negri maupun sekolah swasta yaitu sejak sekolah dasar, sekolah
menengah atau lainnya terutama bagi mereka yang mengenyam pendidikan sampai tingkat atas. Maka, dapat dipahami bahwa mereka telah mengenal dan merasakan
agama keislaman mereka, pen.
Universitas Sumatera Utara
Islam telah menjadi identitas dan citra diri mereka. Mereka menganggap agama Islam sebagai sumber norma sehari-hari. Seperti penuturan informan Laila
bukan nama sebenarnya, ia belajar agama dari sekolahnya MTs. Menurutnya, dengan belajar agama kita lebih mengetahui mana yang baik untuk kita dan mana
yang kurang baik, maka agama menjadi penting. Penuturan senada dari salah seorang informan yang juga menuturkan, bahwa agama penting, karena dengan agama seperti
agama Islam itu toleransinya ada. Selanjutnya bang Ari bukan nama sebenarnya salah satu warga yang hampir
5 tahun bekerja sebagai pemulung yang mengaku sebelumnya pernah bekerja di pabrik dan di PHK, karena pabrik tersebut bangkrut. Ia menuturkan, bahwa agama
penting dalam kehidupan sehari-hari, dan agama bukan hanya seputar shalat saja, namun juga seputar yang lainnya, seperti gotong royong, rukun, termasuk agama
juga. Dengan kata lain, berada dalam keadaan selaras, tenang dan tenteram, tanpa perselisihan dan pertentangan, bersatu dalam maksud untuk saling membantu.
Suseno, 1991:13. Dari keterangan tersebut, dipahami bahwa agama bagi mereka penting dan mereka memahami bahwa agama bukan hanya menyangkut persoalan
akhirat saja melainkan juga persoalan lainnya seputar kehidupan mereka di dunia ini. Terutama agama bagi mereka merupakan pedoman hidup.
Masih berkenaan dengan keagamaan mereka, walaupun agama itu penting, namun dalam memahami dan melaksanakan agama, lebih karena ada tuntutan
pemenuhan kebutuhan materil dalam kehidupannya. Dimana, tampak bagi mereka pemenuhan kebutuhan materil tersebut lebih penting dari pada agama. Bagi mereka
kondisi materil atau kebutuhan ekonomi berada pada urutan pertama. Lebih
Universitas Sumatera Utara
mengutamakan mencari makan dahulu, daripada melaksanakan ajaran agama. Namun, menurut mereka bukan berarti mereka itu tidak menyembah Tuhan. Mereka
mengakui agama sebagai pedoman, tetapi keadaan telah menjadikannya kurang tekun taat pada masalah agama. Lebih lanjut, salah seorang diantara mereka menuturkan
“Ya, selama ini berhubung ekonomi, ya, maaf-maaf ajaya. Ya. Bagi kami ekonomi penting, bukan berarti agama tidak penting ya”. Begitu tuturnya kepada peneliti.
Penuturan lain, Ibu Laila menuturkan penuturan yang cukup berbeda dari penuturan- penuturan tersebut di atas. Menurutnya, agama da ekonominya harus tetap sejalan.
