Perkembangan Pos Setelah Kemerdekaan

2. Perkembangan Pos Setelah Kemerdekaan

a. Perkembangan Pos pada Zaman Pengambilalihan Jawatan Pos Telegraf dan Telepon (PTT) dari Jepang

Jepang yang masih bekerja di Kantor Pos Pusat Pos Telegraf dan Telepon (PTT) tampaknya sudah acuh tak acuh mengingat kondisi di negaranya yang tidak menentu setelah jatuhnya bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, maka kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Angkatan Muda Pos Telegraf dan Telepon untuk merebut kekuasaan PTT dari tangan Jepang sebagai pelaksana amanat Proklamasi Kemerdekaan. Seperti dalam Mekar Sari 20 Januari 1993 bahwa :

“ ...Tanggal 14 januari taun 1945 Pemerintah Jepang menyerah tanpa syarat marang Sekutu. Tanggal 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Indonesia

diporoklamirke, lan tanggal 27 September 1945 kekuasaan atas Jawatan PTT direbut saka tangane Jepang dening Angkatan Muda PTT (AMPTT). Minangka kepala Jawatan PTT Republik Indonesia kang sapisanan diangkat Mas Soeharto lan RE. Dijar minangka wakile. Ing tanggal 27 September kasebut sabanjure nganti tekan saiki dilestarekake minangka Hari Bahkati Postel ..”. Hal ini berarti bahwa pada tanggal 14 januari 1945 Pemerintah Jepang

menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Tanggal 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Indonesia diporoklamirkan, dan tanggal 27 September 1945 kekuasaan atas Jawatan PTT direbut dari Jepang oleh Angkatan Muda PTT (AMPTT). Kepala Jawatan PTT Republik Indonesia yang pertama diangkat adalah Mas Soeharto dan RE. Dijar sebagai wakilnya. Tanggal 27 September sampai sekarang diperingati sebagai hari lahir Pos dan Telekomunikasi.

b. Perkembangan Pos pada Masa Orde Lama

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi PTT setelah merebut kemerdekaan dan pemindahan kekuasaan dalam masa demokrasi liberal, diantaranya ialah membangun kembali jaringan-jaringan perhubungan pos, jaringan-jaringan perhubungan telegraph, telepon dan radio yang menuntut tenaga kerja yang terdidik, terlatih dan terampil untuk dapat menciptakan sistem perhubungan yang awalnya primitif menjadi modern. Pada masa ini diisi dengan konsolidasi,

commit to user

( http://www.posindonesia.co.id/profile.php?id=2). Pada tahun 1960 berlakulah Peraturan Pemerintah, pengganti Undang- Undang No. 19/1960 tentang Perusahaan Negara yang mengatur keseragaman di dalam cara menyusun, menguasai serta bentuk hukum Perusahaan Negara pada waktu itu, mengatur ketentuan-ketentuan mengenai menampung perusahaan- perusahaan asing yang diambilalih, serta perusahaan-perusahaan lain yang ada yang dibentuk berdasarkan I.B.W ataupun I.C.W (Indische Bedrijven Wet). Sebagai pelaksana Undang-Undang no. 19 prp tahun 1960, maka pada tanggal 21 Desember 1961 dikeluarkan peraturan pemerintah No.240 tahun 1961 tentang Pendirian Perusahan Negara Pos dan Telekomunikasi disingkat P.N. Postel. Peraturan pemerintah itu mulai berlaku pada tanggal 1 januari 1962. Sejak saat itu berubahlah status Jawatan PTT (Pos Telepon dan Telegrap) menjadi Perusahaan Negara. Kesempatan yang timbul karena perubahan status PTT ini dipergunakan juga untuk mengubah namanya menjadi P.N. Pos dan Telekomunikasi. Akhirnya Dinas Pos yang karena fungsinya lebih sosial daripada dinas Telekomunikasi yang lebih melayani dunia bisnis, maka dipisaahkan Dinas Pos dan Telekomunikasi sehingga masing-masing menjadi P.N. Pos Giro dan P.N Telekomunikasi pada tanggal 6 Juli 1965 (Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, 1980 : 13).

c. Perkembangan Pos pada Masa Orde Baru

Abad ke-20 ditandai dengan berbagai layanan yang makin cepat. Di bidang Pos mulai adanya pos kilat dan surat kilat khusus, pengantaran dilakukan dengan sepeda motor, bahkan surat tercatat dan paket pos diantar sampai rumah penerima, namun Indonesia masih ketinggalaan dalam memperpendek waktu dan jarak. Di luar negeri susah mulai dengan elektronik mail, meskipun demikian faktor manusia sebagi pengantar pos tidak akan dapat tergantikan sepenuhnya sebagai pembantu dalam kontak perhubungan manusia. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 163 tahun 1966 Kabinet Dwikora dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuk Kabinet Ampera. Di dalam Kabinet Ampera Departemen Pos dan Telekomunikasi diubah statusnya menjadi Direktorat Jenderal Pos dan

