Analisis Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima Dengan Metode SWOT (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Kota Medan)

(1)

LAMPIRAN

Tempat Dan Suasana Pedangang Kaki Lima


(2)


(3)

Aktifitas dan Kegiatan Pedagang Kaki Lima


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan. Penerbit Universitas Diponegoro.

Ali, Faried. 1997. Metodologi Penelitian Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasi.Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.

Capah, Juita.2012. Kajian Karakteristik Pedagang Kaki Lima Dalam Konteks Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Medan Kota (Studi Kasus: Kawasan Teladan dan Kampus Institut Teknologi Medan).Skripsi.Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Danisworo, Mohammad dalam Salmina Ginting, 2004. Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota Di Medan, Jurnal Teknik Simetrika Vol.3 No.3.

Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Terjemahan oleh Dariyanto dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dina Fujisari, 2010. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Medan Dalam

Mengelola Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima Di Depan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan) (Skripsi). Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

David, Fred R. 2009. Strategic Management (Manajemen Strategis Konsep). Jakarta: Salemba Empat.

Garna, Judistira k, 1993. Teori Perubahan Sosial, Bandung: Program Pascasarjana, UNPAD.

Gilang, Permadi,2007. Pedagang Kaki Lima: Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, Jakarta: Yudhistira

Hanif, Iswan Kaputra, dkk. 2002. Usaha Kecil & Mikro di Tengah Arus Globalisasi.Medan: Bitra Indonesia.


(6)

Jogiyanto. 2005. Analisis Dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi

Jonni Daniel, 2010. Pandapotan Lubis Kajian Spasial Pedagang Kaki Lima Dalam Pemanfaatan Ruang Publik Kota studi kasus: koridor jalan arif rahman hakim jalan aksara pasar sukaramai kelurahan sukaramai kecamatan medan area medan (tesis). Program Studi Magister Teknik ArsitekturFakultas TeknikUniversitas Sumatera Utara Medan.

Porter, Michael. E dan Maulana, Agus. 2008. 2008. Strategi Bersaing (Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing). Jakarta : Erlangga.

Rangkuty, Fredy. 2009. Analysis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia.

---2006.Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis : Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

---1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Salmina Ginting, 2009. Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota Di Medan (Skripsi). Universitas Sumatera Utara

Susanto, Phil Astrid, 1999. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial.Jakarta: Putra Abardin.

Soerjono Soekanto, 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial.Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, CV. Bandung. Tata Sutabri, 2003.Analisa Sistem Informasi.Yogjakarta: Andi

Tri Kurniadi, Hessel Nogi s. Tangkilisan, 2003. Ketertiban Umum & Pedagang Kaki Lima Di Dki Jakarta.Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia

Widjajanti, Retno.2009. Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima pada Kawasan Komersial di Pusat Kota (Studi Kasus: Simpang Lima


(7)

Semarang)http://eprints.undip.ac.id/20379/1/retno_widjajanti.pdfdiakses pada 20 Agustus 2015 pukul 20.03 wib.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif deskriptif.Dimana dalam penelitian ini hanya hendak memahami serta melakukan interpretasi terhadap interaksi sosial diantara para aktor dalam sebuah konteks sosial, temporal, dan historis tertentu. Dengan kata lain, secara metode, penelitian ini sedikit atau bahkan tidak mengedepankan metode statistik dan matematik, tetapi memanfaatkan analisis verbal dan kualitatif.

Penelitian ini hanya berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang berdasarkan data-data. Maka penelitian deskriptif ini juga akan menyajikan data, menganalisa, dan menginterpretasikan, dan dapat juga bersifat komparatif dan korelatif. Pendekatan ini menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan.Selain itu dalam penelitian ini mementingkan sifat penyelidikan yang sarat-nilai. Mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya (Denzin:2009). Oleh karena itu, di dalam penelitian ini akan mengumpulkan data tentang permasalahan yang diteliti lalu diuraikan, digambarkan, diinterpretasikan secara rasional dan diambil kesimpulan dari penelitian tersebut. Sehingga pada konteks tersebut, penelitian ini sangat cocok dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.


(9)

3.2. Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada pedagang kaki lima di jalan Kapten Muslim Kota Medan. Alasan penulis memilih objek tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa begitu banyak para pedagang kaki lima yang menjajakan daganganya di sepanjang jalan tersebut. Selain itu, akses yang mudah untuk perolehan data, serta waktu, tenaga dan biaya dapat digunakan seefisien mungkin.Sedangkan waktu penelitian yang digunakan dalam penulisan ini kurang lebih dua bulan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pembahasan ini maka diperlukan adanya data atau informasi.Penulis memperoleh data yang berhubungan dengan mengunakan metode sebagai perikut.

1. Penelitian Lapangan ( Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan pada pedagang bersangkutan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penulisan dengan cara:

a. Observasi

Yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan penulis dengan pengamatan baik secara berhadapan langsung maupun secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab.

b. Wawancara

Yaitu yaitu penelitian dengan mengadakan wawancara secara langsung dengan para pedagang yang berhubungan dengan penelitian untuk mencari kekuatan, kelemahan ,peluang dan ancaman.


(10)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan dokumen- dokumen pedagang maupun literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca beberapa buku literature-literatur, mengumpulkan dokumen, arsip, maupun catatan penting yang ada hubungannya dengan permasalahan penulisan skripsi ini dan selanjutnya diolah kembali.

3.4. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu ( 1 ) informan kunci, ( key informan ), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, ( 2 ) informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, ( 3 ) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti ( Hendarso dalam Suyanto, 2005).

Dari penjelasan yang sudah diterangkan diatas, maka peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informannya.Purposive sampling merupakan penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian.


(11)

Yang menjadi informan peneliti adalah : 1. Informan kunci yaitu terdiri dari 20 orang pedagang kaki lima di Jalan Kapten Muslim Kota Medan. 2. Informan biasa yaitu masyarakat yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Atau konsumen yang dianggap sebagai pelanggan tetap dan tidak tetap.Dalam usaha menentukan informan biasa, peneliti menggunakan teknik Accidental yaitu penarikan sampel berdasarkan kebetulan.Maka yang menjadi informan biasanya adalah masyarakat yang melakukan transaksi atau membeli pada saat dilakukan penelitian ini.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan penyebarkan kuesioner kepada responden. Metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu melalui wawancara, penyebaran kuesioner, dan observasi secara langsung kepada individu atau perseorangan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumbernya, akan tetapi data hasil olahan dari pengambilan data primer. Data sekunder dalam penelitian ini antara lain dari penelitian terdahulu, literatur-literatur, media cetak (surat kabar dan majalah), dan media elektronik (internet).


(12)

3.6. Metode Analisis Data

Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu: a. Tahap pengumpulan data (evaluasi faktor eksternal dan internal) b. Tahap analisis (Matriks SWOT, Matriks Internal Eksternal)

c. Tahap pengambilan keputusan dalam analisis usaha pedagang kaki lima

Tahap pengumpulan data adalah tahap yang pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis dimana tahap ini data dibagi menjadi dua bagian yaitu data internal dan data eksternal.

Tahap analisis adalah setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan pedagang, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi, yaitu Matrik TOWS atau Matrik SWOT dan Matrik Internal Eksternal kemudian dari hasil yang ada maka ditentukan pengambilan keputusan yang tepat. Sebuah penelitian yang menunjukan bahwa kinerja penjualan hasil dari strategi pemasaran perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal dan ekternal.


(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. PersoalanPedagang Kaki Lima: Antara Ketertiban Umum dan Mencari Nafkah

Pedagang kaki limadi Kota Medan, sama seperti halnya di kota-kota besar lainnya. Jumlah pedagang kaki limadi Kota Medan Sumatera Utara juga meningkat dari tahun ke tahun. Kini jumlah pedagang kaki lima di medan mencapai 30.000 orang (Gilang Permadi, 2007) padahal, pada tahun 1998 jumlah pedagang kaki lima hanya sekitar 5.000 orang.

Sebagian besar mereka merupakan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) ketika krisis ekonomi melanda Indonesia. Para pedagang kaki lima itu menggelar dagangannya sampai badan jalan. Dampaknya, arus lalu lintas yang melalui pasar tersebut sering macet pada jam-jam padat lalu lintas.

Kawasan yang sering mengalami kemacetan adalah pasar Kampung Lalang yang berada di Jalan Gatot Subroto, pasar Sei Sikambing, di Jalan Kapten Muslim, Pasar Sambu, Pasar Simpang Limun, Pasar Sukaramai, Pasar Melati Tanjung Selamat. Di pasar Sei Sikambing Jalan Kapten Muslim, misalnya, sedikitnya 50 pedagang kaki lima memakai badan jalan protokol sepanjang 200 meter.Keadaanya pun nampak seperti “pasar tumpah”.Pasar tumpah adalah istilah yang dipakai untuk menyebut para pedagang kaki lima yang berdagang hingga masuk ke jalan raya.Umumnya, lokasi pasar tumpah ini menempel pada pasar tradisional.Tidak jauh berbeda dengan pasar lainnya yang digunakan oleh


(14)

pedagang kaki lima. Hampir fasilitas jalan protokol digunakan untuk menggelar dagangannya, bahkan hingga setengah badan jalan.

Pedagang kaki limakini tidak hanya menggunakan trotoar sebagai tempat jualan, mereka juga mulai berjualan hingga masuk jalan. Tentu saja itu menyebabkan kemacetan dan mengganggu pengguna jalan.Selain itu, banyak pedagang kaki limayang jorok dan tidak menjaga kebersihan sehingga jalanan menjadi kotor.Apalagi jika musim hujan datang, genangan air membuat sampah buangan pedagang kaki lima berbau busuk. Keindahan kota pun hilang seketika.

Untuk menangani masalah itu, Pemerintah Kota sering melakukan penertiban/penggusuran terhadap para pedagang kaki lima. Pastilah pedagang kaki lima menolak untuk digusur.Akibatnya (seperti yang sering terlihat di berita-berita televisi) terjadi keributan antara Satuan Polisi Pamong Praja dan pedagang kaki lima. Namun, bagaimanapun juga, pedagang kaki lima juga manusia yang punya hak mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Jika digusur, mereka akan kehilangan pekerjaan dan anak istrinya tidak bisa diberi nafkah. Dilematis memang.

Untuk menciptakan suatu kota metropolitan, maka Pemerintah Kota Medan telah menetapkan suatu Pola Dasar Pembangunan Kota Medan tahun 2001-2025 yang akan digunakan sebagai acuan dalam merencanakan kegiatan pembangunan. Pola Dasar Pembangunan Kota Medan tersebut telah dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan Nomor 1 Tahun 2002.Kemudian, untuk pelaksanaan Perda No. 1 Tahun 2002 tersebut telah ditetapkan suatu Keputusan Walikota Medan Nomor 188.342/070/K2002 tertanggal 20 Maret 2002.