Karena, ekonomi tanpa didasari agama akan mejadikan fitnah. Ia kemudian mengutip Hadits Rasulullah SAW, yang artinya :
“Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan dunia maka wajib baginya berilmu, dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan akhirat maka wajib
baginya berilmu”. Apa yang dikutipnya dari Hadits Nabi tersebut, sesungguhnya dalam Islam
sering dikenal dengan ajaran keseimbangan dalam hidup. Yakni, antara kehidupan dunia dan kehidupan sesudah mati kehidupan akhirat. Hal ini juga seperti terdapat
dalam do’a. yakni “Rabbana aatina fiddunya hasanah, wafil ahirati hasanah waakinna adzaa bannar”. Yang artinya “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami kebahagiaan di dunia,
dan kebahagian di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka”. Dari keterangan di atas dapat dipahami dua hal, yakni pertama dalam
pengalaman keagamaan para pemulung, ada yang berusaha tetap menjaga identitas dirinya sebagai penganut agama Islam yang seimbang dalam kehidupan. Kedua,
secara umum dalam memahami dan melaksanakan agamanya lebih karena ada
Universitas Sumatera Utara
tuntutan pemenuhan kebutuhan materil dalam kehidupan konkritnya. Tampak bagi mereka pemenuhan kebutuhan materil tersebut lebih penting daripada ajaran-ajaran
agama. Bagi mereka kondisi materil atau kebutuhan ekonomi berada pada urutan pertama. Sedangkan masalah ideologis keagamaan, atau hal-hal yang tidak materil,
menduduki urutan kedua. Kondisi materil ini sedemikian penting dalam kehidupan mereka, sehingga agama dalam pengertian sempit shalat lima waktu yang menjadi
salah satu kebutuhan Lux mewah agak terabaikan. Cara pemulung menimbang berbagai hal, dalam kerangka yang lebih praktis ekonomis mendukung kenyataan
tersebut. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa mereka itu Materialis atau juga tidak bisa dikatakan mereka itu bukan orang-orang yang menjauhkan diri dari agama.
Melainkan, bagi mereka umumnya pengalaman agama karena ada fasilitas yang diterima, dalam kasus ini misalnya kebutuhan ekonomi mereka terpenuhi.
Sebagai penganut agama Islam, tatka melanggaru mereka ajaran agama seperti meninggalkan shalat, dan lainnya, muncul penyesalan dan kesedihan. Dari
keterangan tersebut, dipahami bahwa sesungguhnya mereka merasakan adanya tekanan batin dalam diri mereka. Terutama, tekanan ketika harus memilih mana yang
harus mereka utamakan dalam keadaan mereka sekarang. Apakah persoalan agama dan persoalan lainnya? Bila kita merujuk pada keterangan di atas, maka untuk kasus
ini bagi mereka umumnya mengutamakan persoalan lainnya daripada persoalan agama mereka. Pengalaman agama mereka karena ada fasilitas atau sarana yang
diterima yakni karna kebutuhan ekonomi yang terpenuhi. Dalam keluarga manapun, seperti keluarga pemulung, dimana kehidupan
cukup sulit, orang harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan dasar mereka. Tekanan
Universitas Sumatera Utara
struktural pada kehidupan masyarakat sedemikian berat sehingga hampir sepanjang waktu mereka harus bersaing satu sama lain untuk memperoleh atau membagi ruang
kegiatan ekonomi yang sempit. Dan hampir semua usaha mereka diarahkan terutama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Dalam kontek ini, tampaknya tidak
mengherankan seperti yang telah tergambarkan, bahwa mereka cenderung menambah masalah-masalah kultural-ideologis dalam cara yang praktis .
Seputar Kesehatan
Tubuh wanita paruh baya itu terlihat langlai, sudah hampir setengah jam dia duduk di bawah tenda darurat sebagai pelindung dari teriknya matahari. Padahal
belum waktunya dia istirahat, waktu masih menunjukkan pukul 10.30, rekan- rekannya masih terlihat “jetot” mengumpulkan plastik-plastik dari truk yang bongkar
muatan sampah. Dialah Santa, 45 tahun, salah seorang dari ratusan pemulung yang setiap
harinya mengais rezeki di Tempat Pembuangan Akhir TPA Namo Bintang, Medan Tuntungan. Ibu delapan anak tersebut hari itu Selasa, 1312-red, mengaku sangat
letih, tidak seperti biasanya. “Tak tahulah, hari ini rasanya capek sekali, hasil mulungpun belum seberapa,”
ungkap santa yang mengaku terpaksa memulung demi meringankan beban suami mencari nafkah.
