cukup besar. Mereka tidak menginginkan anak-anak mereka mengalamai keadaan nasib yang sama dengan mereka.
Pada masa sekarang, terutama dengan semakin melambungnya biaya pendidikan, bagi orang-orang seperti mereka adalah cukup menjadi beban. Dimana,
harapan-harapan mereka untuk menyekolahkan anak-anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi menjadi bahan pertimbagan tersendiri. Terutama alasan biaya,
adalah menjadi salah satu pertimbangannya. Kenyataannya, memang masih banyak orang-orang dasn anak-anak terutama
yang masa depannya masih menjadi tanda tanya besar. Dan sekiranya kasus orang- orang ini menjadi bahan renungan tersendiri bagi kita yang memang peduli dan mau
peduli, terutama pada seputar persoalan bangsa ini.
c. Seputar Sosial
Moeliono dan Anggal menjelaskan bahwa, selain mereka bekerja di sektor informal, hidup secara subsisten dari hari ke hari. Mereka jadi massa mengambang
secara sosial dan politik. Mereka terabaikan dan tak terlayani oleh berbagai bentuk pelayanan formal, seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, partisipasi politik,
dan lain-lain dalam Atma Nan Jaya, 2000. Berdasarkan informasi, berkenaan dengan kasus pada pemulung disini, sedikit berbeda dengan apa yang digambarkan
oleh Moeliono dan Anggal. Walaupun mereka statusnya sebagai pendatang atau migran, mereka telah mampu beradaptasi. Kemungkinan adaptasi ini berkenaan
dengan keberadaan mereka yang telah cukup lama dan telah kenal luas masyarakat di sekelilingnya. Nampak, dalam kurun waktu yang telah cukup lama tersebut mereka
Universitas Sumatera Utara
tetap dapat berkumpul bersama bermasyarakat menjadi satu dengan penuh kebersamaan dan persatuan. Bahkan konflik atau goncangan-goncangan, diantara
mereka dengan sesama masyarakat disini relatif kecil dan hampir tidak ada konflik yang memecahkan masyarakat sehingga tidak bersatu lagi, pen.. Sebaliknya, suasana
kerukunan tergambar dalam pergaulan sehari-hari mereka. Seperti yang penulis lihat, mereka dalam hal sosialisasi bergaul antara mereka dengan masyarakat setempat
cukup baik. Tampak dari keakraban yang terjalin, dan saling membantu satu sama lain seperti saat-saat mereka sedang mengalami sedikit masalah keuangan.
Berkenaan dengan hal ini, Ibu Yani menuturkan pergaulan mereka terlihat baik, misalnya kalau bertemu di jalan mereka saling sapa. Keributan diantara mereka
maupun dengan sesama masyarakat juga tidak pernah terjadi dan kalaupun ada sifatnya hanya dalam keluarga saja.
Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa secara sosial, mereka sifatnya kekeluargaan atau hubungan familier. Sifat kekeluargaan tersebut, juga tampak dalam
suasana kerja yang terjalin. Hal ini tampak dalam hubungan sanak keluarga atau teman sekampungnya yang benar-benar sepenanggungan dan karena rasa
kesetiakawanan. Selain itu, para pemulung disini dijumpai adanya kebebasan dalam usaha.
Nampak pada tempat pengumpulan yang sama, menimbang dan menjual barang bekas yang sama dan tidak ada pengkhususan. Tiada pengecualian, apakah lapak itu
pemiliknya berasal dari daerah jawa atau daerah sumatera, semua sama tiada perbedaan. Semua lapak bebas mengumpulkan barang-barang bekas apa saja, mulai
dari jenis beling, ember, besi, kertas, plastik dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Ditengah para pemulung yang berasal dari berbagai daerah, ada yang beragama Islam dan ada juga yang beragama Kristen non muslim. Namun suasana
kebersamaan antar pemulung yang berlainan agama tersebut, disini tetap terjalin. Berkenaan dengan kebersamaan ini, ketika peneliti tanyakan pada informan Maman,
seputar kebersamaan atau hubungan antara pemulung yang berbeda agama di kawasan ini bagaimana. Ia menuturkan, hubungannya baik, tidak ada perbedaan dia
dari mana atau saya dari mana. Dia agamanya apa dan saya agamanya apa, tetapi semuanya sama.
Dari keterangan diatas, dapat dipahami bahwa rasa kebersamaan solidaritas, atau kesaudaraan pada pemulung terjalin cukup baik. Selain terbukti dengan tetap
adanya mereka ditempat ini, dengan berkelompok menjadi satu lintas etnis atau kesukuan, juga lintas agama. Nampak nyata pula, dalam rasa saling memahami dan
pengertian diantara sesama pemulung. Seperti penuturan informan Maman tersebut di atas.