(15)

Pasal 2 Perda No. 1 Tahun 2002 menyatakan bahwa pola dasar pembangunan Kota Medan tahun 2001-2025 merupakan pedoman dalam menetapkan peruntukan dan pemanfaatan tanah atau perencanaan kota bagi segenap aparatur Pemerintah Kota Medan, DPRD, Lembaga Sosial Kemasyarakatan (LSM), organisasi profesi, perguruan tinggi, dunia usaha, tokoh masyarakat, dan seluruh unsur dalam lapisan masyarakat lainnya di Kota Medan. Sehubungan dengan itu ada 9 (sembilan) arah kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam bidang ekonomi yakni :

1. mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada produktivitas tenaga kerja yang tinggi dengan prinsip persaingan sehat; 2. mengembangkan perekonomian daerah yang berorientasi global sesuai

kemajuan teknologi dengan terutama membangun keunggulan kompetitif di samping keunggulan komparatif;

3. memberdayakan usaha kecil, menengah, dan koperasi (PKMK) agar lebih efisien, produktif, berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif, dan peluang usaha yang seluas-luasnya;

4. mengembangkan industri kecil kerajinan dan rumah tangga;

5. membangun sistem informasi pasar yang tangguh dan lembaga penelitian serta pengembangan produk daerah sebagai bagian integral dari sistem ekonomi masyarakat;

6. menata Badan Usaha Milik Daerah seperti PD. Pembangunan, PD. Pasar, PD. Rumah Potong Hewan secara efisien, transparan, dan profesional sehingga dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan memberikan kontribusi yang semakin besar pada pendapatan daerah;


(16)

7. mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, usaha swasta menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi kota; 8. mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terpadu terutama

pada sektor informal yang diarahkan pada peningkatan kemandirian tenaga kerja;

9. mempercepat penyelamatan dan pemulihan ekonomi guna membangkitkan sektor riil terutama bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi (PKMK). Dalam rangka mengantisipasi perubahan tatanan politik, pemerintahan terutama berkaitan dengan kebijakan penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999, kebutuhan serta aspirasi masyarakat yang berkembang, maka Pemerintah Kota Medan di bawah kepemimpinan Bapak Drs. H. Abdillah, Ak.MBA saat itu telah melakukan penyempurnaan pada beberapa substansi penyelenggaraan pemerintahan, antara lain :

1. Instruksi Walikota Medan No. 141/079/Ins Tanggal 9 Februari 2001 tentang Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Kelurahan Dalam Rangka Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan. Substansi dari instruksi tersebut adalah kewajiban Lurah untuk meningkatkan sistem penyelenggaraan dan pengembangan partisipasi amsyarakat, khususnya pada bidang kebersihan, keamanan, ketertiban dan pelayanan masyarakat.

2. Instruksi Walikota Medan No. 141/1417/Inst Tanggal 24 Juli 2001 tentang Tugas dan Tanggung Jawab Camat dalam Membina dan Mengawsi Program Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan. Instruksi memuat antara lain :


(17)

a. Melaksanakan pembinaan langsung ke lapangan untuk membenahi, menertibkan, kekurangan dan kelemahan yang ada, baik kondisi fisik kebersihan, ketertiban dan keamanan maupun pelayanan masyarakat serta disiplin perangkat Kecamatan dan Kelurahan.

b. Melaksanakan pengawasan (cek dan ricek) tentang kondisi dan hasil pembinaan yang dilakukan baik dari segi kwalitas, kwantitas dan objektivitas hasil kerja terutama :Di bidang kebersihan, ketertiban dan keamanan, sesuai Instruksi Walikota No. 141/079/Ins/2001 tanggal 9 Februari 2001. Menyelesaikan masalah secara tuntas

c. Melaksanakan koordinasi langsung, dengan instansi terkait untuk menuntaskan permasalahan kebersihan, ketertiban dan keamanan di Kecamatan.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Camat berkewajiban untuk melakukan penyelenggaraan pembinaan, penataran, penertiban di samping melaksanakan SK Walikota Medan No. 54/SK/1983 tanggal 22 Januari 1983 tentang Larangan untuk berjualan dengan mempergunakan bangunan kios yang menjorok ke depan tanpa izin bangunan dari Pemda Tk. II Medan, termasuk menempatkan barang-barang, mengerjakan pekerjaan dan memarkir/mereperasi kendaraan bermotor di atas semua trotoir pada jalan umum dan Peraturan Daerah Tk. II Medan Nomor 31 Tahun 1993 tanggal 13 Juli 1993 tentang Pemakaian tempat berjualan serta Instruksi Walikota Medan No. 141/1417/Inst tanggal 24 Juli 2001 tentang Tugas dan tanggung jawab Camat dalam membina dan mengawasi program pemberdataan kelurahan di Kota Medan dengan


(18)

berkoordinasi dengan instansi lain seperti Satuan Polisi, Pamong Praja, Muspika, Tokoh Masyarakat dan lain-lain.

Program kebersihan, keamanan dan ketertiban adalah merupakan harapan seluruh masyarakat untuk menjadikan Medan Kota BESTARI (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi dan Indah) untuk mencapai sasaran pembangunan di segala bidang, dengan berpedoman kepada motto Kota Medan “Bekerjasama dan sama -sama bekerja untuk kemajuan dan kemakmuran Medan Kota Metropolitan”.

Dalam rangka memberhasilkan program pemberdayaan Kelurahan yang dicanangkan oleh Pemko sejak tahun 2001 khususnya dalam pelaksanaan kebersihan, keamanan, ketertiban dan pelayanan masyarakat, Pemerintah Kota Medan telah mengadakan penataan organisasi, mekanisme pembinaan, rencana, pengawasan/ evaluasi serta dukungan dana yang cukup signifikan Penataan pedagang kaki lima artinyaa proses mengatur, merapikan dan sebagainya untuk menjadi tertib.

Pemerintah kota Medan melakukan penataan terhadap pedagang kaki lima artinya tindakan terhadap pedagang kaki lima itu, kios-kios di sepanjang jalan dibongkar dan dipindahkan ke tempat usaha yang baru. Yang dimaksud dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah kota adalah cara bertindak aparatur pemerintah dalam melaksanakan penataan pedagang kaki lima di kota Medan.

Dibenci karena membuat jalanan semrawut dan menimbulkan kemacetan, dirindukan karena banyak yang mencari barang yang dijualnya, itulah para pedagang kaki lima.Mereka sering diburu, digusur atau ditertibkan oleh Satpol PP, alasan dari penggusuran adalah untuk menertibkan kesemrawutan yang disebabkan oleh para pedagang kaki lima


(19)

Tidak mudah memang bagi Satpol PP saat melakukan penggusuran. Pasalnya, tidak jarang para pedagang kaki lima melakukan perlawanan dengan berbagai cara. Para pedagang kaki lima merasa berhak untuk berjualan di tempat itu karena telah membayar berbagai pungutan/retribusi, kebersihan dan izin kepada pemerintah.

Karena dua belah pihak (Satpol PP dan pedagang kaki lima) sama-sama berkeras dengan tujuan mereka masing-masing, tak jarang dalam proses penertiban atau penggusuran terjadi perkelahian di antara mereka, akibatnya banyak korban berjatuhan. Banyak pedagang kaki limayang menangis histeris dan menjerit meminta agar lapak atau gerobaknya tidak dibawa Satpol PP.

4.1.2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima Di Jalan Kapten Muslim Medan Analisis deskriptif tentang karakteristik pedagang kaki limadidapatkan dari pengolahan data yang didapat dari hasil kuesioner yang telah didapat dari hasil pengisian oleh responden.Dalam analisis deskriptif karakteristik pedagang kaki lima ini sangat diperlukan untuk mengetahui gambaran tentang profil pedagang kaki lima di Jalan Kapten Muslim, pola berdagang, permodalan dan sarana terhadap penataan pedagang kaki lima oleh pemerintah. Gambaran tentang pedagang kaki limaini akan membantupeneliti mendapatkan informasi terkait dinamika dan persoalan yang dihadapi baik dari internal maupun dari eksternal mereka.

Penelitian dilaksanakan di sepanjang Jalan Kapten Muslim Kota Medan2015. Populasi pedagang kaki lima yang berada di sekitar Jalan Kapten Muslim sebanyak 112 pedagang kaki lima (data survey peneliti). Sampel ditentukan 20% yakni sebanyak 20 pedagang yang ditentukan secara acak


(20)

(random).Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi tidak langsung dengan alat pengumpulan data berupa lembar angket.

Hasil pengumpulan menunjukkan bahwa : (1) , dimana seluruh pedagang berada pada usia 18-60 tahun; pedagang terdiri dari 60% laki-laki dan 40% perempuan; 25% pedagang bertempat tinggal di luar kawasan Jalan Kapten Muslim; dan 75% berada di sekitar Kapten Muslim; 65% pedagang memilih lokasi berdagang karena lokasi tersebut ramai pengunjung dan padat lalu lintas; dan 35% karena tinggal di Jalan Kapten Muslim; 30% pedagang tidak memiliki pekerjaan sebelum menjadi pedagang kaki lima; 30% pedagang berasal dari luar Kota Medan atau merupakan pendatang; selebihnya 70% asli penduduk setempat. 55% pedagang menyatakan usaha dagang adalah milik sendiri. (2) Sarana fisik yang digunakan berupa gerobak/stelling sebanyak 60%, meja/jongkok sebanyak 20% dan menggunakan kendaraan motor atau sepeda 20%; 85% pedagang mengaku jenis usaha yang mereka jalankan merupakan usaha utama dan 15% usaha tambahan.

Sebanyak 75% pedagang berjualan di trotoar dan lahan parkir dan 25% di depan toko atau ruko orang lain, sebanyak 85%; lama waktu aktivitas pedagang rata-rata 10 jam/perhari 15% di bawah 10 jam; Selain itu, jadwal kegiatan pedagang itu juga ada yang “musiman”, hanya pada hari besar. Pedagang insidental ini juga bermunculan di saat ada kegiatan hari besar, seperti HUT Proklamasi kemerdekaan, Hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru, Natal.

Modal dan pendapatan tergolong rendah karena 50% dari jumlah pedagang menggunakan modal dan mendapatkan hasil penjualan, 50% lainnya sebagai tambahan penghasilan untuk rumah tangga. Dari penghasilan dapat


(21)

dilihat, yang berpenghasilan kurang dari Rp 700 ribu per-bulan mencapai 11,5 %. Yang berpenghasilan Rp 700 ribu hingga Rp 1juta per-bulan 40,5 % dan yang berpenghasilan lebih Rp juta per-bulan hanya 42 %.Dengan penghasilan yang sedemikian itu, apakah anak-anak mereka bisa bersekolah? Ternyata ada yang mampu membiayai kuliah anaknya di perguruan tinggi (6,5 %), SMU (32,5 %), SMP (25 %), SD (22,5 %), TK (7,5%).

