Keberhasilan secara produk dapat dilihat dari skor tes membaca pemahaman siswa. Skor tes diambil dari kegiatan pratindakan, siklus I, dan siklus
II. Pada kegiatan pratindakan, siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 6 orang atau sebesar 20,69. Pada implementasi siklus I, siswa yang mencapai nilai KKM
sebanyak 17 orang atau sebesar 60,71. Pada implementasi siklus II, siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 29 orang atau sebesar 93,55. Jumlah siswa yang
mencapai nilai KKM meningkat dari siklus I dan siklus II. Peningkatan perolehan skor siswa tersebut juga mempengaruhi rerata nilai
yang diperoleh pada setiap kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pratindakan diketahui bahwa rerata skor siswa sebesar 66,09. Skor tersebut masih dibawah
KKM yaitu sebesar 75. Pada implementasi siklus I, rerata skor siswa meningkat menjadi 77,14. Pada implementasi siklus II, rerata skor siswa meningkat menjadi
85,70. Pada siklus I, rerata yang dicapai telah melebihi KKM yang ditentukan. Hal positif tersebut dilanjutkan pada siklus II, rerata nilai siswa di atas KKM.
2. Peningkatan Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi
REAP
Keberhasilan penelitian tindakan kelas dilihat dari segi proses dan produk. Keberhasilan dari segi proses dan produk dilihat dari adanya peningkatan dari
kedua segi tersebut. a
Peningkatan Kualitas Proses Pada penelitian tindakan kali ini, siswa melalui tindakan siklus I
pertemuan pertama, siklus I pertemuan kedua, dan siklus II. Sebelum implementasi siklus, diadakan kegiatan pratindakan. Pratindakan berfungsi untuk
mengetahui kemampuan siswa sebelum diadakannya tindakan. Perilaku siswa pada saat pratindakan menjadi gambaran dilaksanakannya tindakan pada siklus I.
Beberapa siswa terlihat mengacungkan jari dan memberikan pertanyaan seputar materi. Siswa masih belum mengerti dengan pengertian editorial. Siswa
kemudian diberi penjelasan tentang makna editorial. Setelah selesai menyampaikan materi, masing-masing siswa yang telah diberikan tugas untuk
membawa tajuk rencana diberi waktu untuk membaca tajuk rencananya kembali. Sebelumnya, siswa telah mendapatkan tugas untuk mencari fakta dan
opini yang terdapat dalam tajuk rencana. Banyak siswa yang terlihat tidak antusias ketika diberi tugas tersebut. Siswa cenderung mengandalkan temannya
dan asik berbicara sendiri.
Vignette CL08022014
Gambar 19: Vignette Catatan Lapangan Pratindakan
Berdasarkan vignette catatan lapangan pratindakan, siswa hanya antusias
di awal. Pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa tidak antusias dan mengobrol sendiri. Siswa tidak memberikan perhatian yang besar
terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil analisa dari kegiatan pratindakan menjadi acuan untuk pelaksanaan
tindakan siklus I. Implementasi siklus ini digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki kualias belajar siswa. Strategi REAP digunakan dalam kegiatan inti
pembelajaran. REAP yang memiliki empat tahap dalam implementasinya mendapatkan antusias yang baik dari siswa.
