commit to user
98
juga akan dituntaskan untuk memberikan pedoman yang lebih jelas bagi pengusaha di dalam perdagangan. Peningkatan daya saing akan diawali dengan peningkatan daya
saing di dalam negeri melalui penguatan pelaku industry dan dengan menyediakan iklim usaha yang kondusif. Selain itu, dorongan untuk kegemaran akan produk
Indonesia juga akan dilakukan. Aspek yang sedikit “protektif” ini muncul seiring dengan adanya defisit perdagangan Indonesia di tahun 2008 dengan China setelah
zona perdagangan bebas antar Indonesia dengan China diterapkan, setelah pada tahun 2007 Indonesia mengalami surplus perdagangan dengan China. Namun, defisit
perdagangan ini dapat terjadi karena harga komoditas primer memang mengalami kejatuhan mendalam pada tahun 2008 akibat krisis finansial global. Sedangkan harga
barang jadi seperti Indonesia yang mengimpor dari China tidak mengalami banyak perubahan. Dengan kata lain, kemungkinan besar defisit tersebut hanya bersifat
temporer. Kendati demikian, aspek nasionalisme harus diterapkan dalam menghadapi perdagangan bebas agar Indonesia memperoleh manfaat positif dari perubahan iklim
perdagangan internasional menjadi lebih bebas, yang hampir merupakan suatu keniscayaan pada era globalisasi ini.
F. Strategi Pengembangan Investasi China ke Indonesia
Berbagai langkah telah ditempuh pemerintah sebagai upaya menyikapi pemberlakuan penuh ACFTA diantaranya dengan mengirimkan surat kepada
Sekretaris Jendral ASEAN pada tanggal 31 Desember 2009 yang menyatakan bahwa Indonesia tetap pada komitmennya yaitu pemerintah akan tetap melanjutkan
commit to user
99
implementasi ACFTA karena dinilai tetap ada benefit bersih dari pelaksanaan perjanjian tersebut, namun terdapat beberapa sektor yang bermasalah khususnya pada
sector usaha kecil menengah, untuk itu akan dilakukan pembahasan dan pendekatan. Mengingat permasalahan yang dihadapi lintas sektor, maka di bawah koordinasi
Kementerian Koordinator Perekonomian telah dibentuk Tim
Koordinasi Penanggulangan Hambatan Perdagangan dan Industri pada tanggal yang sama untuk
melakukan pembahasan bersama berbagai usaha di Tanah Air. Pembahasan sektoral ini bertujuan untuk memetakan kondisi masing-masing sektor secara akurat,
mengidentifikasikan masalah secara jelas, dan menyusun rekomendasi kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi sektor yang bersangkutan. Tim
teknis yang dibentuk fokus kepada penguatan daya saing global, pengamanan pasar domestik, serta penguatan ekspor. Berkaitan dengan sector yang bermasalah, akan
dilakukan pendekatan menggunakan Protocol Bilateral Agreed Minutes yang disepakati di Yogyakarta pada April 2010. Tujuan dari kesepakatan tersebut yaitu,
menjaga supaya perdagangan bilateral tumbuh dan seimbang. Perjanjian tersebut juga menindaklanjuti langkah-langkah seperti peningkatan investasi dan kerjasama di
industry olahan, barang penolong dan modal, kerja sama untuk pembiayaan investasi dan perdagangan serta hubungan bussines to bussines diantara asosiasi terkait Mari
Elka Pangestu dalam Kompas, Selasa, 19 April 2011. Secara matriks strategi dalam menghadapi ACFTA digambarkan sebagai
berikut :
commit to user
100
Tabel 4.6 Matriks Penetapan Strategi Berdasarkan Analisis SWOT
ObjekSasaran Analisis
ACFTA OpportunityPeluang
- Meningkatkan
permintaan komoditi ekspor unggulan Indonesia ke China
raw materials -
Meningkatkan jumlah investasi
yang masuk ke
Indonesia
ThreatsAncaman
- Produk
olahan Indonesia
tidak dapat
bersaing dengan produk China
- Kualitas
produk yang
tidak memenuhi
syarat ekspor -
Munculnya pesaing
baru dalam
investasi dan perdagangan internasional
StrengthKekuatan
- Indonesia
kaya akan
SDA -
Tenaga Kerja
yang murah
- Kondisi iklim dan cuaca
yang mendukung -
Luas geografis Indonesia besar
S-O Strategy
-mengoptimalkan ekspor
unggulan Indonesia ke China khususnya sektor pendukung
industri dan pertanian - mengoptimalkan peluang pasar