45% pedagang umumnya baru menjalani profesi antara satu hingga tiga tahun, 55% sudah lebih dari tiga tahun. Alasan mereka memilih menjadi pedagang kaki lima, karena sulit mencari kerja (46,5 %) dan akibat PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau tidak berpendidikan (8,5); 90% pedagang kaki lima tidak menggunakan jasa tenaga kerja dalam menjalankan usahanya dan 10% menggunakan jasa orang lain. Jenis barang dagangan yang dijual pedagang kaki lima yang lebih banyak adalah makanan dan minuman siap saji serta non makanan, yakni sama-sama sebesar 50%; 65% pedagang berjualan di tempat yang luasnya tidak lebih dari 3 meter; 75 % pedagang berjualan secara semi menetap dan sebanyak 25% tidak menetap. 90% pedagang kaki lima di sekitar Jalan Kapten Muslim tidak memiliki izin berdagang dari pemerintah setempat atau instansi terkait.

Pelaku pedagang kaki lima ini umumnya adalah urban dan pekerjaan sebelumnya buruh tani dan petani (39,5 %). Dari jumlah itu sebanyak 69,5 % memilih sebagai pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman (kue gorengan, es durian,es cendol,warung nasi, sisanya pedagang buah-buahan (6%), pakaian jadi (5 %), sepatu dan sandal (1%), serta lain-lain (tukang kunci, jual pulsa, bensin, rokok, arloji, dan sebagainya) sebanyak 18,5%.


(22)

Dilihat dari tingkat pendidikan pedagang kaki lima di Jalan Kapten Muslim ini juga cukup beragam, karena tidak saja dilakukan oleh yang tidak berpendidikan. Mereka adalah lulusan SD (40 %), SMP (25 %), SMA (15 %), Perguruan Tinggi (5%) dan hanya 15 % yang tidak mencantumkan pendidikannya dalam segi lapangan yang penulis lakukan.Memang, para pedagang kaki lima di Jalan Kapten Muslim itu umumnya menempati lokasi tanpa izin, bahkan ada yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Medan.Mereka di Medan awalnya menempati rumah saudaranya, kontrak selanjutnya menetap, tidak ada tempat mereka berjualan berfungsi sebagai tempat tidur atau tempat tinggal.

Dari berbagai jenis pedagang kaki lima itu yang paling menimbulkan kekumuhan adalah pedagang kaki lima yang menghasilkan sampah basah dari jenis pedagang yang berjualan sayur-mayur dan makanan.Akibat langsung yang dapat dilihat adalah sempit dan kusamnya wajah trotoar, disertai tumpukan sampah yang tidak segera diangkut ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara).

Ada yang menarik, pedagang kaki lima ini di samping banyak terdapat di pusat-pusat perbelanjaan dan perkantoran, juga menjamur di sekitar rumah sakit, kampus perguruan tinggi dan sekolah. Pedagang kaki limajenis makanan dan minuman memang lebih banyak, terutama di sekitar tempat keramaian.Misalnya, di dekat sekolah, pertokoan, plaza, perkantoran atau ruko.

4.1.3. Kondisi Usaha Pedagang Kaki Lima

Lokasi pedagang kaki lima di sepanjang jalan Kapten Muslim bisa dikatakan terkonsentrasi pada beberapa tempat yaitu sekitar pasar sei sikambing, rumah sakit sari mutiara dan sekitar plaza millenium. Hal ini disebabkan karena


(23)

terdapat cukup banyak orang pada lokasi tersebut yang potensial menjadi konsumen pedagang.

Ketiga lokasi sangat diminati pedagang. Pada saat jam tertentu bahkan setiap saat dijadikan para pekerja untuk beristirahat sejenak. Karena konsumen terbesar adalah pegawai, maupun pengunjung dari rumah sakit sari mutiara maupun plaza yang terdapat di Jalan Kapten Muslim atau para pengendara yang lewat di jalan tersebut.

Desain produk maupun gerobak atau warung tidak menampakkan kekhususan.Gerobak dijadikan wadah bagi barang dagangan, sedangkan untuk kursi dan meja pembeli dibawa terpisah.Gerobak makanan biasanya terbuat dari kayu maupun aluminium beroda empat yang dapat dipindah-pindahkan.

Cara penyajian makanan, minuman atau barang dilakukan dengan berbagai cara yaitu;

1. Pedagang menyediakan meja dan kursi untuk pembeli dan pembeli dapat memesan makanan maupun minuman di tempat itu dan menikmatinya. 2. Pedagang yang tidak menyediakan tempat duduk sehingga pembeli harus

makan dan membawanya pulang.

Adapun beberapa jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima diantaranya; di wilayah plaza milenium maupun rumah sakit sari mutiara di dominasi oleh pedagang;

1. Warung makanan dan minuman yang menyajikan banyak jenis; kue ,gorengan, rujak, es.

2. Kios kecil non makanan yaitu kios atau warung kecil atau kereta dorong yang menjual rokok, korek, permen, bensin, koran, pulsa dan lain-lain


(24)

3. Warung mi sop atau bakso. Sebagian besar pedagang melengkapi dagangannya dengan air mineral kemasan botol.

4. Penjual pisang bakar dan burger. Selain kedua jenis makanan tersebut dijual pula roti bakar dan pisang coklat. Umumnya pedagang tidak menyediakan tempat untuk duduk dan tidak menyediakan minuman juga. Sama seperti halnya penjual kue martabak.

5. Warung kopi. Warung ini menjual minuman panas dan dingin dengan bahan dasar teh dan kopi. Makanan pelengkap yang disediakan adalah mi instan rebus/goreng atau nasi goreng dan mi goreng.

6. Warung nasi yang menjual nasi sop, nasi soto, nasi campur, nasi uduk, bakso. Warung nasi umumnya menyediakan minuman dari buah-buahan atau juice dan sirup serta tenda dan kursi untuk para pembeli.

7. Warung aneka makanan di luar yang dijual oleh warung nasi misalnya mi (bihun, kwetiaw) goreng, nasi goreng, pecel, rujak, sate padang.

8. Penjual es buah, es cendol, es durian, es koteng, es kelapa yang memiliki varian rasa yang banyak, dan biasanya penjual tersebut menyediakan lokasi tempat duduk untuk menikmati minuman es yang mereka jual. Sedangkan di wilayah pasar sei sikambing di dominasi oleh para pedagang sayuran dan buah-buahan.Biasanya mereka berjualan sayuran hanya dimulai sejak subuh hingga siang hari, tidak sampai malam hari.Penjual sayuran maupun buah-buahan hanya memanfaatkan trotoar jalan untuk menggelar daganganya.Tidak ada gerobak dan tenda yang digunakan seadanya.

Lokasi pedagang kaki lima tersebar merata di ketiga titik tertentu. Di sekitar pasar sei sekambing lebih di dominasi oleh pedagang sayuran dan


(25)

buah-buahan.Untuk pedagang makanan dan minuman berada pada titik wilayah plaza milenium dan rumah sakit sari mutiara. Pada wilayah inilah paling banyak terdapat pedagang kaki lima. Begitu banyaknya pedagang kaki lima di lokasi tersebut sehingga trotoar jalan mereka gunakan untuk berjualan. Mereka beranggapan lokasi tersebutlah yang paling strategis untuk berjualan.Selebihnya tersebar pada wilayah yang merata.

Selain itu untuk analisis lingkungan fisik, pedagang kaki lima yang berada di sekitar rumah sakit sari mutiara, plaza milenium maupun pasar sei sikambing jalan ini berada disalah satu jantung kota medan yang termasuk sebagai kota metropolitan. Sepanjang jalan Kapten Muslim terdapat banyak ruko-ruko usaha dagang lainnya.Juga terdapat bengkel-bengkel dan dealer kendaraan bermotor.Disekitar pedagang terdapat kompleks pemukiman penduduk yang cukup padat.Sepanjang hari jalan ini banyak dilalui kendaraan yang lalu lalang, karena jalan Kapten Muslim termasuk juga jalan utama yang dilalui oleh banyak kendaraan pada saat hari-hari sibuk ( hari normal bekerja).

Pedagang biasanya bebas memilih lokasi berjualan, namun harus ada pengawasan oleh organisasi pemuda setempat.Desain warung atau tenda bermacam-macam dan tidak teratur.Hanya penjual minuman es yang memiliki keseragaman yakni di sekitar plaza milenium.Cara penyajian dagangan adalah dengan kursi dan meja pembeli, pengunjung dapat memesan makanan agar diantar oleh pedagang.

Pelayanan oleh pedagang terbilang baik dan memadai, perlengkapan dan kinerja pedagang juga sangat sederhana bagi konsumen. Selain pelayanan barang yang dijual, keramahan dan kemampuan pedagang dalam melayani konsumen


(26)

akan membuat kepuasaan pelanggan meningkat dan akan memunculkan loyalitas dari konsumen.

Harga makanan dan minuman yang ditawarkan cukup bervariasi dan bisa dikatakan cukup murah bagi konsumen. Harga yang murah sangat menentukan keberhasilan pedagang, jika harga tarif murah dibarengi dengan tingginya kualitas pelayanan dan rasa dari makanan dan minuman yang enak, maka konsumen akan lebih tertarik untuk membelinya kembali keesokan hari.

Konsumen terbesar pedagang kaki lima di sekitar rumah sakit dan plaza milenium adalah konsumen makanan dan minuman es dan nasi. Mereka bukan hanya para pekerja di lokasi tersebut melainkan juga konsumen yang lewat dengan kendaraan roda dua atau empat yang kebetulan lewat di lokasi tersebut. 4.2. Penyajian Data

4.2.1. Analisis Lingkungan Usaha Pedagang Kaki Lima

Untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengembangkan dan mempertahankan usahanya pemilik atau pengelola sangat penting mendapatkan informasi yang akurat menyangkut manajemen lingkungan internal dan eksternal dalam mengambil keputusan yang strategis. Analisis lingkungan usaha merupakan tahap awal sebelum memulai suatu usaha ataupun kegiatan manajemen di dalam suatu kegiatan usaha. Lingkungan usaha meliputi analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan guna mendapatkan suatu strategi yang dapat diterapkan dalam mencapai tujuan usaha yaitu mendapatkan keuntungan dari penjualan barang dan jasa.