commit to user commit to user

Diawal permulan masa Orde Baru, Ditjen Postel belum mempunyai kantor sama sekali, para pegawai sementara menempati gedung Telekomunikasi di jalan Merdeka Selatan Jakarta. Pada tanggal 27 september 1970 ditjen Postel pindah menempati gedung baru di jalan Kebon Sirih no. 37 Jakarta Pusat sampai sekarang. Pada tahaun 1978 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1978, status PN Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro. Pada Tahun 1995 tepatnya pada tanggal 20 Juni 1995 Perum pos dan Giro diubah menjadi Perseroan PT Pos Indonesia berdasarkan landasan hukum Undang- Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perusahaan Perseroan, Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 Tahun 1995 tentang pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi Perusahaan (Persero) (Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, 1980 : 22).

d. Perkembangan Pos pada Masa Reformasi

Masa Reformasi ditandai dengan perkembangan jaman yang terus bergulir dan persaingan bisnis diantara para kompetitor domestik maupun internasional menuntut Pos Indonesia untuk lebih berkembang. Pos Indonesia melakukan beberapa upaya peningkatan diantaranya, yaitu modernisasi kantor pos yang diwujudkan pada gedung maupun layanan pos, di antaranya mail services, financial services, maupun logistik, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat (http://ptposindonesiapersero.blogspot.com/p/sejarah-pos.html)

Dalam perkembangannya, Pos Indonesia mampu menunjukkan kreatifitasnya dalam pengembangan bidang perposan Indonesia dengan memanfaatkan insfrastruktur jejaring yang dimilikinya yang mencapai sekitar 24.000 titik layanan yang menjangkau 100 persen kota/kabupaten, hampir 100 persen kecamatan dan 42 persen kelurahan/desa, dan 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi, jejaring Pos Indonesia sudah memiliki 3.700 Kantorpos online, serta

commit to user commit to user

Untuk lebih jelasnya, berikut ini tabel perkembangan Pos di Indonesia, Tabel. 2 Perkembangan Pos Indonesia

TAHUN

KETERANGAN

1596 Kedatangannya Cornelis de Houtman telah membawa surat- surat untuk raja-raja di Banten dan Jakarta. Meskipun telah ada hubungan surat-menyurat, namun pengiriman surat harus ditujukan kepada pejabat-pejabat resmi dan isinya tidak boleh mengandung pemberitaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pemberitaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Kompeni yang berdagang di Indonesia.

26 - 8- 1746 Kantor Pos pertama didirikan di Jakarta oleh Gubernur Jenderal G.W Baraon van Imhoff pada tanggal. Tujuannya untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda.

1809 Pembuatan Jalan Raya Pos Atas perintah Gubernur Jenderal Daendels. Disepanjang jalan didirikan secara teratur stasiun stasiun pos tujuannya yang terutama ialah untuk mempercepat pengiriman laporan-laporan dari tentaranya yang berada di daerah-

daerah yang jauh dan terpencil.

1906 Pos di Indonesia berubah menjadi Posts Telegraafend Telefoon

Dienst atau Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT). 1942

Selama penjajahan Jepang Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon

commit to user

(PTT) terpecah-pecah mengikuti struktur organisasi pemerintahan militer Jepang.

27-9 - 1945 Pengambilalihan Kantor Pusat Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT) di Bandung oleh Angkatan Muda PTT dari pemerintahan Militer Jepang. Tanggal 27 September diperingati sebagai Hari Bakti Postel.

1961 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.240 Tahun 1961 status Jawatan Pos Telegraf dan Telepon (PTT) berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan Telekomunikasi

1965 PN Pos dan Telekomunikasi dibagi dua menjadi :

1. Perusahaan Negara (PN) Pos dan Giro berdasarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1965 dan

2. Perusahaan Negara (PN) Telekomunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1965

1978 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1978, status Perusahaan Negara (PN) Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro.

20 - 6-1995 Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro diubah menjadi Perseroan PT Pos Indonesia

Dasar Hukum : Undang-undangNomor 1 Tahun 1995 tentang Perusahaan

Perseroan; Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 Tahun 1995 tentang

Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi Perusahaan (Persero) (Lembaran Negara RI Tahun 1995 Nomor 11);

Anggaran Dasar PT Pos Indonesia (Persero) yang tercantum dalam akta Notaris Sutjipto, SH Nomor117 tanggal 20 Juni 1995 tentang Pendirian Perusahaan Persero PT Pos Indonesia,

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perposan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan. Hal ini menunjukkan bahwa pada waktu itu sudah ada sistem informasi. Pos Indonesia sejak masa penjajahan hingga masa kemerdekaan terus mengalami perkembangan. Pos Indonesia mengalami

commit to user

Puncaknya, sejak perubahan dari status perum menjadi persero inilah Pos Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan.