Pendekatan-pendekatan Teori Kesejahteraan Subjektif
39
f. Pendidikan, yang memungkinkan individu untuk lebih maju dalam
mencapai tujuan atau beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya.
g. Kepribadian. h. Tujuan, individu bereaksi positif ketika tujuannya
mengalami peningkatan, dan sebaliknya.
i. Perilaku coping yang efektif.
Jadi dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif antara lain penilaian
mengenai kesehatannya, kebutuhan dasar, kemakmuran, agama, pernikahan, pendidikan, kepribadian, tujuan, dan bagaimana individu
dapat memecahkan masalah secara efektif. Sementara itu Jati Ari, 2010: 119-120 menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif sebagai berikut: a. Harga diri positif
Harga diri merupakan prediktor yang menentukan kesejahteraan subjektif. Harga diri yang tinggi akan menyebabkan seseorang
memiliki kontrol yang baik terhadap rasa marah, mempunyai hubungan yang intim dan baik dengan orang lain, serta mampu bekerja
secara maksimal.
Hal ini
akan menolong
individu untuk
mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal yang baik dan menciptakan kepribadian yang sehat.
40
b. Kontrol Diri Kontrol diri diartikan sebagai keyakinan individu bahwa ia akan
mampu berperilaku dalam cara yang tepat ketika menghadapi suatu peristiwa. Kontrol diri ini akan mengaktifkan proses emosi, motivasi,
perilaku dan aktifitas fisik. Dengan kata lain, kontrol diri akan melibatkan
proses pengambilan
keputusan, mampu
mengerti, memahami serta mengatasi konsekuensi dari keputusan yang telah
diambil serta mencari makna atas peristiwa tersebut. c. Ekstrovert
Individu dengan kepribadian ekstrovert akan tertarik pada hal-hal yang terjadi di luar dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya.
Kepribadian ekstrovert secara signifikan akan memprediksi terjadinya kesejahteraan individual. Orang-orang dengan kepribadian ekstravert
biasanya memiliki teman dan relasi sosial yang lebih banyak, mereka juga memiliki sensitivitas yang lebih besar mengenai penghargaan
positif pada orang lain. d. Optimis
Secara umum, orang yang optimis mengenai masa depan merasa lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi
dirinya dengan cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap hidupnya, sehingga memiiki impian dan harapan yang positif
tentang masa depan. Kesejahteraan psikologis akan tercipta bila sikap optimis yang dimiliki oleh individu bersifat realistis.
41
e. Relasi Sosial yang Positif Relasi sosial yang positif akan tercipta bila adanya dukungan sosial
dan keintiman emosional. Hubungan yang di dalamnya ada dukungan dan keintiman akan membuat individu mampu mengembangkan harga
diri, meminimalkan
masalah-masalah psikologis,
kemampuan pemecahan masalah adaptif, dan membuat individu menjadi sehat
secara fisik. f.
Memiliki arti dan tujuan dalam hidup Dalam beberapa kajian, arti dan tujuan hidup sering dikaitkan dengan
konsep religiusitas. Emmons, dkk dalam Raditya Dewi 2011: 22 menyatakan bahwa mempunyai sebuah tujuan merupakan hal yang
penting bagi seseorang, dan kemajuan terhadap pencapaian tujuan tersebut adalah hal yang penting bagi kesejahteraan subjektif.
Berdasarkan uraian di atas faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif adalah harga diri positif, kontrol diri, keterbukaan, optimis terhadap hidup yang dijalaninya, relasi sosial
yang positif, dan memiliki arti dan tujuan dalam hidup. Melalui
penelitiannya di
Inggris Bradshaw,
dkk 2009
menyatakan bahwa
kondisi kesejahteraan
subjektif pada
remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Gender, dijelaskan bahwa laki-laki memiliki tingkat personal well being dan family well being yang lebih tinggi daripada perempuan,
42
sementara perempuan memiliki tingkat well being di sekolah yang lebih tinggi.
b. Usia, pada personal well being, usia memberikan pengaruh positif, namun tidak konsisten, sementara pada domain kesejahteraan subjektif
yang lain tidak memiliki pengaruh. c. Tipe keluarga, remaja yang hidup pada keluarga normal cenderung
memiliki kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi pada semua domain dari pada remaja yang hidup dalam keluarga single parents.
d. Etnis, remaja beretnis India, personal kesejahteraan subjektif yang dimiliki cenderung lebih tinggi dibandingkan anak-anak dari etnis
Pakistan atau Bangladesh. e. Afiliasi
keberagaman, pada domain personal kesejahteraan, level paling tinggi dimiliki remaja dengan agama Kristen, sementara pada
domain family well being, level yang paling tinggi dimiliki remaja dengan agama Islam.
f. Disability, memiliki pengaruh terhadap semua domain kesejahteraan
subjektif, kecuali pada family well being. g. Kesulitan belajar, memiliki pengaruh negatif terhadap semua domain
kesejahteraan subjektif. h. Status ekonomi, remaja yang hidup dalam kondisi ekonomi rendah,
cenderung memiliki kesejahteraan subjektif yang rendah juga. Sesuai dengan uraian di atas faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif gender, usia, tipe keluarga, etnis, afiliasi