BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Kinerja SKPD Pemerintah SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
merupakan pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh kepala satuan kerja dan
bertanggung jawab atas entitasnya, misalnya: dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas pemuda dan olahraga dan lainnya. Kumorotomo
2005:103, mengungkapkan kinerja organisasi publik adalah hasil akhir output organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam
pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan
dengan sarana dan prasarana yang memadai”. Mahsun 2006:198, mengungkapkan bahwa:
pengukuran kinerja pemerintah daerah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya
sebagaimana bidangnya. Setiap satuan kerja adalah pusat pertanggungjawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan
demikian perumuan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua Satun Kerja yang ada. Namun demikian,
dengan pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifiksian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sasaran,
program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan. Bastian 2006:267, “indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan inputs,
Universitas Sumatera Utara
keluaran outputs, hasil outcomes, manfaat benefits, dan dampak impacts”.
Lebih lanjut Bastian 2006:267 menjelaskan bahwa syarat-syarat indikator kinerja adalah sebagai berikut:
a. spesifikasi jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi,
b. dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif dan relevan,
c. dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan
keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat serta dampak,
d. harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahanpenyesuaian
pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan efektif.
Whittaker 1993 dalam Bastian 2006: 274 mengungkapkan “pengukuranpenilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Lain halnya menurut Bastian 2006: 276, “aspek yang diukur dalam pengukuran
kinerja adalah aspek finansial, kepuasam pelanggan, operasi dan bisnis interal, kepuasan pegawai, kepuasan komunitas dan shareholders, serta
waktu”. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka penyusunan anggaran dilakukan dengan mengintegrasikan program dan
kegiatan masing-masing satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, akan
tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak
terbatas Nordiawan, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Umpan Balik Anggaran