Setiap usaha, baik yang bergerak di bidang produk ataupun jasa, mempunyai tujuan untuk tetap hidup dan berkembang, tujuan tersebut dapat


(27)

dicapai melalui upaya untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan atau laba.Hal ini dapat dilakukan, jika pedagang dapat mempertahankan dan meningkatkan penjualan produk atau jasa yang mereka produksi.Dengan melakukan penerapan strategi yang akurat melalui pemanfaatan peluang dalam meningkatkan penjualan, sehingga posisi atau kedudukan usaha dapat ditingkatkan atau dipertahankan.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pedagang dalam meningkatkan penghasilannya.Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat).Selanjutnya, dalam datayang diperolehdari hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari melihat gambaran umum pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Kapten Muslim.Serta melihat dan mengetahui kondisi karakteristik pedagang kaki lima, strategi yang telah dilakukan oleh pedagang kaki lima dapat diketahui beberapa faktor internal dan eksternal yang dialami oleh para pedagang. Beberapa faktor internal dan eksternal yang pentingdapat diidentifikasikan sebagai berikut :

4.2.2. Analisis Lingkungan Faktor Internal

Analisis lingkungan internal adalah mengidentifikasi apa-apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh pedagang kaki lima agar dapat merumuskan strategi apa yang diterapkan untuk mencapai tujuan usaha tersebut. Lingkungan internal meliputi beberapa aspek antara lain:


(28)

1. Aspek Pemasaran

Aspek Pemasaran adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen, menghasilkan barang atau jasa, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa. Atau suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkannya itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar.

Selain itu juga pedagang ingin memberikan kepuasan kepada konsumen atas produk yang dihasilkannya, karena kepuasan konsumen menjadi tolak ukur atas keberhasilan yang diperoleh pedagang dalam menghasilkan produk yang berkualitas, dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Untuk mencapai pemasaran yang tepat dan efektif yang harus diterapkan pedagang salah satunya adalah dilihat dari cara pemasarannya. Hal tersebut penting karena cara pemasaran merupakan salah satu pokok pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk. Jika pedagang tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan oleh konsumen, maka pedagang tersebut akan kehilangan banyak kesempatan untuk menjaring konsumen dan produk yang ditawarkan akan sia-sia. Oleh karena itu diperlukan metode pemasaran yang tepat untuk menentukan keberhasilan atau tidaknya dalam memasarkan produknya. Apabila metode yang dilaksanakan tersebut mampu memasarkan produknya dengan baik, hal ini akan berpengaruh terhadap tujuan usaha.

Aspek pemasaran dibidang baik itu usaha kecil maupun menengah sering sekali ditempatkan pada suatu hal yang utama harus disikapi oleh setiap pemilik usaha. Ada lima unsur yang berkembang dan yang harus diperhatikan dalam aspek pemasaran yaitu konsep produksi (production consept), Konsep produk


(29)

(product consept), konsep harga (price), konsep tempat (place), penjualan dan promosi (selling consept).

Usaha pedagang kaki lima adalah usaha kecil yang menjalankan usahanya dengan pemasaran seadanya bahkan tidak memikirkannya. Konsep pemasaran yang dilakukan oleh pedagang kaki lima adalah pemasaran yang dilakukan secara langsung atau proaktif kepada konsumen. Tidak ada pemasaran khusus yang dilakukan oleh pedagang kaki lima. Sebab, mereka berasumsi tempatnya yang strategis, karena lokasi berjualan beradadisekitar pedagang terdapat kompleks pemukiman penduduk yang cukup padat. Sepanjang hari jalan ini banyak dilalui kendaraan yang lalu lalang, karena jalan Kapten Muslim termasuk juga jalan utama yang dilalui oleh banyak kendaraan pada saat hari-hari sibuk ( hari normal bekerja).

Produk yang dihasilkan usaha pedagang kaki lima adalah sesuai kebutuhan pembeli. Pedagang kaki lima hanya menjual sejenis barang yang dijual. Sedangkan dari unsur harga. Harganya yang relatif murah. Mungkin harga adalah salah satu daya tarik konsumen untuk menikmati dagangan kaki lima. Berbeda dengan membeli makanan di lokasi mall/plaza yang jauh lebih mahal.Sehingga keberadaan pedagang juga sangat dibutuhkan oleh konsumen dengan kondisi keuangan yang pas-pasan.

2. Aspek Keuangan

Usaha pedagang kaki lima memiliki modal yang terbatas dalam mengelola usahanya dan belum menetapkan sistem manajerial keuangan secara sistematis atau standar akuntansi. Pedagang kaki lima menganggap usahanya masih usaha skala kecil yang kegiatan produksinya masih tergantung pada permintaan pembeli


(30)

atau pelanggan. Sehingga pedagang kaki lima beranggapan tidak perlunya melakukan perencanaan, pencatatan, dan pelaporan sistem keuangan secara sistematis. Pedagang hanya melakukan perincian keuangan secara kasar tanpa pengarsipan dan pencatatan yang tersistematis.

3. Aspek Sumber Daya Manusia

Adalah unsur orang/manusia yang melayani terutama dalam menjalankan sebuah usaha.Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu aset usaha yang berharga walaupun dalam skala usaha kecil sebab, berkaitan masalah kepribadian, kesetiaan dan kemampuanya.Aspek karakter ini adalah untuk melihat apakah mereka memiliki jiwa berwirausaha atau tidak, atau apa yang dilakukannya ini lebih pada usaha ikut-ikutan karena melihat trend usaha yang berkembang pada saat itu atau memang ia benar-benar memiliki konsep serta model pemikiran berwirausaha.

Hal ini karena usaha pedagang kaki lima hanya skala kecil, semua kegiatan dikelola oleh pemilik usaha sendiri. Pedagang tidak memiliki pegawai yang tetap dalam mengelola usaha. Semua aktivitas kegiatan produksi dijalankan secara aktif oleh pemilik pedagang langsung. Dan itu dilakukan ketika konsumen atau pembeli atau pelanggan datang membeli daganganya. Selain itu, tidak membutuhkan soft skill tinggi. Rata-rata pedagang tidak membutuhkan keahlian untuk memasak ataupun meracik minuman, sebab makanan dan minuman tersebut bisa dikatakan makanan yang sudah setengah jadi, sehingga dapat diolah dengan pengalaman saja.


(31)

4. Aspek Produksi

Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau faedah baru (faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat).Produk adalah hasil dari kegiatan produksi yang berupa barang dan jasa.Produsen adalah orang, badan atau lembaga-lembaga yang menghasilkan produk.Produktifitas adalah suatu perbandingan dari kegiatan yang seharusnya.

Proses produksi adalah rangkaian kegiatan pembentukan, mengubah dan menciptakan untuk meningkatkan nilai suatu barang.Proses ini oleh pedagang kaki limadiawali dengan penyediaan bahan baku. Bahan baku yang telah dipersiapkan, kemudian diolah dengan menggunakan tenaga manusia serta mesin dan ditambah bahan-bahan pembantu. Kegiatan ini berlanjut sampai akhirnya terbentuk barang jadi yang siap dipasarkan.

Proses produksi dilakukan oleh pedagang kaki limayang terus-menerus. Hal ini berdasarkan pada ramalan penjualan dan bukan berdasarkan jumlah pesanan yang masuk. Proses produksi yang terus-menerus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar, sehingga jumlah produk yang dibuat pada umumnya sesuai taksiran jumlah pembeli setiap harinya.

Jenis dan mutu produk yang akan diproduksi oleh pedagang kaki lima adalah produk termasuk produk tidak tahan lama seperti makanan, minuman, sayuran. Dan ada pula yang tahan lama seperti bensin, pulsa, rokok dan lain-lain. Mutu produk oleh pedagang kaki lima cukup baik dan layak. Sebab para pedagang kaki lima sangat mempertimbangkan dan memperhatikan jenis produk. Selain itu, berdekatan dengan sumber bahan baku atau dekat dengan pasar. Berdasarkan jumlah produk yang akan diproduksi hanya berdasarkan perkiraan


(32)

penjualan sehari-harinya. Sifat permintaan terhadap barang yang dijual ada yang musiman dan ada barang dibuthkan setiap hari.

4.2.3. Analisis Lingkungan Faktor Eksternal

Analisis lingkungan eksternal mencangkup pemahaman berbagai faktor di luar usaha yang mengarah pada munculnya kesempatan bisnis / bahkan ancaman bagi pedagang. Bagi pengembangan strategik, analisis ini di butuhkan tidak hanya terbatas pada rincian analisis kesempatan dan ancaman saja tetapi juga untuk menentukan dari mana dan untuk apa hasil analisis itu di pergunakan. Menurut Jatmiko (2004) faktor yang terdapat dalam analisis lingkungan eksternal usaha adalah fisik, ekonomi, sosial politik/hukum, demografi.

1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik merupakan lingkungan alam yang menyediakan sumber daya bagi usaha. Sebagian besar sumber daya alam menyediakan kebutuhan usaha. Tidak terjadi kelangkaan bagi pedagang karena kesulitan mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan. Sehingga tidak harus mencari sumber alternatif guna kelangsungan kegiatan produksi usaha pedagang kaki lima tersebut.

2. Lingkungan Ekonomi

Hal ini berpengaruh terhadap penentuan jumlah permintaan produk dan besarnya biaya yang di keluarkan untuk menghasilkan produk usaha. Lingkungan ekonomi dapat berpengaruh kegiatan usaha dagang. Lingkungan ekonomi memiliki fungsi sebagai penentuan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pedagang. Lingkungan ekonomi yang tidak stabil seperti kenaikan harga bahan baku dan bahan lainnya yang membuat pedagang harus berfikir untuk memenuhi


(33)

kebutuhan produksi dan dengan operasi biaya yang minim. Untuk saat ini, ketidakpastian ekonomi membuat pedagang juga mengalami penurunan produksi.

3. Lingkungan Faktor Politik dan hukum

Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter-parameter hukum dan bagaimana pengaturan perusahaan harus beroperasi. Pemerintah memiliki peran aktif dan besar dalam membuat dan mengatur terutama dalam arah kebijakan penataan pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima sering ditertibkan oleh petugas keamanan (Pol PP). Persoalan ini memang sudah menjadi momok bagi pedagang. Pedagang sering berhadapan dengan petugas keamanan (Pol PP) bahkan berkonflik demi mempertahankan lokasi mereka berjualan. Para petugas dalam menjalankan tugasnya bisa melakukan dengan cara paksaaan maupun ancaman bahkan pengrusakan. Sehingga dapat membuat kerugian material bagi pedagang kaki lima.