Setelah dilaksanakan implementasi siklus I, banyak hal yang perlu dikoreksi. Strategi REAP yang dilakukan melalui empat tahap kurang maksimal
penerapannya. Pada tahap read dan encode, siswa dapat mengikuti instruksi
dengan baik. Namun, pada saat pelaksanaan tahap ketiga, yaitu annotate, siswa
merasa kesulitan untuk menentukan pokok paragraf menggunakan kalimat sendiri. Begitu pula pada tahap
ponder, siswa tidak aktif berdiskusi. Kekurangan yang ada pada siklus I menjadi dasar dilaksanakannya siklus
II. Implementasi siklus II terarah pada empat tahap strategi REAP. Siswa diarahkan untuk fokus pada dua tahap terakhir yaitu
annotate dan ponder. Peneliti dan guru kolaborator memberikan solusi untuk kedua tahap tersebut. Kedua tahap
dilakukan secara bersama. Siswa mencari pokok materi dengan bahasa sendiri dengan cara berdiskusi dengan temannya. Solusi yang dipilih berjalan dengan
efektif dan dapat meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengarahan yang dilakukan oleh guru yang difokuskan pada tahap annotate dan
ponder berhasil menghidupkan semangat siswa dalam melalui tahap-tahap tersebut. Suasana panas pada siang ini terlihat tidak begitu terasa oleh para siswa
karena siswa aktif dalam kegiatan membaca menggunakan strategi REAP. Vignette CL260214
Gambar 20: Vignette Catatan Lapangan Siklus II
Implementasi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan yang positif. Tindakan yang kurang optimal pada
siklus I diperbaiki pada siklus II. Hasilnya, siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b Peningkatan Kualitas Produk
Kualitas produk diuji melalui soal tes membaca pemahaman. Soal tes berbentuk pilihan ganda sejumlah 30 soal dan bersifat perseorangan. Soal yang
disusun telah lolos uji validitas dan reliabilitas. Soal tersebut diberikan kepada siswa pada kegiatan pratindakan dan setiap siklus.
Soal disusun berdasarkan kriteria yang terdapat dalam taksonomi Barret. Taksonomi Barrett adalah taksonomi membaca yang mengandung dimensi
kognitif dan afektif yang dikembangkan oleh Thomas C. Barrett pada tahun 1968 Supriyono, 2008: 1. Taksonomi ini memiliki 5 kategori yang terdiri dari: 1
Pemahaman literal, 2 Reorganisasi, 3 Pemahaman inferensial, 4 Evaluasi, dan 5 Apresiasi. Pemahaman literal merupakan pemahaman dalam mengungkapkan
ide yang tersurat yang terdapat dalam bacaan. Reorganisasi adalah mengungkapkan ide tersirat yang terdapat dalam bacaan. Pemahaman inferensial
adalah menyimpulkan informasi baik secara tersirat maupun tersurat dalam bacaan. Evaluasi adalah pembaca melakukan penilaian terhadap bacaan. Apresiasi
merupakan apresiasi yang diberikan pembaca kepada penulis terhadap bacaan. Penelitian yang menggunakan kriteri Taksonomi Barret yaitu penelitian
yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif SPIKPU untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 1 Bantul Jannah, 2012. Hasil dari penelitian ini adalah
peningkatan kemampuan membaca pemahaman ditunjukkan dengan peningkatan skor lima kategori kemampuan membaca yang meliputi kemampuan literal,
kemampuan mereorganisasi, kemampuan inferensial, kemampuan evaluasi, dan kemampuan apresiasi. Lima kategori yang disebutkan merupakan kriteria
Taksonomi Barret. Oleh karena itu, peneliti juga menggunakan kriteria
Taksonomi Barret untuk mengukur peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa.
Perolehan skor tes kemampuan membaca pemahaman siswa pada kegiatan pratindakan, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. KKM
yang ditentukan oleh pihak sekolah menjadi acuan keberhasilan peneliti dalam melakukan tindakan. KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ditetapkan
sebesar 75. Pada kegiatan pratindakan, siswa yang mencapai KKM sebanyak 6 orang atau sebesar 20,69. Pada kegiatan siklus I, siswa yang mencapai KKM
sebanyak 7 orang atau sebesar 60,71. Pada siklus II, siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 orang atau sebesar 93,55.
Data pada paragraf sebelumnya menunjukkan bahwa 93,55 siswa mendapatkan skor
≥ 75. Tujuan utama penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan bukti siswa
mendapat skor ≥ 75 sebanyak 75 dari jumlah siswa di kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 11 Yogyakarta. Ketercapaian 93,55 siswa yang mencapai skor ≥ 75 telah
melebihi tujuan diadakannnya penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa strategi REAP dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta.
3. Tanggapan Guru mengenai Penerapan Strategi REAP Pada Kegiatan