Studi Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 49 “ Persetujuan Kerangka Kerja Mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara Negara- negara Anggota ASEAN dan RRC” yang ditandatangani di Pnom Penh, Kamboja tanggal 4 November 2004. Kemudian pada tanggal 6 Oktober protokol perubahan persetujuan tersebut ditandatangani oleh Menteri-menteri Ekonomi ASEAN-RRC Suara Merdeka:26 Januari 2010.

B. Studi Terdahulu

Tang Yihong dan Wang Weiwei 2006 melakukan riset tentang potensi perdagangan antara China dengan ASEAN setelah ASEAN-China Free Trade Agreement. Riset tersebut dilakukan di China dengan mengaplikasikan model Export Similiarty Index untuk menunjukan potensi dagang China terhadap pasar ASEAN dengan membandingkan dengan enam anggota ASEAN ASEAN 6. Hasil riset menunjukan bahwa kompetisi di beberapa level industri di pasar ASEAN dan potensi perdagangan bilateral masih belum pasti. Dengan menghitung faktor ukuran negara, jarak, integrasi negara,dll ACFTA mempunyai efek yang signifikan secara positif pada jumlah perdagangan bilateral. Dalam penelitian ini menggunakan gravity model dan panel data untuk mengujinya. Donghyun Park, Innwon Park, Gemma Esther B. Estrada 2008 dalam risetnya tentang prospek ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA dengan menggunakan analisis kualitatif. Riset tersebut dilakukan di China. Hubungan ekonomi dan perdagangan antara ASEAN dengan China sudah commit to user 50 terjalin sejak lama, ASEAN merupakan kompetitor yang baik bagi China begitupun sebaliknya.ACFTA yang berlaku secara efektif sejak 2010 dibentuk untuk mempermudah perdagangan antar keduanya ASEAN dan China. Dalam riset ini menggunakan analisis kualitatif, apakah dengan ACFTA akan mendatangkan manfaat bagi keduanya. Hasil analisis menunjukan optimisme bahwa ACFTA mempunyai prospek yang baik sebagai sarana untuk memperkuat perekonomian dan hubungan ekonomi antara ASEAN dan China. Menurut Wong dan Chan 2003, pada jenis barang dan jasa tertentu juga akan terjadi kompetisi antara China dan Asean walaupun secara menyeluruh perdagangan antara China dan Asean saling mendukung perekonomian masing-masing. Wong dan Chan juga berpendapat bahwa untuk membuat perdagangan bebas antara China dan Asean, diperlukan perubahan struktur ekspor agar lebih bersifat komplementer, yakni Asean dikonsentrasikan dalam mengekspor barang-barang komoditas primer untuk mendukung produksi China atas barang-barangnya yang mengalami peningkatan permintaan di sektor industri dan sektor jasa. Berdasarkan hal tersebut, diantara negara Asean, Indonesia merupakan negara yang paling memenuhi kualifikasi sebagai pemasok komoditas primer, sehingga dapat dikatakan paling berpotensi menjadi mitra China. Di sisi lain, China dan Asean berpotensi untuk berkompetisi dalam hal memperoleh investasi dari negara-negara lain di dunia, sedangkan potensi terjadinya investasi antar negara tersebut Asean dan China relatif kecil. commit to user 51 Dalam tulisannya, Vanzetti dkk 2005 mencantumkan perjanjian regional ASEAN+3 di dalam salah satu skenario perdagangan internasional Indonesia di masa depan. ASEAN+3 yang dimaksud adalah negara-negara ASEAN termasuk Indonesia bersama tiga Negara lain yaitu China, Jepang dan Korea Selatan. Skenario tersebut juga termasuk salah satu skenario yang dikelompokan sebagai percepatan liberalisasi perdagangan internasional Indonesia. Indonesia dapat memperoleh benefit dari impor barang-barang konsumsi dengan harga yang relatif rendah dari China. Namun barang ekspor Indonesia juga akan berkompetisi dengan China pada produk-produk yang menggunakan tenaga kerja secara intensif. Dalam penelitiannya, Pakasa Bary 2009 menyebutkan bahwa Indonesia, India dan China mempunyai potensi besar untuk memimpin pertumbuhan ekonomi Asia dan dunia. Hal ini ditinjau dari tingginya produksi China dan India, dan tingginya tingkat produksi barang-barang input dan sumber energi dari Indonesia. Selain itu, populasi tiga negara yang sangat tinggi mampu membuat tiga negara tersebut menjaga aktivitas perekonomian dengan hanya ditopang oleh permintaan domestik yang dengan kata lain mengurangi kerentanan terhadap adanya guncangan pada perekonomian dunia. Tiga negara tersebut juga memiliki kemampuan untuk memasok barang-barang dengan harga yang relatif rendah, yang salah satunya didukung oleh biaya tenaga kerja yang rendah. Hasil estimasi melalui gravity model menunjukan adanya sensitifitas yang tinggi antara ekspor Indonesia ke China dan India commit to user 52 dengan kondisi perekonomian secara umum di kedua negara tersebut. Peningkatan produksi dan pendapatan di China dan India akan secara signifikan meningkatkan ekspor Indonesia ke negara tersebut. Dalam hal ini, peningkatan produksi di India lebih sensitif meningkatkan ekspor Indonesia ke India, yang secara implisit menunjukan peluang pengembangan ekspor ke negara tersebut masih terbuka lebar.

C. Kerangka Pemikiran