4. Lingkungan Sosial dan Budaya

Faktor sosial budaya yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup orang dilingkungan eksternal pedagang. Hal tersebut berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik. Jika sikap sosial berubah, berubah pulalah berbagai jenis permintaan barang. Pembeli sebagai konsumen sering tidak percaya terhadap kebersihan makanan. Ketersediaaan lokasi pembuangan sampah sementara yang sangat minim bahkan dibilang tidak ada menjadikan lokasi usaha terlihat kumuh dan jelek. Yang akhirnya mengakibatkan kesan usaha yang dijalankan jauh dari bersih dan nyaman.Banyaknya pesaing (kompetitor). Usaha pedagang banyak


(34)

yang sejenis dan harga yang bisa saja berbeda atau lebih murah. Jika tidak bertahan dengan persaingan akan tersingkir.

4.3. Analisis Data

4.3.1. Analisis SWOT Pedagang Kaki Lima 4.3.1.1. Faktor Strategi Internal

1. Identifikasi Faktor Kekuatan

Kekuatan adalah suatu keunggulan kompetitif yang terjadi apabila suatu usaha pedagang mampu mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh para pesaingnya. Kekuatan menggambarkan kondisi suatu usaha pedagang yang mampu untuk melakukan semua tugasnya secara baik dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat mencukupi. Adapaun kekuatan (strenght) pedagang kaki lima adalah sebagai berikut

1). Tempatnya yang strategis, karena lokasi berjualan beradadisekitar pedagang terdapat kompleks pemukiman penduduk yang cukup padat. Sepanjang hari jalan ini banyak dilalui kendaraan yang lalu lalang, karena jalan Kapten Muslim termasuk juga jalan utama yang dilalui oleh banyak kendaraan pada saat hari-hari sibuk ( hari normal bekerja).

2). Harganya yang relatif murah. Mungkin harga adalah salah satu daya tarik konsumen untuk menikmati dagangan kaki lima. Berbeda dengan membeli makanan di lokasi plaza yang jauh lebih mahal. Sehingga keberadaan pedagang juga sangat dibutuhkan oleh konsumen dengan kondisi keuangan yang pas-pasan

3). Banyak dijumpai berbagai macam makanan. Hampir kebutuhan untuk makan dan minuman disediakan oleh pedagang kaki lima. Sehingga para


(35)

pekerja yang berada di sekitar pedagang kaki lima tidak kerepotan untuk memilih makanan yang akan dibeli.

4). Buka sejak pagi haridan tutup menjelang malam hari.Sebenarnya tidak ada jadwal khusus untuk berjualan.Bisa dikatakan jadwal berdagang tergantung oleh kesiapan pedagang untuk memulai usahanya.

5). Biaya sewa lokasi relatif murah bahkan bisa gratis.Untuk hal ini memang tidak ada harga tetap untuk menggunakan jasa lokasi berjualan.Pedagang hanya cukup membayar uang preman atau membayar sewa kepada pemilik tanah atau halaman rumah/toko yang mereka gunakan.Dan biasanya tidak terlalu mahal.

6). Modal awal tidak terlalu besar. Kondisi inilah yang secara tidak langsung membuat pedagang kaki lima sangat mudah untuk memulai usahanya. Cukup dengan biaya yang tidak terlalu besar, pedagang sudah bisa memulai usahanya.

7). Tidak membutuhkan soft skill tinggi. Rata-rata pedagang tidak membutuhkan keahlian untuk memasak ataupun meracik minuman, sebab makanan dan minuman tersebut bisa dikatakan makanan yang sudah setengah jadi, sehingga dapat diolah dengan pengalaman saja

8). Ketersediaan bahan baku yang mudah. Untuk membeli bahan baku, pedagang tidak terlalu kesulitan. Banyak toko atau grosir yang menjual peralatan dan bahan baku makanan dan minuman yang tidak jauh pula dari lokasi mereka berjualan.

9). Peralatan produksi bisa dengan alat sederhana.Tidak ada desain khusus untuk para pedagang.Mereka hanya membutuhkan lokasi, tenda atau pun


(36)

meja kursi seadanya untuk para pembeli.Alat-alat yang digunakan juga biasanya dibawa oleh masing-masing pedagang yang biasanya mereka gunakan saat dirumah.

2. Identifikasi Faktor Kelemahan (weaknesses)

Kelemahan oleh pedagang kaki lima adalah faktor internal negatif yang menghambat kemampuan pedagang dalam mencapai tujuannya. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa dituntut untuk dapat meminimalisirkan kelemahan yang dimiliki oleh pedagang. Dengan kata lain, pedagang harus mampu mengidentifikasikan kelemahan sedini mungkin agar dapat meminimalkan kelemahan tersebut dan memaksimalkan kekuatan yang dimilikinya. Faktor kelemahan pada pedagang kaki lima adalah sebagai berikut:

1). Tergantung pada cuaca. Bila siang hari suhu udara sangat panas. Bila hujan, lokasi berjualan basah dan becek atau terkadang banjir. Kondisi ini yang terkadang menyurutkan niat konsumen untuk membeli

2). Kebersihan kurang terjaga. Sisa penjualan yang dibuang disamping atau dibelakang kios mengakibatkan tumpukan sampah berbau. Dinas kebersihan lebih sering terlambat mengangkut sampah walaupun sudah membayar retribusi sampah setiap bulanya.

3). Meja dan bangku sangat terbatas. Akibatnya jumlah konsumen juga terbatas. Kondisi ini bukan disengaja, namun karena memang luas kios yang hanya sekitar1-3 meter saja, hanya cukup untuk satu steling atau gerobak dan 1-2 kursi dan meja.

4). Banyaknya pengamen/uang preman yang membuat para pengunjung maupun pedagang tidak nyaman. Kenyamanan bukan hanya berasal dari


(37)

kondisi warung atau kios, namun bisa datang dari luar. Seperti halnya pengamen yang bisa membuat kenyamanan pembeli merasa risih dan terganggu. Walaupun pengamen tidak melakukan onar di lokasi berjualan para pedagang kaki lima tersebut.

5). Keuangan maupun modal usaha yang dimiliki terbatas. Omzet yang dihasilkan masih terbilang minim. Fokus penghasilan dari berjualan hanya digunakan untuk kehidupan sehari-hari, bukan untuk investasi usaha lebih besar.

4.3.1.2. Faktor Strategi Eksternal

1. Identifikasi Faktor Peluang (Opportunities)

Peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu suatu usaha pedagang mencapai daya saing yang strategis. Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan eksternal pedagang yang membantudalam mencari dan mengetahui apa saja yang menjadi peluang dan kesempatan bagi pedagang dalam menjalankan bisnisnya sehingga pedagang tersebut dapat meraih pangsa pasar dengan keuntungan yang lebih besar. Faktor peluang usaha pedagang kaki lima adalah sebagai berikut:

1. Memberikan peluang usaha untuk banyak orang. Bagi yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi, usaha memang jalan alternatif. Sekaligus hanya dengan modal yang tidak terlalu besar.

2. Dapat membuat tempat usaha yang lebih besar. Dengan modal sedikit dan pendapatan yang besar memberikan peluang untuk mengembangkan usaha yang lebih besar lagi jika mampu memanajemen usaha dengan baik dan benar.


(38)

3. Mendapatkan banyak keuntungan. Tempat yang strategis dan biaya produksi yang minim akan berdampak pada pendapatan usaha yang dijalankan. Kondisi tersebut akan sejalan apabila usaha yang dijalankan memiliki keunikan dan keunggulan yang ditawarkan oleh konsumen. 4. Mempunyai pelanggan yang banyak karna tempat yang strategis. Target

konsumen bukan hanya pekerja, warga sekitar. Namun, lebih jauh memiliki pelanggan yang berasal dari ramainya pengendara motor maupun mobil yang melintas jalan Kapten Muslim

5. Membuat usaha makanan yang lain. Di dalam satu tenda atau kios bisa menjual beberapa varian usaha. Misalnya menjual makanan sekaligus minumanya.

6. Tingkat permintaan barang tinggi. Setiap orang pasti membutuhkan makanan dan minuman setiap hari. Kondisi inilah yang membuat usaha makanan dan minuman tetap bertahan. Sama sepertinya usaha pedagang kaki lima yang lain. Penjual pulsa, sayuran, kue, sayuran dan buah-buahan yang senantiasa selalu dibutuhkan oleh konsumen setiap harinya.

2. Identifikasi Faktor Ancaman (Threats)

Ancaman adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha pedagang untuk mencapai daya saing. Setiap pedagang pasti akan menghindari ancaman yang ada, karena ancaman merupakan hal yang dapat merugikan usaha. Ancaman dalam bisnis tidak dapat dihilangkan dan juga dihindari. Ancaman hanya dapat diminimalisirkan dengan kekuatan yang dimiliki oleh pedagang. Faktor-faktor ancaman usaha pedagang kaki lima adalah sebagai berikut;


(39)

1. Sering terjadi pungutan liar. Pedagang juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika sejumlah preman sekali-kali meminta uang. Dengan alibi bahwa untuk menjaga keamanan setempat.

2. Banyaknya pesaing (kompetitor). Usaha pedagang banyak yang sejenis dan harga yang bisa saja berbeda atau lebih murah. Jika tidak bertahan dengan persaingan akan tersingkir.

3. Sering ditertibkan oleh petugas keamanan (Pol PP). Persoalan ini memang sudah menjadi momok bagi pedagang. Pedagang sering berhadapan dengan petugas keamanan (Pol PP) bahkan berkonflik demi mempertahankan lokasi mereka berjualan. Para petugas dalam menjalankan tugasnya bisa melakukan dengan cara paksaaan maupun ancaman bahkan pengrusakan. Sehingga dapat membuat kerugian material bagi pedagang kaki lima.

4. Konsumen sering tidak percaya terhadap kebersihan makanan. Ketersediaaan lokasi pembuangan sampah sementara yang sangat minim bahkan dibilang tidak ada menjadikan lokasi usaha terlihat kumuh dan jelek. Yang akhirnya mengakibatkan kesan usaha yang dijalankan jauh dari bersih dan nyaman.

5. Bila terjadi hujan lebat,rawan pohon tumbang ataupun banjir. Banjir dan panas suatu hal yang tidak bisa diduga. Persoalannya adalah bagaimana menghadapinya. Sebab usaha yang dijalankan berada pada lokasi badan jalan tepatnya di atas trotoar atau parit yang diberi papan sebagai lantainya. Kalaulah hujan lebat, parit akan menguap dan mengakibatkan


(40)

genangan air di lokasi usaha. Begitu juga kalau cuaca panas, aroma parit akan terasa bauk karena air parit tidak mengalir.