China dan ASEAN -
promosi pariwisata,
perdagangan dan investasi - meminimalisir kerusakan alam
- menciptakan tenaga kerja yang terdidik
S-T Strategy
- Meningkatkan
daya saing
ekspor
Indonesia secara global
- Penataan lahan dan
kawasan industry
- Membangun
Kawasan Ekonomi Khusus
- Peningkatan
pengawasan ketentuan
impor dan ekspor
- Menerapkan Early
Warning System
untuk pemantauan dini terhadap
kemungkinan terjadinya
lonjakan impor
- Pengawasan awal
terhadap kepatuhan SNI WeaknessKelemahan
- Kualitas SDM buruk - Tingginya kriminalitas
- Regulasi valas - Akses keuangan susah
- Pemerintahan yang tidak stabil - Kebijakan pemerintah yang tidak
stabil - Tingginya korupsi
- Inflasi - Regulasi perpajakan
- Infrastruktur buruk dan birokrasi
yang tidak efisien - Kurangnya komunikasi yang
baik antara kreditur dan debitur
W-O Strategy
- Pembenahan infrastruktur - Menciptakan iklim investasi
yang kondusif - Perluasan akses pembiayaan
dan dan pengurangan biaya bunga
- Pemberian insentif pajaknon pajak
- Perbaikan pelayanan publik dan penyederhanaan peraturan
- Pembenahan sistem logistik - Peningkatan
kapasitas ketenagakerjaan
- Menerapkan IRU Investment Relation Programe
W-T Strategy
- Membuka akses
pasar untuk barang-barang yang menjadi keunggulan
Indonesia -
Mengoptimalkan produk dalam negeri yang
terkait dengan ekspor UKM
- Lebih menekankan
kebijakan impor yang mendukung
keberlangsungan produksi dalam negeri
- Membuat RUU
perdagangan
commit to user
101
1. Penguatan daya saing global Upaya dalam penguatan daya saing global dilakukan dari sisi :
a. Isu domestik yang meliputi : a Penataan lahan dan kawasan industri
b Pembenahan infrastruktur dan energi c Pemberian insentif pajak maupun non pajak lainnya
d Membangun Kawasan Ekonomi Khusus KEK e Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga
KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia, dll f Pembenahan sistem logistik
g Perbaikan pelayanan publik NSW, PTSPSPIPISE,dll dan penyederhanaan peraturan
h Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan b. Pengawasan di border yang meliputi :
a Peningkatan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam pelaksanaan FTA
b Menerapkan Early Warning Sistem untuk pemantauan dini terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor
- Mensosialisasikan
cinta produk dalam negeri
commit to user
102
c Pengetatan kawasan dari penggunaan Surat Keterangan Asal barang SKA dari Negara mitra FTA
d Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, label, ingredient,
kadaluarsa, kesehatan, lingkungan, security, dll e Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan
WTO safe guard measures terhadap industri yang mengalami kerugian yang serius seriously injury akibat
dari takanan impor import surges f Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing
duties atas importasi yang unfair
2. Pengamanan pasar domestik a. Peredaran barang di pasar lokal
b. Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai dengan adanya ketentuan perlindungan konsumen dan industry
c. Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia d. Promosi penggunaan produk dalam negeri
e. Mengawasi efektivitas promosi penggunaan produk dalam negeri Inpres No. 2 tahun 2009
f. Menggalakan program 100 Cinta Indonesia dan Industri Kreatif. 3. Penguatan Ekspor
a. Mengoptimalkan peluang pasar China dan ASEAN b. Penguatan peran perwakilan luar negeri ATDAGTPC
commit to user
103
c. Promosi pariwisata, perdagangan dan investasi TTI d. Penanggulanan masalah dan kasus ekspor
e. Pengawasan SKA Indonesia f. Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan ekspor .
Munculnya pesaing baru dalam investasi dan perdagangan internasional seperti China, Vietnam maupun India memberikan pelajaran serta strategi guna
menarik investor ke Indonesia. Ada beberapa sarana dan prasarana yang sangat diperlukan guna menarik investor menanamkan investasinya di Indonesia.
