84
antara variabel sikap syukur dan variabel kesejahteraan subjektif adalah hubungan yang signifikan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Masa remaja dapat dikatakan sebagai tahap perkembangan manusia yang labil. Hal ini sesuai dengan pendapat Hall Santrock, 2007: 6 yang
menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa badai dan stress storm and stress, yaitu masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana
hati. Pada kondisi yang labil sikap syukur sangat dibutuhkan untuk mengekspresikan emosi positif maupun negatif dari remaja tersebut. Karena
dengan bersyukur dapat mendorong seseorang untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Semakin banyak siswa yang bersyukur semakin banyak ia
akan menerima. Semaki jauh siswa mengingkari, semakin berat beban yang akan dirasakannya seperti kecewa, frustasi, tidak puas, dan pada akhirnya
akan mengganggu perkembangan dan pertumbuhannya. Sikap syukur yang ditandai dengan pengakuan subjek terhadap nikmat
Allah, berterimakasih atas nikmat, dan menjadikan nikmat sebagi sarana untuk meraih ridha Allah yang akan menjadikan siswa merasa sejahtera. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian McCullough dkk 2003: 377 yang menunjukan
bahwa orang yang bersyukur menganggap hidup merupakan sebuah hadiah dan menyebabkan ia lebih jarang melakukan sesuatu demi
sebuah imbalan, tidak mudah iri dengan keberhasilan orang lain. Selain itu mereka cenderung tidak materialistik dan menunjukan lebih banyak sikap
85
prososial di mana ia akan cenderung menunjukan empati dan lebih mudah merasa bahagia karena perasaan sanggup untuk berbagi dengan orang lain
akan memberikan perasaan bahwa ia masih bermanfaat dan dibutuhkan. Pengakuan nikmat tersebut akan bermacam-macam, dimulai dari
nikmat kesehatan, nikmat kehidupan, keluarga yang utuh, saudara dan teman- teman yang dicintai bahkan sikap syukur seorang hamba dapat tercipta dalam
cobaan atau situasi tersulit sekalipun. Dengan mengakui nikmat Allah, maka manusia akan menyadari bahwa mereka hanyalah hamba Allah yang tidak
memiliki daya dan kekuatan atas apapun. Siswa yang senantiasa bersyukur akan selalu merasa cukup dan tidak berambisi atas segala hal yang bersifat
duniawi. Sikap hidup tersebut kemudian melahirkan hati yang tenang dan kemudian menjadikan siswa merasa sejahtera dengan kehidupannya.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Mardha dan Hadi 2010: 2 yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
subjektif salah satunya adalah Agama, dicerminkan dalam perilaku religius seperti selalu bersyukur atas apapun nikmat yang telah diberikan. Siswa yang
memiliki sikap syukur mampu melihat sesuatu secara positif baik terhadap kejadian baik maupun buruk dalam hidup mereka. Meraka meyakini bahwa
dibalik setiap kejadian terdapat hikmah yang dapat dijadikan pelajaran dan percaya bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik baginya. Pikiran-pikiran
positif yang dikembangkan tersebut akan berdampak pada tenangnya jiwa siswa yang bersangkutan, dan akan mengantarkannya pada kesejahteraan. Hal
tersebut senada dengan pendapat Louis Diener 2011: 355 yang