6. Tidak stabilnya harga bahan baku. Krisis ekonomi yang berdampak kenaikan kurs rupiah mengakibatkan sejumlah bahan baku pun menjadi naik. Sehingga biaya produksi menjadi meningkat pula. Sementara para konsumen lebih mencari produk yang dijual berharga murah dan enak. Dilematis memang bagi pedagang. Kenaikan harga yang dilakukan oleh para pedagang terhadap dagangannya terkadang juga tidak terlalu tinggi 7. Adanya pesaing dari jenis dagangan yang sama dengan inovasi baru 4.3.2. Matriks SWOT Sebagai Alat Analisis

Analisis ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pedagang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.kombinasi tersebut menghasilkan empat strategi yaitu strategi SO (strengths-opportunity), strategi WO (weaknesses-opportunity), strategi ST (strengths-threats) dan strategi WT (weaknesses-threats).

Strategi SO menggunakan kekuatan internaluntuk memanfaatkan peluang eksternal. Ini adalah posisi pedagang yang sangat baik, dimana semua pedagang akan mengarahkan usahanya menuju ke kondisi yang memungkinkan mereka untuk menerapkan strategi SO, setelah sebelumnya menggunakan strategi WO, ST dan WT.Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Terkadang pedagang memiliki peluang yang baik, namun karena kelemahan yang dimilikinya, dia tidak dapatmemanfaatkan peluang tersebut menjadi sebuah keuntungan. Misalanya, terdapat permintaan yang cukup besar terhadap barang, namun karena tidak memiliki kemampuan


(41)

untuk memproduksimaka perusahaan menjalin joint venture atau kerjasama dengan pedagang lainnya dalam memproduksi, joint venture tadi adalah bentuk penerapaan strategi WO ini.

Strategi ST menggunakan kekuatan pedagang untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Pedagang pesaing yang meniru ide, inovasi, dan produk yang dipatenkan adalah ancaman utama di banyak pedagang.Hal ini masih menjadi masalah utama pedagang.Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman. Kenyataannya, perusahaan seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan.

1. Strategi Strength-Opportunity

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pedagang dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.

a. Peningkatan kapasitas produksi

Peningkatan kapasitas produksi perlu dilakukan agar usaha tidak mengecawakan konsumen dan proses pendidiran usaha juga tidak menjadi proses yang rumit. Untuk itu, setiap usaha dagang perlu menjual barang lainnya dengan tidak menghilangkan dagangan utama.


(42)

Penerapan harga merupakan strategi salah satu dari pemilik dagangan dalam menerapkan strategi bersaingnya. Terjadi harga yang bersaing pada usaha-usaha yang sejenis di lokasi penelitian. Dimana warung/kios yang menerapkan harga lebih murah, memiliki pelanggan lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Terutama oleh pembeli tetap seperti para pekerja di plaza milenium maupun rumah sakit sari mutiara.

c. Penyediaan barang dagangan sesuai kebutuhan konsumen

Sama seperti kebutuhan akan pakaian yang digunakan setiap hari atau mengikuti perkembangan zaman, kebutuhan makanan dan barang lain juga demikian. Oleh karena itu, pedagang perlu menyediakan dan menjual yang mengikuti perkembangan selera konsumen.

d. Perluasan pangsa pasar

Dari gambaran umum letak usaha dagang ada beberapa pedagang yang posisinya saling berdekatan. Dengan analisis strategi pemasaran yang baik maka sebaiknya pangsa pasar dapat dilakukan dengan membuka usaha baru atau mendesain lokasi dan gerobak menjadi lebih menarik dan baik. Tentunya dengan strategi perencanaan yang matang sehingga tercipta kesan usaha yang berbeda dari yang lain.

e. Memberikan kenyamanan pada pembeli

Kenyamanan pembeli memang kunci dari usaha. Kondisi ini untuk memperkuat eksistensi usaha agar pembeli mau kembali untuk membeli. Sehingga kenyamanan dan layanan merupakan hal yang penting dalam berdagang.


(43)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada;

a. Pengelolaan Keuangan Yang Lebih Baik

Sekalipun usaha ini adalah merupakan usaha kecil, namun perlu diperhatikan laporan keuangan dari usaha ini. Sehingga dapat dibuat rencana keuangan dan keuntungannya dapat lebih jelas dihitung. Tujuan dari rencana keuangan meringkaskan secara terperinci tentang biaya-biaya pengembangan usaha, dan memproyeksikan kebutuhan biaya pokok dalam rumah tangga

b. Meningkatkan Efisiensi Biaya

Para pedagang usaha ini menggunakan modal yang berasal dari dana sendiri. Dimana dana itu sendiri sangat terbatas jumlahnya, sedang mereka tidak familiar dengan lembaga keuangan atau kredit di bank. Maka untuk itu, perlu mengintensifkan dan pengefisienkan biaya karena untuk modal awal saja mereka mengeluarkan dana yang sangat berat dan sulit. Walaupun dana yang dibutuhkan kecil namun itu tetap sulit bagi pedagang.

c. Fasilitas Kios/Gerobak Yang Menarik dan Layak

Pandangan pertama memang berlaku untuk usaha. Sehingga pedagang harus membuat orang tertarik untuk menghampiri dagangan kita. Dengan tampilan yang menarik dengan kesan yang bersih, konsumen akan otomatis tertarik untuk membeli dan melihat usaha yang dijual.

3. Strategi Strength-Threat

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman yang ada;


(44)

Daya saing sangatlah penting dalam keberhasilan usaha. Usaha kecil memiliki daya saing bila pelanggannya memperoleh kesan bahwa produk atau dagangannya lebih baik daripada usaha pesaing lainnya. Dengan persaingan yang semakin kompleks dalam jumlah unit dagangan yang sejenis, para pedagang harus mampu memiliki strategi tersendiri untuk meraih pasar pembeli. Namun, strategi yang dimiliki usaha tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang ditetapkan oleh dinas kesehatan. Hal ini untuk menghindari kecurangan yang bisa membahayakan konsumen.

b. Pemusatan Pada Produk Barang dan Kepuasan Pelanggan

Banyak hal yang membuat usaha kaki lima menjadi kurang menarik bagi konsumen, terbilang kumuh dan jorok. Hal ini membuat kurangnya kesetiaan pembeli untuk selalu membeli di tempat usaha mereka. Mereka harus menyadari bahwa segala sesuatu yang ada dalam usaha dagang, termasuk usaha itu sendiri bergantung kepada kepuasan pelanggan. Pedagang harus selalu berupaya menemukan hal-hal yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen, dan yang terpenting dengan memberikan kenyamanan dan layanan yang baik kepada pembeli.

c. Mempertahankan Ciri Khas Produk

Dengan strategi ini, cita rasa produk dan kualitas yang terjamin akan tetap mampu bersaing dengan produk lain. Konsumen lebih senang untuk membeli dan merasakan hal-hal yang unik dan baru. Maka tidak ada salahnya pedagang selalu berimprovisasi dengan kreatif.

d. Memperbaiki Lokasi Dagang Menjadi Lebih Baik 4. Strategi Weaknesses- Threats


(45)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.

a. Perhatikan Kebersihan dan Kenyamanan

Kebersihan dan kenyamanan adalah hal utama dan menentukan dalam usaha dagang. Maka pedagang harus menaikkan tingkat kenyamanan dan kebersihan usahanya. Hal ini untuk mendapatkan kesan baik dan mengenai kepuasan pembeli.

b. Membeli Bahan Baku Termurah dan Berkualitas

Membeli bahan baku murah oleh pedagang bukanlah hal mudah jika kita tidak mengetahui lokasi distributornya. Padahal membeli yang murah untuk meminimalkan pengeluaran saat produksi. Oleh karena itu pedagang harus jeli untuk mengetahui distributor yang menjual bahan baku dengan harga lebih murah, namun dengan kualitas yang baik. Dengan demikian pedagang dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan pengeluaran minim.

c. Barang Dagang Baik dan Murah

Memberikan produk yang baik dan murah bahkan dengan inovasi yang baru. Ide kreatifitas memang dituntut untuk menghadapi pesaing lain. Sehingga tidak menimbulkan kesan monoton dari usaha yang diperdagangkan. Tidak harus mahal, kesan yang baik dan murah dari kemasan dagang akan menimbulakn ketertarikan konsumen untuk membelinya.

d. Inovasi Baru

Strategi untuk menghadapi kelemahan juga termasuk menciptakan inovasi dalam pengemasan produk, penambahan jenis produk jual agar memiliki daya tarik dan daya saing tinggi.


(46)

Tabel4.1: Matrik Analisis SWOT Internal

Eksternal

Strenght (S)/Kekuatan Weaknesse (W)/Kelemahan 1. Tempatnya yang strategis

2. Harganya yang relatif murah

3. Banyak dijumpai berbagai macam makanan

4. Buka sejak pagi haridan tutup menjelang malam hari

5. Biaya sewa lokasi relatif murah bahkan bisa gratis 6. Modal awal tidak terlalu

besar

7. Tidak membutuhkan soft skill tinggi

8. Ketersediaan bahan baku yang mudah

9. Peralatan produksi bisa dengan alat sederhana

1. Tergantung pada cuaca. 2. Kebersihan kurang

terjaga

3. Meja dan bangku sangat terbatas 4. Banyaknya

pengamen/uang preman

5. Keuangan maupun modal usaha yang dimiliki terbatas

Opportunity (O) Peluang Strategi SO Strategi WO

1. Memberikan peluang usaha untuk banyak orang

2. Dapat membuat tempat usaha yang lebih besar 3. Mendapatkan banyak keuntungan 4. Mempunyai pelanggan yang banyak karna tempat yang strategis

5. Membuat usaha makanan yang lain 6. Tingkat permintaan

barang tinggi

1. Peningkatan kapasitas produksi

2. Penerapan harga yang terjangkau konsumen 3. Penyediaan barang

dagangan sesuai kebutuhan konsumen 4. Perluasan pangsa pasar 5. Memberikan kenyamanan

pada pembeli

1. Pengelolaan kebersihan dan kenyamanan lebih baik.

2. Fasilitas dibuat

semenarik mungkin dan layak

3. Pengelolaan Keuangan Yang Lebih Baik 4. Meningkatkan Efisiensi

Biaya

5. Menjalin komunikasi yang baik dengan instansi terkait

Treath (T)/Ancaman Strategi ST Strategi WT

1. Sering terjadi pungutan liar 2. Banyaknya pesaing

(competitor) 3. Sering ditertibkan

1. Mengembangkan daya saing usaha

2. Pemusatan Pada Produk Barang dan Kepuasan Pelanggan

1. Perhatikan Kebersihan dan Kenyamanan 2. Membeli Bahan Baku

Termurah dan Berkualitas


(47)

oleh petugas

keamanan (Pol PP). 4. Konsumen sering

tidak percaya terhadap kebersihan makanan

5. Bila terjadi hujan lebat, rawan pohon tumbang ataupun banjir

6. Tidak stabilnya harga bahan baku 7. Adanya pesaing

dari jenis dagangan yang sama dengan inovasi baru

3. Mempertahankan ciri khas cita rasa produk dan meningkatkan kualitas produk agar tetap mampu bersaing dengan produk lain.

