BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral
Banyak unsur logam dan mineral yang ditemukan dalam sel makhluk hidup, namun hanya 22 unsur yang diketahui sebagai mineral esensial. Mineral
esensial berperan penting dalam aktivitas fungsi organ yang sangat penting untuk kehidupan, yaitu untuk pertumbuhan atau daya reproduksi. Bila salah satu unsur
mineral hilang, maka dapat menyebabkan gejala-gejala defisiensi dan bila unsur mineral tersebut diberikan dapat menormalkan pertumbuhan dan kesehatan orang
tersebut. Mineral esensial dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen yang ditemukan cukup tinggi dalam jaringan dan mikroelemen yang terkandung dalam
jumlah yang sangat rendah dalam jaringan. Yang termasuk ke dalam makroelemen yang esensial adalah kalsium, fosfor, kalium, sulfur, natrium, klor
dan magnesium. Sedangkan yang termasuk ke dalam mikroelemen adalah besi, iodium, tembaga, seng, mangan dan kobal Darmono, 1995.
2.2 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu 1,5 - 2 dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1 kg. 99 dari jumlah
ini berada dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit [3Ca
3
PO
4 2
.CaOH
2
]. Dalam keadaan seimbang, kalsium tulang dan kalsium plasma berada dalam konsentrasi 2,25 - 2,60 mmolliter 9 - 10,4
mg100 ml. Pada bagian pertama pertumbuhan, densitas tulang mengalami
Universitas Sumatera Utara
peningkatan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Selain itu kalsium juga tersebar luas dalam tubuh. Dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler,
kalsium berperan dalam mengatur fungsi sel seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel.
Kalsium juga mengatur kerja hormon dan faktor pertumbuhan Almatsier, 2004.
2.3 Fungsi Kalsium
Selain pada pembentukan tulang dan gigi, kalsium juga berperan pada proses fisiologik dan biokimia tubuh seperti proses pembekuan darah, eksitabilitas
syaraf otot, kerekatan seluler, transmisi impul-impul saraf, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan enzim dan sekresi hormon.
Kerangka tulang yang merupakan cadangan besar kalsium kompleks yang tidak larut, berada dalam keseimbangan dinamik dengan kalsium bentuk larut dalam
sirkulasi Suhardjo, 2000. Dilihat dari senyawa kimia, bentuk tulang tidak stabil. Kalsium dan fosfor
dari tulang dapat dibebaskan dan diresorpsi dalam tubuh jika terjadi kekuarangan, terutama pada masa hamil dan menyusui. Resorpsi ini diatur oleh hormon
paratinoid. Jika asupan kalsium rendah, glandula paratinoid akan terangsang untuk memproduksi hormon yang bekerjauntuk meresorpsi kalsium dari tulang
dan untuk menjaga kekurangan kalsium tersebut. Fosfor yang terikat dengan kalsium akan ikut terbebaskan dari tulang dan diekskresikan. Absorpsi kalsium
dari usus juga diatur oleh hormon paratinoid dengan memproduksi 1,25- dihidroksikolekalsiferol yang merupakan derivat dari vitamin D yang sangat
berperan dalam pengikatan kalsium dengan protein Darmono, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hal Yang Mempengaruhi Absorpsi Kalsium