commit to user
19
dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional.
2. Perjanjian Internasional
2.1 Definisi Perjanjian Internasional Ada beberapa definisi tentang perjanjian internasional, antara lain :
a. Definisi dari G. Schwarzenberger “Treaties are agreements between subject of International Law
creating binding obligations in International Law. They may be bilateral i.e.concluded between contracting parties.” George.., A
Manual..,1984,26.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa perjanjian internasional yaitu suatu persetujuan antara subjek-subjek hukum internasional yang
menimbulkan kewajiban-kewajiban
yang mengikat
dalam hukum
internasional. Persetujuan tersebut dapat berbentuk multilateral maupun bilateral.
b. Definisi dari Oppenheim-Lauterpacht “International treaties are agreements of contractual charter between
states, creating legal rights and obligations between the parties.” Oppenheim..,International..,London, hal.877.
Ditegaskan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan antar negara, yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak.
commit to user
20
c. Definisi dari Mochtar Kusumaatmadja “Perjanjian internasional adalah suatu perjanjian yang diadakan antara
anggota masyarakat
bangsa-bangsa yang
bertujuan untuk
mengakibatkan akibat-
akibat hukum
tertentu.” Mochtar,
Pengantar..,Bandung 1996, hal.38. Berdasarkan definisi tersebut bahwa subjek hukum internasional yang
mengadakan perjanjian adalah anggota masyarakat bangsa-bangsa, termasuk lembaga-lembaga internasional dan negara-negara. Dari definisi ini dapat
ditarik persamaan mengenai cirri-ciri perjanjian internasional bahwa pihak- pihak yang mengadakan perjanjian saling menyetujui antara pihak-pihak yang
dapat menimbulkan hak dan kewajiban dalam bidang internasional. d. Penggolongan atau Klasifikasi Perjanjian Internasional
Hukum internasional tidak mengenal penggolongan atau klasifikasi secara formal, tetapi ada beberapa perincian mengenai perjanjian
internasional, yaitu : a Klasifikasi perjanjian dilihat dari segi pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian Mochtar..,Pengantar..,1996, Bandung, hal. 11 yaitu : 1. Perjanjian antar negara, merupakan jenis perjanjian yang
jumlahnya banyak, hal ini dapat dimaklumi karena negara merupakan subjek hukum paling utama
2. Perjanjian antar negara dengan subjek hukum internasional lainnya, seperti negara dengan organisasi internasional
commit to user
21
3. Perjanjian antara subjek hukum internasional selain negara satu sama lain, misalnya negara-negara yang tergabung dalam ACP
African, Carriban and Pasific dengan MEE. b Klasifikasi perjanjian berdasarkan pihak yang membuatnya.
Penggolongan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Perjanjian bilateral, yaitu suatu perjanjian yang diadakan oleh dua
pihak negara saja yang mengatur soal-soal khusus yang menyangkut kepentingan kedua belah pihak. Misalnya mengenai
perjanjian batas negara. 2. Perjanjian multilateral, yaitu suatu perjanjian yang diadakan
banyak pihak negara yang pada umumnya merupakan perjanjian terbuka open verdrag dimana hal-hal yang diaturnya pun
biasanya menyangkut kepentingan umum yang tidak terbatas pada kepentingan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian tetapi juga
menyangkut kepentingan yang bukan peserta perjanjian itu sendiri. Perjanjian ini digolongkan pada perjanjian “law making treaties”
atau perjanjian
yang membentuk
hukum Mochtar..,Pengantar..,1996, Bandung, hal. 115.
3. Klasifikasi perjanjian ditinjau dari bentuknya Sam Suhaidi.., Sejarah.., Bandung, 1968, hal. 250-251.
a. Perjanjian antar kepala negara head of state form. Pihak peserta dari perjanjian tersebut “High Contracting State
commit to user
22
pihak peserta Agung”. Dalam praktek pihak yang mewakili negara dapat diwakilkan kepada MENLU atau
Duta Besar maupun pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa penuh full powers
b. Perjanjian antar Pemerintah inter-Government form. Perjanjian ini juga sering ditunjuk MENLU atau Duta
Besar atau wakil berkuasa penuh. Pihak peserta perjanjian ini tetap disebut “contracting state” walaupun perjanjian itu
dinamakan “inter-governmental”. c. Perjanjian antar negara inter-state form pejabat yang
mewakilinya dapat ditunjuk MENLU atau Duta Besar atau wakil berkuasa penuh full powers.
4. Perjanjian dilihat dari prosestahap pembentukannya Perjanjian ini didasarkan atas dua golongan Mochtar, Pengantar,
Bandung, 1996, hal. 112-113 : a. Perjanjian
yang dilakukan
melalui tiga
tahap pembentukannya, yaitu perundingan, penandatanganan dan
ratifikasi serta biasanya diadakan untuk hal-hal yang dianggap penting sehingga memerlukan persetujuan dari
badan legislative Dewan Perwakilan Rakyat. Perjanjian ini dapat disebut perjanjian internasional atau traktat
commit to user
23
b. Perjanjian yang melewati dua tahap pembentukan, yaitu perundingan dan penandatanganan, diadakan untuk hal-hal
yang tidak begitu penting dan memerlukan penyelesaian yang cepat, seperti perjanjian perdagangan yang berjangka
pendek. Untuk golongan ini dinamakan persetujuan atau agreement
. 5. Klasifikasi perjanjian dilihat dari sifat pelaksanaannya
Penggolongan ini dapat dibedakan atas dua macam Sam Suhaidi..,Sejarah..,Bandung, 1968, hal. 256 :
a. Dispositive treaties perjanjian yang menentukan yang maksud tujuannya dianggap sudah selesai atau sudah
tercapai dengan pelaksanaan perjanjian itu. Contoh perjanjian tapal batas.
b. Executory treaties perjanjian yang dilaksanakan, adalah perjanjian yang pelaksanaannya tidak sekaligus, melainkan
dilanjutkan terus menerus selama jangka waktu perjanjian tersebut. Contoh perjanjian perdagangan.
6. Klasifikasi dari segi struktur Penggolongan dari segi struktur dibedakan atas :
a. Law making treaties, merupakan perjanjian internasional yang mengandung kaedah-kaedah hukum yang dapat
berlaku secara universal bagi anggota-anggota masyarakat
commit to user
24
bangsa-bangsa, oleh karena itu jenis perjanjian ini dikategorikan sebagai sumber langsung dari hukum
internasional, yang terbuka bagi pihak lain yang sebelumnya tidak turut serta dalam perjanjian.
b. Treaty contracts perjanjian yang bersifat kontrak, dengan ini dimaksudkan perjanjian dalam hukum perdata hanya
mengikat pihak-pihak yang mengadakan perjanjian- perjanjian. Legal effect dari treaty contracts ini hanya
menyangkut pihak-pihak yang mengadakannya, dan tertutup bagi pihak ketiga. Oleh karena itu treaty contract
tidak melahirkan aturan-aturan hukum yang berlaku umum, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai perjanjian yang
membentuk hukum law making treaties. Contoh perjanjian Ekstradisi Indonesia-Malaysia.
3. Pertumbuhan Ekonomi