4. Memperbaiki lokasi dagang menjadi lebih baik

3. Memberikan produk barang yang baik dan murah bahkan dengan inovasi yang baru. 4. Menciptakan inovasi

dalam pengemasan produk,penambahan jenis produk

agarmemiliki daya tarik yang tinggi.

4.3.3. HasilAnalisis Matriks SWOT

Hasil yang diperoleh dalam pengolahan data, selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan strategi yang harus dilakukan. Dari pengolahan data diperoleh matriks SWOT yang menunjukkan gambaran keseluruhan dari kondisi internal dan eksternal. Matriks SWOT tersebut yang akan dijadikan pedoman dalammenentukan setiap strategi yang harus dilakukan.

4.3.3.1. Deskripsi Analisis Matriks SWOT

Matriks SWOT yang diperoleh dari pengolahan data menunjukkan hasil yang tergambarkan secara menyeluruh. Gambaran ini selanjutnya akan menunjukkan setiap strategi yang kemungkinan dapat dilakukan oleh pihak pedagang.


(48)

1. Analisis Faktor Kekuatan a. Reputasi Pedagang

Reputasi pedagang selama ini sudah mulai baik. Walaupun masih terbilang kumuh, pedagang selalu menjaga kualitas dan harga dagangan agar tetap terjangkau. Selain itu pedagang juga selalu berusaha memenuhi permintaan konsumen dengan baik. Hal ini yang menjadikan kekuatan perusahaan sehingga kecenderungan konsumen untuk berpindah sangat kecil.

b. Keputusan Pembeli

Pembeli dari produk yang dihasilkan oleh pedagangberasaldari berbagai kalangan, baik kalangan menengah ke bawah maupun menengahkeatas karena pedagang menjual berbagai kebutuhan pokok orang banyak dengan harga yang terjangkau. Kepercayaan pembeli terhadap produk yang dihasilkan dan dijual cukup tinggi. Sampai saat ini pedagang belum pernahmenerima komplain dari konsumen mengenai produk yang dijual. Selain itu,dari pihak konsumen juga merasa puas dengan produk yang dihasilkan oleh pedagang

c. Kualitas produk

Selama ini pedagang selalu menjaga kualitas produknyadengan cara memproduksi makanan dan minuman tidak menggunakan borak atau zat kimia yang berbahaya bagi tubuh. Hal itu dapat menghindari resikokerugian bagi pedagang jika ketahuan menggunakan bahan zat kimia berbahaya.

d. Keahlian Yang Cakap Dan Pengalaman

Rata-rata pedagang sudah menjalankan produksinya selama 1-3 tahun. Dengan pengalaman selam itu, pedagang sudah menghadapi berbagai macam perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal. Selain itu, pedagang ini


(49)

merupakan mata pencaharian utama sehingga keseriusan sangat diutamakan baik dari pengalamannya sendiri maupun informasi dari orang sekitar. Banyaknya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki pemilik usaha merupakan kekuatan yang dimiliki pedagang untuk dapat mengantisipasi perubahan yangterjadi di lingkungan usaha.

e. Kecil Resiko

Pedagang mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam proses pembuatan makanan dan minuman. Selain itu proses pembuatan makanan dan minuman atau barang dagangan lainnya sangat sederhana dan tidak rumit, sehingga resiko kegagalan dalam produksi sangat kecil atau hampir tidak ada. Kecilnya resiko kegagalan dalam produksi dapat mengurangi resiko kerugian. 2. Analisis Faktor Kelemahan

a. Perhatikan Kebersihan dan kenyaman

Usaha dagang kaki lima sangat membutuhkan inovasi dalam pengemasan produk, penambahan jenis produk agar memiliki daya tarik yang tinggi. Mengadakan kerja sama dengan pedagang lain di luar wilayah agar proses pendistribusian lebih luas. Memberikan produk barang yang baik dan murah bahkan dengan inovasi yang baru. Bahkan menciptakan inovasi dalam pengemasan produk, penambahan jenis produk agar memiliki daya tarik yang tinggi.

3. Analisis Faktor Peluang a. Perbaikan produktivitas

Adanya teknologi yang semakin berkembang dewasa ini dapat dimanfaatkan pedagang dalam memperbaiki produktivitasnya dengan cara


(50)

meningkatkan kualitas produk dan kehandalan dalam memenuhi kebutuhankonsumen.

b. Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi yang terus mengalami kemajuan membawa dampak yang cukup besar pada perkembangan usaha. Kemajuan teknologi dapat meningkatkan perkembangan usaha. Perkembangan teknologiinformasi dan komunikasi juga sangat berpengaruh pada perkembangan usaha Adanya teknologi internet membawa kemudahan bagi pedagang dalam mengembangkan usahanya. Persaingan dunia usaha yang cukup tinggi membuat beberapa pedagang menggunakan fasilitas internet sebagaimedia promosi untuk meningkatkan volume penjualan.

c. Posisi Produk Dalam Pandangan Pembeli

Pedagang kaki lima biasanya mempunyai pelanggan tetap dan tidak tetap yaitu dari para pekerja disekitar kios dan dari masyarakat yang melintas. Pedagang yang memiliki konsumen tetap yang biasanya langsung datang ke lokasi jualan untuk membeli. Kapasitas produksi dagangan yang cukup besarmempunyai peluang untukmeningkatkan jumlah konsumen dengan mengadakan kerjasama dengan kios lain di sekitar.Kepercayaan pembeli terhadap produk yang dihasilkan pedagang cukup tinggi. Sampai saat ini pedagang belum pernah menerimakomplain dari pembeli mengenai produk yang dijual. Karena pembeli cukupmerasa puas dengan produk yang dihasilkan oleh pedagang.


(51)

4. Analisis Faktor Ancaman

a. Kenaikan nilai tukar mata uang asing

Kenaikan nilai tukar mata uang asing akhir-akhir ini sangat fluktuatif. Hal ini dapat mempengaruhi kegiatan produksi pedagang. Kenaikan nilai tukar mata uang asing dapat berpengaruh juga pada kenaikan harga bahan baku produksi. Ini disebabkan pada waktu harga bahan baku naik, kapasitas produksi menurun dan harga jual meningkat. Padahal disatu sisi konsumen menuntut harga rendah. Kenaikan nilai tukar mata uang asing dapat menjadi ancaman tersendiri bagi pedagang dalam mempetahankan loyalitas konsumen.

b. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat

Kondisi sosial masyarakat terus mengalami perkembangan dan cenderung berubah-ubah. Pada masa sekarang ini gaya hidup masyarakat yang serba cepat menuntut konsumsi produk yang cepat saji dan instan, bersih, enak dan murah. Pedagang harus mampu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan sosial yang selalu berubah. Produk yang dijual pedagang merupakan produk yang dapat langsung dikonsumsi sehingga gaya hidup masyarakat yang serba cepat dan instan dapat menjadi peluang pedagang untuk terus meningkatkan penjualan usahanya.

c. Pangsa Pasar Pesaing

Pedagang yang menghasilkan dan memasarkan produk sejenis semakin banyak, hal ini terjadi karena pergeseran dalam hal perilaku konsumen, serta peningkatan kemampuan ekonomi pelanggan yang mengubah orientasi mereka dari harga ke kualitas produk dan pelayanan. Ini yang menjadi ancaman bagi pedagang, karena pedagang sampai saat ini hanya memperhatikan harga, abai


(52)

terhadap rasa kenyamanan. Hal itu dapat menjadi ancaman bagi pedagang untuk dapat memperluas dan memperbaiki lokasi usaha.

d. Struktur Biaya Produksi Dan Adminitrasi

Sampai saat ini pedagang belum memiliki catatan struktur biaya produksi dan administrasi karena pengelolaan manajemen dan keuangan pedagang dilakukan sendiri oleh pemilik usaha. Pemilik usaha hanya melakukan pencatatan keuangan secara sederhana dan belum menggunakan sistem akuntansi keuangan secara teratur. Pencatatan keuangan hanya dilakukan seperlunya saja sehingga proses keluar masuknya modal usaha tidak dicatat secara teratur dan berkala. 4.3.4. Rumusan Strategi Usaha Pedagang Kaki Lima

a. Meningkatkan kapasitas produksi secara ekonomis dengan mutu yang baik.

Dalam hal ini pedagang selalu meningkatkan kualitas produksinya dengan memperhatikan mutu produk. Untuk menjaga kualitas produk pedagang selalu memperhatikan bahan baku seperti kualitas yang akan digunakan dalam produksi serta bahan-bahan yang digunakan dalam produksi. Selain itu pedagang juga selalu menjaga higienitas tempat dan proses produksi dan peningkatan pengawasan dan pengendalian kualitas bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan makanan dan minuman. Kendalanya adalah pedagang belum bisa memanfaatkan teknologi yang ada untuk meningkatkan kualitas produk.

b. Maksimalisasi kenyamanan dan hargadengan volume yang optimal Kenaikan dan fluktuasi bahan baku membuat produksi dan harga menjadi tidak menentu, sehingga pedagang dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Untuk itu dalam mengatasinya dengan selalu


(53)

mempertahankan kualitas produk. Selain itu pelayanan konsumen juga harus ditingkatkan oleh pedagang untuk mempertahankan loyalitas konsumen terhadap produk yang dihasilkan pedagang. Karena dengan peningkatan kualitas produk dan pelayanan konsumen yang diberikan pedagang akan memberikan kepuasan kepada konsumen.

Kepuasan konsumen terhadap apa yang diberikan pedagang akan meningkatkan loyalitas konsumen terhadap usaha. Sehingga ketika harga bahan baku naik dan kapasitas produksi tidak menentu, konsumen akan mengerti dan menerima keputusan pedagang. Kendala yang harus dihadapi adalah berubahnya harga bahan baku sewaktu-waktu sehingga membuat kesulitan bagi pedagang untuk menentukan harga

c. Menggunakan kelebihan produksi untuk pangsa pasar luar

Pedagang tidak pernah menggunakan kelebihan produksi untuk pangsa luar.Selama ini hanya terbatas pada konsumen sekitar yang menjadi pelanggantetap. Seharusnya pedagang bisa memanfaatkan kelebihan produksi untukmemperluas jaringan pemasaran sehingga dapat meningkatkan volume penjualandan pada akhirnya akan membantu pedagang untuk terus berkembang. Hal inidapat dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pedagang yang berbeda. Kendalanyaadalah kurangnya kegiatan promosi dan pemasaran yang baik yang dilakukanoleh pedagang.