Dari beberapa keterangan di atas dapat diambil pemahaman bahwa, pada dasarnya hubungan antara sesama pemulung maupun antara pemulung dengan
masyarakat adalah secara kekeluargaan. Dalam hal goncangan atau konflik masih dapat diredam. Hubungan intern sebagai sesama pemulung seprofesi yang tinggal
dilingkungan dan lokal yang sama sebagai pendatang migran yang sama adalah sifatnya keprofesian dan kelokalan, lintas daerah atau suku sekaligus lintas agama.
Goncangan atau konflik dalam hal ini masih dapat diredam oleh kesamaan mereka dalam pekerjaan atau profesi dan kesaman mereka dalam statusnya sebagai pendatang
Universitas Sumatera Utara
migran atau sifatnya kelokalan. Sebagai migran yang datang ke kota, seperti telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya.
Dari sisi tempat tinggal atau hunian, secara umum bila dilihat dari bentuk bangunannya, memang tampak cukup baik, walaupun hanya semi permanen yang
sifatnya menyewa kontrak. demikian pula berkenaan dengan sarana lain, seperti air untuk keperluan mandi, mencuci dan minum para pemulung disini cukup baik.
Pemulung disini, umumnya berstatus telah berkeluarga. Bahkan untuk yang statusnya masih lajang relatif sedikit dan jarang. Beberapa diantara mereka memang
ada yang terbilang masih anak-anak, selain itu, diantara mereka juga ada ibu-ibu yang turut mencari keliling dan ada juga kaum laki-laki. Mereka saling membantu untuk
membersihkan dan menyeleksi barang bekas hasil pulungan anggota keluarganya. Sebagai anggota masyarakat kelas bawah, hidup subsisten, dan mengenal.
Dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak luput dari sandangan yang diperoleh. Sandangan yang datang, biasanya lebih banyak sandagan negatif dari pada sandangan
positif. Seperti penuturan Ibu Yani dan Neneng, mereka pernah disangka mengambil barang orang lain mencuri, pekerjaannya pernah dibilang sebagai suatu pekerjaan
yang jelek. Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa sandangan negatif terkadang datang menghampiri mereka.
Untuk kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, umumnya mereka belum dapat banyak terlibat. Dimana, mereka yang kesehariannya bekerja dari pagi sampai sore
dan terkadang tidak menentu, tidak memungkinkan banyak terlibat dalam kegiatan masyarakat. Namun demikian, tidak mengurangi semangat gorong-royong. Mereka
bekerja secara sukarela dan penuh kesadaran. Kegiatan-kegiatan gotong-royong dan
Universitas Sumatera Utara
tolong-menolong dalam bidang kemasyarakatan ini, secara umum terjadi dalam setiap kegiatan yang menyangkut kepentingan warga masyarakat. Misalnya, dalam
mengangkut barang-barang bekas, kerja bakti, kematian dan lainnya yang menyangkut kepentingan pribadi seperti pernikahan.
Salah satu kegiatan gotong royong, nampak tatkala datang kenderaan pengangkut barnag yang datang untuk mengangkut barang-barang bekas dari laak
disini. Para pemulung tanpa sungkan-sungkan dan tanpa diminta ikut serta membantu punya lapak tersebut. Bang Oman menuturkan, ia dan teman-temannya kadang-
kadang sampai lembur malam hari. Karena mereka membantu punya lapak untuk mengirim barang bekas ke pabrik.
Untuk seputar kegiatan kemasyarakatan kepentingan desa atau RT, RW maupun lingkungan, walaupun mereka sebagai pendatang yang pekerjaannya
memulung dengan berangkat pagi terkadang pulang sore, gotong-royong seperti membersihkan selokan, sumbangan 17-an acara agustusan, pen, dapat mereka ikuti
dengan baik. Untuk kerja bakti mereka sangat antusias. Baik kegiatan apapun, umpamanya kemarin 17-an mereka nampaknya sangat antusia, tutur Pak Daud selaku
ketua lingkungan kepada peneliti. Bentuk lain kegiatan gotong royong, tampak pula tatkala ada warga yang
kesusahan seperti sakit, melahirkan atau kematian. Mereka saling membantu dengan tenaga, juga menyumbang berupa materil yang dikumpulkan dari setiap keluarga
pemulung maupun dari masyarakat lainnya setempat. Seperti dituturkan informan Yani, saat ada yang sakit biasanya mereka minta sumbangan. Ada yang menyumbang
seribu, dua ribu rupiah, lima ribu rupiah dan sikhlasnya tanpa paksaan. Selain itu, ia
Universitas Sumatera Utara
juga menuturkan selama ini belum pernah tampak keributan atau konflik ditengah masyarakat. Dari keterangan tersebut, dapat dipahami bahwa memang sisi kehidupan
sosial pemulung memiliki keunikan tersendiri. Hal tersebut, seperti tampak dalam penggambaran di atas.
d. Seputar Keagamaan