15
b. Bagaimana perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap pihak yang
tercatat dalam sertipikat hak atas tanah pengganti tersebut? 3. Suriyati Tanjung, Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara, Medan, 2006, dengan judul penelitian “Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah dan Perlindungan Pihak Ketiga yang Beritikad Baik Studi pada
Pengadilan Tata Usaha Negara Medan”. Rumusan masalah penelitian: a. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan sertipikat hak atas tanah
sebagai alat bukti yang kuat dapat dibatalkan? b.
Bagaimanakah mekanisme pembatalan sertipikat hak atas tanah? c.
Bagaimana perlindungan hukum terhadap kepentingan pihak ketiga yang beritikad baik, dalam hal sertipikat hak atas tanah dibatalkan oleh
Pengadilan dan konsekwensi hukumnya?
F. Kerangka Teori dan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa Latin berarti perenungan, yang pada gilirannya berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara hakiki
menyiratkan sesuatu yang disebut dengan realitas.
18
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad mengatakan, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu
18
Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2007, hlm. 2l.
Universitas Sumatera Utara
16
fenomena atau simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.
19
Soetandyo Wignjosoebroto juga mengatakan bahwa “Teori adalah suatu konstruksi di alam cita atau ide manusia, dibangun dengan maksud untuk
menggambarkan secara reflektif fenomena yang dijumpai di alam pengalaman”.
20
Teori berguna untuk mempertajam atau mengkhususkan fakta, berguna dalam mengembangkan
sistem klasifikasi
fakta, membina
struktur konsep
dan mengembangkan definisi, suatu ikhtisar hal yang diketahui, kemungkinan prediksi
fakta mendatang,
memberi petunjuk
terhadap kekurangan.
21
Penelitian ini
menggunakan Teori Kepastian Hukum dan Teori Perlindungan Hukum sebagai pisau analisisnya.
a. Teori Kepastian Hukum
Kepastian hukum data kepemilikan tanah akan dicapai apabila telah dilakukan pendaftaran tanah, karena tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan
jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah. Baik kepastian mengenai subyeknya yaitu apa haknya, siapa pemiliknya, adatidak
beban di atasnya dan kepastian mengenai obyeknya, yaitu letaknya, batas-batasnya dan luasnya serta adatidaknya bangunantanaman di atasnya.
22
19
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 134.
20
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Jakarta: ELSAM-HUMA, 2002, hlm. 184.
21
http:staf.ui.eduinternal.
22
Sri Wijayanti
, “
Kepastian Hukum Sertipikat Hak Atas Tanah Sebagai Bukti Hak Kepemilikan Tanah Studi Kasus Putusan MA tentang Sengketa Tanah Meruya Selatan”, Tesis,
Semarang: Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2010, hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
17
Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum tersebut, kepada yang mendaftarkan tanahnya akan diberikan satu dokumen tanda bukti hak yang berfungsi
sebagai alat pembuktian yang kuat. Dalam ketentuan Hukum Tanah Nasional dalam hal ini PP No. 241997, hanya sertipikat hak atas tanah yang diakui secara hukum
sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah yang menjamin kepastian hukum dan dilindungi oleh hukum.
Penerbitan sertipikat dan diberikan kepada yang berhak, bertujuan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan kepemilikan tanahnya. Sertipikat
tersebut berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik obyek: letak, batas, luas dan adatidaknya bangunan atau tanaman di atasnya dan data
yuridis haknya, pemegang haknya siapa, adatidaknya beban-beban di atasnya yang termuat di dalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data
yang ada dalam Surat Ukur dan Buku Tanah hak yang bersangkutan. Dikatakan sebagai data yang benar, selama tidak ada bukti lain yang membuktikan
ketidakbenarannya dan tidak perlu ditambah dengan bukti tambahan.
23
Sehingga bagi pemegang hak atas tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak atas tanah, maka akan mendapat perlindungan hukum dan tidak perlu ada bukti
tambahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 32 ayat 2 PP No. 241997, yang menyatakan:
“Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad
baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak
23
Ibid, hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
18
tersebut apabila dalam waktu 5 lima tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan
Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat
tersebut”.