4.4. Pembahasan

1. Idealitas Dan Realitas Pedagang Kaki Lima

Memperhatikan keberadaan para pedagang kaki lima , di sejumlah wilayah di Kota Medan terus bertambah, meski upaya penataan terus dilakukan Pemko


(54)

Medan termasuk di wilayah jalan Kapten Muslim. Karena pedagang kaki lima di satu sisi terkait dengan perekonomian rakyat dan di sisi lain kehadiran kepentingan umum, khususnya masalah lalu lintas.Selama ini sering terjadi penggusuran pedagang kaki lima tanpa mencarikan solusi baik pengaturan zona waktu dan tempat berjualan.Banyak areal badan jalan digunakan para pedagang kaki lima sebagai tempat berjualan.Kondisi ini bisa dilihat di Jalan Kapten Muslim.Di sepanjang jalan tersebut, pedagang umumnya berjualan di badan jalan sehingga mengganggu pengguna jalan dan akhirnya menciptakan kemacetan arus lalu lintas.

Hingga kini di kota Medan, masih belum ada Peraturan Daerah (Perda) mengatur keberadaan para pedagang kaki lima. Konsekwensinya, menyebabkan pedagang kaki limakerap dijadikan biang berbagai aspek negatif. Dianggap merusak keindahan kota, dianggap menimbulkan kemacetan. Berbagai stigma-stigma negatif yang menimpa para pedagang kaki lima. Sungguh memprihatinkan keadaan pedagang kaki lima di Kota besar khususnya di Medan.

Kalau saja sudah ada Perda yang mengatur keberadaan para pedagang kaki lima, pedagang kaki lima tidak selamanya akan tetap menjadi pedagang kaki lima. Dengan adanya Perda yang mengatur keberadaannya, sehingga tidak lagi akan dihadapkan pada keterpaksaan harus berpindah-pindah, lantaran adanya penertiban. Perda mengatur keberadaan tersebut, juga diharapkan akan mampu meminimalisir sekaligus menghapus tindakan pungutan liar (pungli). Selain itu kerap menjadi sasaran penertiban, baik dengan pendekatan persuasif maupun pendekatan refresif yang selalu menimpa para pedagang kaki lima tersebut.


(55)

Sebenarnya mereka pedagang kaki lima ketika ditanyakan secara jujur, tidak seorang pun berkeinginan selamanya tetap bertahan dengan kondisi seperti itu menjadi pedagang di pinggir jalan.Suatu masa pasti memiliki harapan punya etalase dagangan permanen yang tertata lebih apik dan asri.

Diakui oleh salah seorang responden pedagang mengatakan, kalau pembinaan dilakukan terhadap para pedagang kaki lima, mungkin kehidupan bisa menjadi lebih baik. Apalagi seandainya Pemko Medan dapat mencarikan solusi bagi pengadaan lokasi kios dagangan, sehingga tak perlu lagi berpindah-pindah, dan mereka pun siap direlokasi ke tempat yang baik.

2. Pedagang Kaki Lima Dan Pengembangan Usaha

Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa pedagang kaki lima setidaknya masih mampu bersaing dengan pedagang lain. Karena pedagang biasanya sudah mempunyai pelanggan tetap sehingga kegiatan produksi masih berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kebutuhan akan kebutuhan pokok pasti selalu dibutuhkan. Sehingga perlu pemasaran yang lebih banyak. Karena semakin luas area pemasarannya akan memberikan keuntungan yang banyak bagi pedagang serta juga menjadi semakin berkembang.

Tetapi untuk melakukan perluasan daerah pemasaran banyak kendala yang harus dihadapi oleh pedagang diantaranya dibutuhkan modal yang besar untuk biaya produksi, sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan distribusi. Dengan adanya daerah perluasan pemasaran ini secara tidak langsung akan meningkatkan kapasitas produksi bagi pedagang. Untuk itu pedagang harus bisa mengatasi masalah tersebut dengan cara memperbaiki sumber daya manusia yang ada serta menambah tenaga kerja dan menambah jam kerja serta modal.


(56)

Dari hasil penelitian diatas strategi yang dihasilkan dalam pengembangan usaha adalah pedagang ingin meningkatkan kualitas produk dan mengembangkan usahanya bahkan daerah pemasarannya ke pangsa pasar yang lebih luas. Dengan memperluas daerah pemasaran maka akan semakin meningkat juga perkembangan usaha.

Bentuk usaha pedagang kaki lima sekarang ini merupakan usaha perorangan karena pengelola perusahaan hanya pemilik usaha itu sendiri. Oleh karena itu, manajemen terhadap kebersihan, kenyaman dan manajemen keuangan dan manajemen sumber daya manusianyakurang tertata dengan baik. Seiring berjalannya waktu pedagang dapat berkembang menjadi perusahaan yang lebih terorganisasi, jika sehinggamanajemen keuangan dan manajemen sumber daya manusianya bisa tertatadengan baik.

Kaitannya dengan strategi pengembangan usaha perusahaan harus meningkatkan kinerja usaha dan kenyamanan pembeli karena hal ini berpengaruh pada perkembangan usaha kedepannya. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara selalumeningkatkan kualitas produknya sehingga kepercayaan konsumen akan produk yang dijual semakin meningkat. Bahan baku juga menjadipenting karena kegiatan produksi tergantung pada harga pemasok dalam membeli bahan baku. Begitu juga dengan kepercayaan bank peminjam modal, apabilaperusahaan dapat bekerja sama dengan baik kepada peminjam modal makapedagang akan mendapat kepercayaan dari peminjan modal dalam membantu permodalan di usaha pedagang kaki lima.


(57)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil atas penentuan strategi bersaing melalui analisis SWOT dengan melakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal pada pedagang kaki lima adalah :

1. Faktor internal dalam menentukan strategi bersaing pada pedagang kaki lima terdiri dari kekuatan meliputi :(a) Tempatnya yang strategis, karena lokasi berjualan beradadisekitar pedagang terdapat kompleks pemukiman penduduk yang cukup padat. (b) Harganya yang relatif murah. Berbeda dengan membeli makanan di lokasi plaza yang jauh lebih mahal. Sehingga keberadaan pedagang juga sangat dibutuhkan oleh konsumen dengan kondisi keuangan yang pas-pasan. (c)Banyak dijumpai berbagai macam makanan. Hampir kebutuhan untuk makan dan minuman disediakan oleh pedagang kaki lima. (d) Buka sejak pagi hari dan tutup menjelang malam hari. (e) Biaya sewa lokasi relatif murah bahkan bisa gratis. Untuk hal ini memang tidak ada harga tetap untuk menggunakan jasa lokasi berjualan. (f) Modal awal tidak terlalu besar. Kondisi inilah yang secara tidak langsung membuat pedagang kaki lima sangat mudah untuk memulai usahanya.(g)Tidak membutuhkan soft skill tinggi. Rata-rata pedagang tidak membutuhkan keahlian untuk memasak ataupun meracik minuman, sebab makanan dan minuman tersebut bisa dikatakan makanan yang sudah setengah jadi, sehingga dapat dengan pengalaman saja. (h) Ketersediaan


(1)

4. Bapak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, M.sp, selaku administrator Program Studi Ilmu

Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara Medan yang telah banyak membantu penulis selama kuliah dalam menyelesaikan keperluan surat-menyurat, serta memberikan motivasi dan masukan yang luar biasa selama menjalani perkuliahan.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara Medan tanpa terkecuali yang telah banyak memberikan ilmu, motivasi, masukan serta bimbingan untuk kehidupan yang lebih baik. 7. Pedagang Kaki Lima Jalan Kapten Muslim Medan, Bapak, Ibu yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian membantu penulis mengumpulkan data-data yang di perlukan dalam penelitian ini. 8. Para Sahabat Black District dan Keluarga penulis yang selalu mendukung,

menyemangati dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Orang-orang di sekeliling penulis, yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 10.Teman-teman di saat masa perkuliahan mengerjakan tugas dan berbagi

cerita.

11.Seluruh teman-teman mahasiswa Administrasi Niaga/Bisnis lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, khususnya angkatan 2009 kelas B yang telah saling mendukung, memotivasi dan mendoakan satu sama lain. Terima Kasih atas kebersamaannya selama perkuliahan ini.

12.Terakhir, kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih buat segalanya.


(2)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, November 2015 Penulis

M.Febri Utomo 090907048


(3)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1Latar Belakang ...

1.2Perumusan Masalah ... 1.3Batasan Masalah... 1.4Tujuan Penelitian ... 1.5Manfaat Penelitian ... BAB II KERANGKA TEORI ... 2.1.Pedagang Kaki Lima ... 2.1.1.Pengertian Pedagang Kaki Lima ... 2.2.Analisis SWOT ... 2.2.1.Pengertian Analisis SWOT ... 2.2.2.Faktor Lingkungan Dalam Analisis SWOT ... 2.2.3.Metode SWOT ... 2.2.4.Persiapan Dalam Melakukan Analisis SWOT ... 2.2.5.Matriks SWOT... 2.2.6.Pilihan Alternatif Strategi ... 2.3.Strategi ... 2.3.1.Konsep Strategi ... 2.3.2.Tipe-Tipe Strategi ... BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1. Metode Penelitian ... 3.2. Lokasi Penelitian ... 3.3. Metode Pengumpulan Data ... 3.4. Informan Penelitian ... 3.5.Jenis dan Sumber Data ... 3.6.Metode Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN ... 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 4.1.1. Persoalan Pedagang Kaki Lima ... 4.1.2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima ... 4.1.3. Kondisi Usaha Pedagang Kaki Lima ... 4.2. Penyajian Data ...

i iv vi vii 1 1 7 7 7 8 9 9 9 15 15 19 23 25 25 32 32 32 34 40 40 41 41 42 43 44 45 45 45 51 54 58


(4)

4.2.1. Analisis Lingkungan Usaha Pedagang Kaki Lima ... 4.2.2. Analisis Lingkungan Faktor Internal ... 4.2.3. Analisis Lingkungan Faktor Eksternal ... 4.3. Analisis Data ... 4.3.1. Analisis SWOT Pedagang Kaki Lima ... 4.3.1.1. Faktor Strategi Internal ... 4.3.1.2. Faktor Strategi Eksternal ... 4.3.2. Matriks SWOT Sebagai Alat Analisis ... 4.3.3. Hasil Analisis Matriks SWOT ... 4.3.3.1. Deskripsi Analisis Matriks SWOT ... 4.3.4. Rumusan Strategi Usaha Pedagang Kaki Lima ... 4.4. Pembahasan ... BAB V PENUTUP ... 5.1. Kesimpulan ... 5.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... Lampiran

58 59 64 66 66 66 69 72 79 79 84 85 89 89 91 93


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosis SWOT ... 27 Tabel 2.2 Matriks SWOT ... 28 Tabel 4.1 Matriks Analisis SWOT ... 78


(6)

DAFTAR GAMBAR