Revitalisasi sarana dan prasarana tersebut antara lain : 1.Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur merupakan kunci utama dalam keberhasilan pembangunan ekonomi dan perdagangan nasional, sekaligus mampu menciptakan
dan mendorong tersedianya lapangan kerja yang luas bagi masyarakat serta menciptakan multiplier effect. Dampaknya pada ekonomipun sangat luas.
Indonesia perlu
meningkatkan alokasi
dana guna
pembangunan infrastrukturnya. Sebagai perbandingan saja, China membelanjakan 6,9 dari
GDPnya untuk membangun infrastruktur, bandingkan dengan Negara berkembang lainnya yang rata-rata membelanjakan sekitar 6,3 low income dan 3,6 middle
income . Sementara kondisi Indonesia saat ini sudah jauh menurun ke angka sekitar
2 dari GDP. Kita berharap melalui pembangunan infrastruktur yang dicanangkan pemerintahan sekarang dapat kembali pada tingkat 5 GDP, sama halnya dengan
kondisi sebelum krisis.
commit to user
104
Di samping itu segera merealisasikan pernyataan dan kesepakatan bersama antara Negara-negara Asean dengan China terkait dengan kerjasama transportasi yang
tertuang dalam rencana strategis “ Asean China Maritime Transport Agreement “. Hal ini penting karena fungsi pelabuhan sebagai penghubung utama dalam rantai
pergerakan logistic regional maupun internasional. Selain itu untuk mempercepat pengembangan
pelabuhan dan
memenuhi kebutuhan
untuk peningkatan
perekonomian, perlu dibentuk mekanisme koordinasi pelabuhan Asean-China, agar terwujud implementasi yang efektif pada aktifitas kerjasama bidang-bidang yang
relevan. Dengan begitu minat investasi ke tanah air akan meningkat. 2.Iklim Investasi
Investasi dipercaya sebagai stimulan perekonomian. Sedangkan untuk meningkatkan investasi dari China ke Indonesia sangat diperlukan iklim investasi
yang kondusif. Menurut Stern 2002, mendefinisikan iklim investasi sebagai semua kebijakan, kelembagaan dan lingkungan baik yang sedang berlangsung maupun yang
diharapkan terjadi di masa mendatang, yang bisa mempengaruhi tingkat pengembangan dan risiko suatu investasi.
Lingkungan bisnis yang sehat diperlukan tidak hanya untuk menarik investor dari dalam dan luar negeri, tetapi juga agar perusahaan yang sudah ada tetap memilih
lokasi di Indonesia. Berbagai survei membuktikan, faktor utama yang mempengaruhi lingkungan bisnis adalah tenaga kerja dan produktivitas, perekonomian daerah,
infrastruktur fisik, kodisi sosial politik dan institusi Kuncoro, 2006.
commit to user
105
Alasan utama mengapa investor masih menghindari untuk melakukan bisnis di Indonesia adalah ketidakstabilan ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan,
korupsi oleh pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, perizinan usaha dan regulasi pasar tenaga kerja World Bank, 2004.
Untuk itu, diperlikan perbaikan iklim investasi dan mengembalikan kepercayaan dunia bisnis. Lemahnya perencanaan dan koordinasi peraturan
perundangan, baik tingkat vertikal antara pemerintah pusat-provinsi-kabupatenkota dan pada tingkat horizontal antara kementerian dan badan lainnya masih banyak
terjadi. Reformasi mendasar berkaitan dengan perbaikan iklim bisnis dan investasi di Indonesia yang sangat diperlukan antara lain reformasi kelembagaan dan reformasi
birokrat atau para pejabat. Reformasi kelembagaan, reformasi ini terutama dalam bidang pelayanan
investasi. Baik dalam hal prosedur aplikasi, terlebih dahulu investor harus mendapatkan beberapa persetujuan, perizinan dan “lampu hijau” dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal BKPM atau BKPMD sebagai tahap awal. Demikian juga terhadap perizinan dan implementasi proyek investasi sering tertunda karena
untuk melakukan bisnis di Indonesia butuh 168 hari dengan biaya yang dapat mencapai rata-rata 14,5 dari rata-rata pendapatan. Koordinasi antar tingkatan
pemerintahan, baik vertikal maupun horizontal adalah sesuatu hal yang sangat penting.
Tiga hal utama yang diinginkan investor dan pengusaha antara lain penyederhanaan sistem dan perizinan, penurunan berbagai pungutan yang tumpang
commit to user
106
tindih, serta transparasi biaya perizinan. Tumpang tindih peraturan pusat dan daerah, yang tidak hanya menghambat arus barang dan jasa tetapi juga menciptakan iklim
bisnis yang tidak sehat. Salah satu bentuk nyata yang perlu dilakukan adalah deregulasi, harmonisasi dan sinkronisasi berbagai peraturan antara pusat dan daerah.
