Kerangka Teori Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

15 b. Bagaimana perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap pihak yang tercatat dalam sertipikat hak atas tanah pengganti tersebut? 3. Suriyati Tanjung, Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006, dengan judul penelitian “Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah dan Perlindungan Pihak Ketiga yang Beritikad Baik Studi pada Pengadilan Tata Usaha Negara Medan”. Rumusan masalah penelitian: a. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan sertipikat hak atas tanah sebagai alat bukti yang kuat dapat dibatalkan? b. Bagaimanakah mekanisme pembatalan sertipikat hak atas tanah? c. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kepentingan pihak ketiga yang beritikad baik, dalam hal sertipikat hak atas tanah dibatalkan oleh Pengadilan dan konsekwensi hukumnya?

F. Kerangka Teori dan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa Latin berarti perenungan, yang pada gilirannya berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan realitas. 18 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad mengatakan, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu 18 Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2007, hlm. 2l. Universitas Sumatera Utara 16 fenomena atau simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum. 19 Soetandyo Wignjosoebroto juga mengatakan bahwa “Teori adalah suatu konstruksi di alam cita atau ide manusia, dibangun dengan maksud untuk menggambarkan secara reflektif fenomena yang dijumpai di alam pengalaman”. 20 Teori berguna untuk mempertajam atau mengkhususkan fakta, berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep dan mengembangkan definisi, suatu ikhtisar hal yang diketahui, kemungkinan prediksi fakta mendatang, memberi petunjuk terhadap kekurangan. 21 Penelitian ini menggunakan Teori Kepastian Hukum dan Teori Perlindungan Hukum sebagai pisau analisisnya. a. Teori Kepastian Hukum Kepastian hukum data kepemilikan tanah akan dicapai apabila telah dilakukan pendaftaran tanah, karena tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah. Baik kepastian mengenai subyeknya yaitu apa haknya, siapa pemiliknya, adatidak beban di atasnya dan kepastian mengenai obyeknya, yaitu letaknya, batas-batasnya dan luasnya serta adatidaknya bangunantanaman di atasnya. 22 19 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 134. 20 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Jakarta: ELSAM-HUMA, 2002, hlm. 184. 21 http:staf.ui.eduinternal. 22 Sri Wijayanti , “ Kepastian Hukum Sertipikat Hak Atas Tanah Sebagai Bukti Hak Kepemilikan Tanah Studi Kasus Putusan MA tentang Sengketa Tanah Meruya Selatan”, Tesis, Semarang: Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2010, hlm. 11. Universitas Sumatera Utara 17 Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum tersebut, kepada yang mendaftarkan tanahnya akan diberikan satu dokumen tanda bukti hak yang berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat. Dalam ketentuan Hukum Tanah Nasional dalam hal ini PP No. 241997, hanya sertipikat hak atas tanah yang diakui secara hukum sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah yang menjamin kepastian hukum dan dilindungi oleh hukum. Penerbitan sertipikat dan diberikan kepada yang berhak, bertujuan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan kepemilikan tanahnya. Sertipikat tersebut berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik obyek: letak, batas, luas dan adatidaknya bangunan atau tanaman di atasnya dan data yuridis haknya, pemegang haknya siapa, adatidaknya beban-beban di atasnya yang termuat di dalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam Surat Ukur dan Buku Tanah hak yang bersangkutan. Dikatakan sebagai data yang benar, selama tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidakbenarannya dan tidak perlu ditambah dengan bukti tambahan. 23 Sehingga bagi pemegang hak atas tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak atas tanah, maka akan mendapat perlindungan hukum dan tidak perlu ada bukti tambahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 32 ayat 2 PP No. 241997, yang menyatakan: “Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak 23 Ibid, hlm. 12. Universitas Sumatera Utara 18 tersebut apabila dalam waktu 5 lima tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut”. 