24
Ketentuan tersebut memberikan jaminan kepada pemegang sertipikat apabila lewat jangka waktu 5 lima tahun setelah diterbitkan sertipikat hak atas tanah, maka
pihak lain tidak dapat mengajukan gugatan lagi, dalam hal ini bukan karena lewat waktu 5 lima tahun menjadi verjaring dan bezitter, melainkan karena sikap pihak
lain menunjukkan
bahwa ia
sudah tidak
akan mempergunakan
lagi rechtverwerking.
25
Penetapan putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Medan dengan nomor
456Pdt.G2007PN.Mdn, putusan
Pengadilan Tinggi
Medan nomor
263PDT008PT-MDN dan
Mahkamah Agung
nomor 981KPdt2009
telah bertentangan dengan Pasal 32 ayat 1 dan 2 PP No. 241997.
b. Teori Perlindungan Hukum
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur hak- hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum. Di samping itu, hukum juga berfungsi
sebagai instrumen perlindungan bagi subjek hukum, senada dengan Sudikno Mertokusumo
yang mengatakan,
“hukum berfungsi
sebagai perlindungan
kepentingan manusia,
agar kepentingan
manusia terlindungi,
hukum harus
dilaksanakan”. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi
24
Pasal 32 ayat 2 PP No. 241997.
25
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Internusa, 1992, hlm. 187.
Universitas Sumatera Utara
19
dapat juga terjadi pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum terjadi ketika subjek hukum tertentu tidak menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena
melanggar hak-hak subjek hukum lain. Subjek hukum yang dilanggar hak-haknya harus mendapatkan perlindungan hukum.
26
Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal dalam arti dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan diri sebagai negara
hukum, namun seperti dikemukakan oleh Paulus E. Lotulung “bahwa masing-masing negara mempunyai cara dan mekanismenya sendiri tentang bagaimana mewujudkan
perlindungan hukum tersebut. Dan juga sampai seberapa jauh perlindungan hukum itu diberikan.
27
Sjachran Basah mengatakan, “bahwa perlindungan terhadap warga negara diberikan bilamana sikap dan tindakan dari administrasi negara itu menimbulkan
kerugian terhadapnya. Sedangkan perlindungan terhadap administrasi dilakukan terhadap sikap tindakannya dengan baik dan benar menurut hukum baik tertulis
maupun tidak tertulis”.
28
Ada 2 dua macam bentuk perlindungan hukum bagi rakyat termasuk Pemerintah itu sendiri yaitu perlindungan hukum preventif dan represif. Pada
perlindungan hukum
preventif, kepada
rakyat diberikan
kesempatan untuk
mengajukan keberatan inspraak atau pendapatnya sebelum suatu keputusan
26
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1996, hlm. 40.
27
Paulus E. Lotulung, Beberapa Sistem tentang Kontrol Segi Hukum terhadap Pemerintah, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hlm. 123.
28
Sjachran Basah, Perlindungan Hukum terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara, Bandung: Alumni, 1992, hlm. 7-8.
Universitas Sumatera Utara
20
pemerintah mendapat bentuk yang definitif, artinya perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Sedangkan sebaliknya
perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Untuk itu sebagai warga negara atau rakyat sudah seharusnya mendapat perlindungan hukum,
adapun alasannya sebagai berikut:
29
1. Karena dalam hal warga negara dan badan hukum perdata tergantung pada keputusan-keputusan dan ketetapan-ketetapan pemerintah seperti kebutuhan
terhadap izin yang diperlukan untuk usaha perdagangan, perusahaan atau pertambangan. Oleh karena itu warga negara dan badan hukum perdata perlu
mendapat perlindungan hukum, terutama untuk memperoleh kepastian hukum yang merupakan faktor penentu bagi kehidupan dunia usaha,
2. Hubungan antara Pemerintah dengan warga negara tidak berjalan dalam posisi sejajar, warga negara sebagai pihak yang lebih lemah dibandingkan dengan
pihak Pemerintah, 3. Berbagai perselisihan warga negara dengan Pemerintah itu berkenaan dengan
keputusan dan ketetapan, sebagai instrumen Pemerintah yang bersifat sepihak dalam melakukan intervensi terhadap kehidupan warga negara. Pembuatan
keputusan dan ketetapan yang didasarkan pada kewenangan bebas akan membuka peluang terjadinya pelanggaran hak-hak warga negara.
2. Konsepsional