Kerangka Berpikir Pendekatan Penelitian

40

H. Kerangka Berpikir

Anak tuna rungu yang mengalami hambatan untuk berkomunikasi dengan masyarakat lainnya menjadi kendala tersendiri bagi kalangan anak untuk menyatu dengan lingkungan. Karena keterbatasan untuk berkomunikasi tersebut, maka muncullah UU No 19 tahun 2011 yang diterbitkan pemerintah untuk membantu anak dalam berkomunikasi di dalam lingkungan. UU no 19 tahun 2011 di pasal 2 mengatur tentang dunia tuli dengan mengedepankan komunikasi menggunakan bahasa isyarat. Dengan uu tersebut maka mulai diterapkannya kebijakan mengenai bahasa isyarat untuk membantu anak tuna rungu agar dapat berkomunikasi. Kebijakan merupakan proses pendidikan yang melibatkan anak, pendidik, dan masyarakat. Faktor pendorong dan penghambat muncul seiring berjalannya kebijakan bahasa isyarat. Kebijakan bahasa isyarat yang menggunakan gerak tubuh dalam mengekspresikan atau menyampaikan ide anak sama dengan apa yang menjadi ciri di dalam kecerdasan intelegensi anak berkaitan dengan kecerdasan gerak tubuh. Berjalannya kebijakan bahasa isyarat saat ini berjalan dengan baik karena memudahkan anak untuk berkomunikasi di sekolah khususnya dan umumnya di lingkungan 41 Gambar. 1 Kerangka Berpikir UU NO 19 Tahun 2011 Anak Disabilitas Tuna rungu Implementasi kebijakan bahasa isyarat Kecerdsasan majemuk Penghambat Pendorong 42 BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Dengan pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang berkenaan melalui interpretasi dan bersifat deskriptif untuk mengungkap gejala serta proses di lapangan. Aan Komariah 2010: 25 pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata - kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Sugiyono 2007: 9 penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktif kualitatif, danhasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan maksud mendeskripsikan, menggambarkan serta menguraikan bagaimana implementasi kebijakan bahasa isyarat dalam mengembangkan kecerdasan intelegensi anak tuna rungu di SLB Maarif Muntilan. 43

B. Setting Penelitian