Kewenangan Pembatalan Hak Atas Tanah.

100

A. Kewenangan Pembatalan Hak Atas Tanah.

Kewenangan pembatalan hak atas tanah berada pada Menteri sebagaimana ditentukan dalam Pasal 105 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan PMNAKBPN Nomor 9 Tahun 1999, yaitu: a. Pembatalan hak atas tanah dilakukan dengan Keputusan Menteri. b. Pembatalan hak atas tanah sebagaimana dapat dilimpahkan Menteri kepada Kepala Kantor Wilayah atau Pejabat yang ditunjuk. Sebagaimana ketentuan di atas maka pada dasarnya kewenangan pembatalan hak atas tanah berada di tangan Menteri, dalam hal ini Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional, dengan suatu Surat Keputusan Menteri. Akan tetapi kewenangan tersebut dapat dilimpahkan kepada pejabat lain yang berada di bawah jajarannya, yaitu Kepala Kantor Wilayah atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri. Pelimpahan wewenang ini diberlakukan dengan pertimbangan demi kelancaran pelayanan pertanahan, sebagaimana disebutkan dalam diktum “menimbang” huruf a Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara PMNAKBPN Nomor 3 Tahun 1999 sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 101 1. Pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang telah dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya yang terdapat cacat hukum dalam penerbitannya. 2. Pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangan pemberiannya dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya dan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi, untuk melaksanakan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dari ketentuan ini terdapat perbedaan kewenangan dalam pembatalan hak atas tanah karena melaksanakan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Kewenangan pembatalan hak atas tanah karena melaksanakan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap lebih luas karena mencakup keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya dan juga keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangannya berada pada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi. Padahal permohonan pembatalan hak atas tanah berdasarkan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap pasti diawali dengan adanya sengketa tanah akibat benturan kepentingan yang melibatkan pemegang hak dengan pihak lain yang merasa dirugikan serta Badan Pertanahan Nasional sehingga perlu pengkajian yang lebih mendalam, sedangkan cacat administrasi bisaanya hanya melibatkan pemegang hak atas tanah dengan Badan Pertanahan Nasional. Universitas Sumatera Utara 102 Kewenangan keputusan pembatalan hak atas tanah lainnya masih tetap menjadi kewenangan Menteri sebagaimana diatur dalam Pasal 14 PMNAKBPN Nomor 3 Tahun 1999, yaitu: 1. Pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang tidak dilimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi atau Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya misalnya: Hak Pengelolaan atau hak-hak lainnya yang berdasarkan luasnya tetap berada di tangan Menteri. 2. Pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang telah dilimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi atau Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya, apabila atas laporan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi hal tersebut diperlukan berdasarkan keadaan di lapangan. Pelimpahan kewenangan pembatalan hak atas tanah tidak terlepas dari pelimpahan kewenangan pemberian hak atas tanah.

B. Subjek Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah.

Dokumen yang terkait

Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

10 177 117

Jatuhnya Hak Hadhanah Kepada Orang Tua Laki-Laki Karena Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama. (Studi Pada Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1521/Pdt.G/2011/PA.Mdn)

1 59 103

Analisis Hukum Tentang Pembatalan Hibah (Studi Putusan Pengadilan Agama No : 887/PDT.G/2009/PA. MDN)

13 145 141

Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

2 91 165

Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

0 34 86

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Hak Pemeliharaan Dan Kewajiban Memberi Nafkah Terhadap Anak Di Bawah Umur Akibat Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Di Kota Binjai (Studi Putusan Pada Wilayah Hukum Pengadilan Agama Binjai)

1 42 105

Penerapan Hermeneutika Hukum di Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama)

0 12 172

Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

0 2 14

Tinjauan Yuridis Hak Dan Bagian Anak Laki-Laki (Studi Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No.120/Pdt-G/2007/PA-TTD)

0 0 9