Meski terhitung masih pagi, matahari memang sangat terik ketika itu., penulis ajak ngobro seputar ska duanya menjadi pemulung. “kami sadar, mulung adalah
pekerjaan terburuk, tapi bagaimana lagi, toh yang penting halal”, ungkap Santa
Universitas Sumatera Utara
sambil menutup kedua mataya dengan kain karena kepedihan terkena asapbakaran sampah. Santa memng bukan pemlung tangguh seperti rekan-rekannya, yang per
harinya berpenghasilan berkisar Rp 50.00 per minggunya. “Kalau menolak kepada agen per hari, sedikitsekali hasilnya, karena saya
tidak bisa seharian penuh bekerja, tubuh saya sudah begitu idak kua lagi sudah begini anak-anak di rumah siapa yang mengurus, paling cepat saya bisa sampai di TPA
pukul 08.00, bahkan hari ini pukul 09.00 baru mulai mungut sampah. Aku Santa. Sebagai pemulung yang sudah lebih dari dua tahun, Santa mengaku tak
pernah merasa jijik dengan berbagai kotoranyang kerap ia pegang. Apalagi penyakit tak pernah ia merasa khawatir akan menyerangnya,meskisetiap harinya menghirup
udara tak sedap dari sampah-sampah busuk di sekelilingnya itu. “Mungkin sudah kebal dengan penyakit, buktinya kami sudah kebal dengan
penyakait”. Cetus Santa. Dai pun mengaku tidak perlu bersih-bersih saat hendak makan bekal yang ia bawa dari rumah. Menurutnya makan di tengah sampah-sampah
busuk tak ada bedanya denagn makan di rumah, tetap nikmat ujar Santa. Dr. H. Delyuzar, Sp. PA waspada, 2007 : 6 mengatakan, banyak penyakit
yang bisa ditimbulkan dari tumpukan sampah. Jika sampah itu mengandung zat lendir, bisa membuat penyakit kulit dan iritasi. Sementara jika sampah dibakar dan
mencemai udara bisa menyebabkan radang paru-paru, iritasi kronik dan menjadi kanker.
Dari mikrobiologinya, jika sampah tersebut mencemari air bisa menyebabkan diare, cacing dan infeksi protozoa lainnya. Selain itu akibat yang ditimbulkan dari
sampah tersebut dapat menimbulkan tipes, polio dan hepatitis A.
Universitas Sumatera Utara
Lalu sampahsampah yang banyak mengandung zat-zat logam berat, seperti merkuri air baterai. Jika sampah berbentuk logam berat menginfeksi manusia,
akibatnya bisa merusak sistem susunan syaraf pusat, pendarahan di otak, hypoxia sistemik. Jika sudah kronik bisa merusak hati dan ginjal serta saraf.
Termasuk di dalamnya juga sampah medis yang hifeksius dari kuman mikrobiologi. Seperti zat karsinogan yang biasa digunakan untuk mendiagnosa.
Akibat lain yang ditimbulkan dari pembuangan limbah medis sembarangan tersebut bisa menimbulkan penyakit-penyakit hepatitis bahkan yang lebih parah lagi AIDS.
Nah untuk limbah medis ini biasanya setiap klinikRSU harus memiliki tempat sampah medis, agar pembuangan sampah dan limbahnya tidak dibuang ke
selokan masyarakat. Seperti untuk pemakaian spik suntik yang sudah dipakai harus di bakar atau disemen. Semua itu adalah standart-standart yang harus dioauhi setiap
klinik atau rumah sakit. Lebih lanjut Delyuzar mengatakan, untuk menghindari timbulnya penyakit
sebaiknya tempat penitipan sampah sementara TPS jauh dari pemukiman penduduk. Kemudian membiasakan masyarakat untuk dapat memisahkan sampah organik, basah
dan anorganik. Sehingga masyarakat luas mengerti akan mana sampah yang bisa dijdikan kompos dan mana sampah yang bisa didaur ulang.
3.3 Sistem kekerabatan