Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan adalah bentuk satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0490U1992 pasal 1. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai lembaga pendidikan yang mendidik calon tenaga kerja agar memiki Sumber Daya Manusia SDM yang unggul dan berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut pengembangan sistem pendidikan terus menerus dikembangkan seperti penerapan program pelaksanaan teaching factory di Sekolah Menengah Kejuruan. SMK Negeri 1 Magelang sesuai dengan keputusan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan PSMK Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 705D5.2KP2016 tentang penetapan SMK yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi SMK rujukan adalah salah satu sekolah yang dipilih untuk dikembangkan sebagai SMK rujukan di Kota Magelang. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai profilkinerja SMK rujukan adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran Competency Based Education Training CBET yang diarahkan menjadi Product Based Education Training PBET yang kemudian berlanjut ke teaching factory. Program teaching factory TEFA merupakan perpaduan pembelajaran yang sudah ada yaitu Competency Based Training CBT dan Production Based 2 Training PBT. Program ini lebih berorientasi pada bisnis dan produksi yang memadukan konsep bisnis dan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang relevan. SMK harus mempersiapkan lulusannya agar memiliki keahlian yang sesuai dengan bidangnya dan diharapkan oleh industri. SMK Negeri 1 Magelang, dalam waktu dekat ini menerapkan pembelajaran berbasis teaching factory. Semua jurusan di SMK Negeri 1 Magelang pada tahun ajaran baru 20162017 serentak menerapkan pembelajaran yang berbasis produksi dan bisnis, khususnya pada Program Studi Keahlian Teknik Audio Video. Berbagai kesiapan pelaksanaan teaching factory di SMK ini sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pada hari Kamis, 1 September 2016 di ruang WKS 1 dan ruang ICT SMK Negeri 1 Magelang, peneliti melakukan wawancara kepada Bapak Wakijan, S.ST., selaku Wakil Kepala Sekolah WKS bidang kurikulum dan Bapak Drs. Yunantono, M.Pd selaku Ketua Jurusan Teknik Elektronika terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis teaching factory di SMK Negeri 1 Magelang. Berdasarkan hasil wawancara, peneliti memperoleh informasi bahwa terdapat berbagai permasalahan dalam kesiapan pelaksanaan pembelajaran berbasis teaching factory di SMK Negeri 1 Magelang khususnya di Program Studi Keahlian Teknik Audio Video. Berbagai permasalahan dalam kesiapan pelaksanaan pembelajaran berbasis teaching factory dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek tersebut meliputi aspek guru, aspek kerjasama dengan industri, serta aspek sarana dan prasarana. Sejauh ini permasalahan dalam kesiapan pelaksanaan pembelajaran berbasis teaching factory di Program Studi Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Magelang terdapat pada rencana Kegiatan Belajar Mengajar KBM yang 3 masih susah disesuaikan, guru pengampu pelaksanaan teaching factory yang belum begitu mengetahui dengan detail bagaimana proses pembelajaran dengan metode ini, jadwal blok yang membingungkan untuk beberapa guru, bentuk kerjasama dengan industri hanya sebatas kegiatan praktek kerja industri prakerin dan rekruitmen tamatan,dan sarana prasarana yang masih belum digunakan secara maksimal. Permasalahan yang muncul dalam kesiapan pelaksanaan pembelajaran berbasis teaching factory di Program Studi Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Magelang telah menginspirasi peneliti untuk mengetahui tingkat kesiapan pembelajaran berbasis teaching factory di SMK tersebut. Dari data yang didapatkan diharapkan mampu memaparkan dengan jelas kesiapan pelaksanaan pembelajaran berbasis teaching factory. Sehingga pelaksanaan pembelajaran berbasis teaching factory di Program Studi Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Magelang dapat dipersiapkan dan dilaksanakan menjadi lebih baik.

B. Identifikasi Masalah