Reformasi peraturan dapat dimulai oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Beberapa masalah pengawasan yang muncul dengan sistem saat ini adalah :
a. Tidak semua perda diserahkan kepada pemerintah pusta b. Proses review peraturan daerah perda dinilai lambat karena
dibebankan kepada pemerintah pusat c. Banyak pemerintah daerah mengabaikan aturan mengenai perda
bermasalah. Oleh karena itu, agenda yang perlu dilakukan adalah pemerintah provinsi
diberi kepercayaan dan wewenang untuk : a. Mengkaji semua perda dari pemda kabupatenkota di wilayahnya
b. Bekerjasama dengan pemerintah pusat dan provinsi lain dalam mengembangkan prosedur dan standar pengkajian perda.
Reformasi para birokrat dan pejabat di pusat maupun daerah yang masih berperilaku “harus dilayani” dan belum menjadi fasilitator bagi dunia bisnis. Ini
merupakan tantangan perbaikan terhadap kinerja pemerintah. Guna meningkatkan kegiatan ekspor impor, beberapa institusi yang perlu
dibenahi antara lain lembaga yang mengurusi jalan raya, pelabuhan, bea cukai, serta
commit to user
107
kepolisian. Dengan perbaikan kinerja seperti ini, diharapkan akan terjadi perubahan iklim investasi.
Oleh karena itu pelajaran berharga yang dapat dipetik adalah menggerakan dan mengerahkan instrument ekonomi dalam bentuk regulasi baik fiskal maupun
moneter untuk menciptakan iklim usaha yang sehat. Satu hal penting adalah mengubah paradigm usaha yang lebih agresif dan kompetitif dengan terus
meningkatkan efisiensi. Termasuk terus melanjutkan pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan dunia usaha. Demikian juga secara bertahap
mengurangi biaya produksi cost of production bagi dunia usaha Indonesia.
3.Efektifitas Implementasi Investment Relation Program Investment Relation Program
adalah salah satu program yang memegang peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang lebih baik antara kreditur dan
debitur. Sementara Investor Relations adalah pengelolaan aliran informasi keuangan, pemasaran dan strategi antara Negaraperusahaan dengan investor dalam rangka
membangun kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat terutama dalam pasar modal. Efektifitas suatu investor relations akan tercermin dari berhasilnya
membangun image yang positif dari suatu Negaraperusahaan serta validnya penilaian pasar yang dibuat sehingga dapat menurunkan cost of capital di suatu
perusahaanNegara. Oleh karena itu dengan pemikiran tersebut maka kemudian dibentukalah
Investor Relation unit IRU pada tahun 2006 diharapkan akan meningkatkan image
commit to user
108
yang baik terhadap iklim investasi di Indonesia. IRU didirikan bertujuan untuk membangun strategi komunikasi yang aktif dan proaktif dengan pasar pada umumnya
secara rutin dan intensif. Termasuk diharapkan dengan pengusahapemerintah China pula. Tujuan lainnya adalah terciptanya komunikasi dua arah antara IRU dengan
investor guna mendukung pengambilan kebijakan yang berorientasi pada kesinambungan pembangunan ekonomi jangka panjang yang akan menempatkan
posisi Indonesia pada tingkat rating yang baik investment grade. Dampak sovereign rating yang naik, investor akan percaya bahwa
berinvestasi di Indonesia mempunyai resiko kecil less risky. Investor akan menanamkan modalnya di Indonesia, membangun pabrik-pabrik di berbagai daerah
di Indonesia. Efeknya, tenaga kerja di daerah akan terserap, pendapatan perkapitapun akan naik, demikian pula daya beli purchasing power akan naik. Positifnya lagi,
semakin banyak perusahaan-perusahaan, infrastruktur seperti jembatan atau jalan, pelabuhan akan semakin baik.
Efektivitas IRU juga akan ditentukan oleh koordinasi yang baik seluruh anggota yang terdiri dari kementerian terkait, baik Kementerian Keuangan, Bank
Indonesia, Menko Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, Biro Pusat
Statistik dan Perusahaan Pengelola Aset.
G. Perkembangan Perekonomian Indonesia-China