24 Ketentuan tersebut memberikan jaminan kepada pemegang sertipikat apabila lewat jangka waktu 5 lima tahun setelah diterbitkan sertipikat hak atas tanah, maka pihak lain tidak dapat mengajukan gugatan lagi, dalam hal ini bukan karena lewat waktu 5 lima tahun menjadi verjaring dan bezitter, melainkan karena sikap pihak lain menunjukkan bahwa ia sudah tidak akan mempergunakan lagi rechtverwerking. 25 Penetapan putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Medan dengan nomor 456Pdt.G2007PN.Mdn, putusan Pengadilan Tinggi Medan nomor 263PDT008PT-MDN dan Mahkamah Agung nomor 981KPdt2009 telah bertentangan dengan Pasal 32 ayat 1 dan 2 PP No. 241997. b. Teori Perlindungan Hukum Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur hak- hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum. Di samping itu, hukum juga berfungsi sebagai instrumen perlindungan bagi subjek hukum, senada dengan Sudikno Mertokusumo yang mengatakan, “hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan”. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi 24 Pasal 32 ayat 2 PP No. 241997. 25 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Internusa, 1992, hlm. 187. Universitas Sumatera Utara 19 dapat juga terjadi pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum terjadi ketika subjek hukum tertentu tidak menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena melanggar hak-hak subjek hukum lain. Subjek hukum yang dilanggar hak-haknya harus mendapatkan perlindungan hukum. 26 Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal dalam arti dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan diri sebagai negara hukum, namun seperti dikemukakan oleh Paulus E. Lotulung “bahwa masing-masing negara mempunyai cara dan mekanismenya sendiri tentang bagaimana mewujudkan perlindungan hukum tersebut. Dan juga sampai seberapa jauh perlindungan hukum itu diberikan. 27 Sjachran Basah mengatakan, “bahwa perlindungan terhadap warga negara diberikan bilamana sikap dan tindakan dari administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan perlindungan terhadap administrasi dilakukan terhadap sikap tindakannya dengan baik dan benar menurut hukum baik tertulis maupun tidak tertulis”. 28 Ada 2 dua macam bentuk perlindungan hukum bagi rakyat termasuk Pemerintah itu sendiri yaitu perlindungan hukum preventif dan represif. Pada perlindungan hukum preventif, kepada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan inspraak atau pendapatnya sebelum suatu keputusan 26 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1996, hlm. 40. 27 Paulus E. Lotulung, Beberapa Sistem tentang Kontrol Segi Hukum terhadap Pemerintah, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hlm. 123. 28 Sjachran Basah, Perlindungan Hukum terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara, Bandung: Alumni, 1992, hlm. 7-8. Universitas Sumatera Utara 20 pemerintah mendapat bentuk yang definitif, artinya perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Sedangkan sebaliknya perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Untuk itu sebagai warga negara atau rakyat sudah seharusnya mendapat perlindungan hukum, adapun alasannya sebagai berikut: 29 1. Karena dalam hal warga negara dan badan hukum perdata tergantung pada keputusan-keputusan dan ketetapan-ketetapan pemerintah seperti kebutuhan terhadap izin yang diperlukan untuk usaha perdagangan, perusahaan atau pertambangan. Oleh karena itu warga negara dan badan hukum perdata perlu mendapat perlindungan hukum, terutama untuk memperoleh kepastian hukum yang merupakan faktor penentu bagi kehidupan dunia usaha, 2. Hubungan antara Pemerintah dengan warga negara tidak berjalan dalam posisi sejajar, warga negara sebagai pihak yang lebih lemah dibandingkan dengan pihak Pemerintah, 3. Berbagai perselisihan warga negara dengan Pemerintah itu berkenaan dengan keputusan dan ketetapan, sebagai instrumen Pemerintah yang bersifat sepihak dalam melakukan intervensi terhadap kehidupan warga negara. Pembuatan keputusan dan ketetapan yang didasarkan pada kewenangan bebas akan membuka peluang terjadinya pelanggaran hak-hak warga negara.

2. Konsepsional

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88