32
masyarakat Hukum Adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional menurut
ketentuan-ketentuan peraturan
pemerintah.
61
Pelimpahan pelaksanaan sebagian kewenangan negara tersebut dapat juga diberikan kepada badan otorita, perusahaan negara, dan perusahaan daerah, dengan pemberian
penguasaan tanah-tanah tertentu dengan Hak Pengelolaan HPL.
2. Hak Perseorangan Atas Tanah
Hak perseorangan atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang haknya perseorangan, sekelompok orang secara bersama-sama, badan
hukum untuk memakai, dalam arti menguasai, menggunakan, danatau mengambil manfaat dari tanah tertentu. Hak-hak perseorangan atas tanah berupa hak atas tanah,
wakaf tanah Hak Milik, Hak Tanggungan, dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang
haknya untuk menggunakan tanah danatau mengambil manfaat dari tanah yang dihakinya. Perkataan “menggunakan” mengandung pengertian bahwa hak atas tanah
itu digunakan untuk kepentingan bangunan non-pertanian, sedangkan perkataan “mengambil manfaat” mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu digunakan
untuk kepentingan pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan. Dasar hukum pemberian hak atas tanah kepada perseorangan atau badan
hukum dimuat dalam Pasal 4 ayat 1 UUPA, yaitu Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak
atas permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai
61
Pasal 2 ayat 4 UUPA.
Universitas Sumatera Utara
33
oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum”.
62
Macam-macam hak atas tanah dimuat dalam Pasal 16 UUPA, Pasal 53 UUPA, dan dalam PP No. 401996.
63
Hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari negara atas tanah dapat diberikan kepada perseorangan baik warga negara
Indonesia maupun warga negara asing, sekelompok orang secara bersama-sama, dan badan hukum baik badan hukum privat maupun badan hukum publik.
Menurut Soedikno Mertokusumo, wewenang yang dipunyai oleh pemegang hak atas tanah terhadap tanahnya dibagi menjadi 2 dua, yaitu:
a. Wewenang umum
Wewenang yang bersifat umum yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya, termasuk juga tubuh bumi, air dan
ruang yang ada di atasnya sekadar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA
dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi Pasal 4 ayat 2 UUPA.
b. Wewenang khusus Wewenang yang bersifat khusus yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai
wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan macam hak atas tanahnya, misalnya wewenang pada tanah Hak Milik adalah dapat untuk
kepentingan pertanian danatau mendirikan bangunan, wewenang pada tanah Hak Guna Bangunan adalah menggunakan tanah hanya untuk mendirikan dan
memiliki bangunan di atas tanah yang bukan miliknya, wewenang pada tanah Hak Guna Usaha adalah menggunakan tanah hanya untuk kepentingan
perusahaan di bidang pertanian, perikanan, peternakan, atau perkebunan.
64
62
Pasal 4 ayat 1 UUPA.
63
Urip Santoso, 2012, Op.Cit, hlm. 83-84.
64
Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, Jakarta: Universitas Terbuka, Karunika, 1988, hlm. 455.
Universitas Sumatera Utara
34
Macam-macam hak atas tanah dimuat dalam Pasal 16 dan Pasal 53 UUPA, yang dikelompokkan menjadi 3 tiga bidang, yaitu:
65
a. Hak atas tanah yang bersifat tetap, yaitu hak atas tanah ini akan tetap ada selama UUPA masih berlaku atau belum dicabut dengan undang-undang yang
baru. Jenis-jenis hak atas tanah ini adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Membuka Tanah, Hak Sewa untuk
Bangunan, dan Hak Memungut Hasil Hutan.
b. Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang, yaitu hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan dengan undang-
undang. Hak atas tanah ini jenisnya belum ada. c. Hak atas tanah yang bersifat sementara, yaitu hak atas tanah ini sifatnya
sementara, dalam waktu yang singkat akan dihapuskan dikarenakan mengandung sifat-sifat pemerasan, mengandung sifat feodal, dan bertentangan
dengan jiwa UUPA. Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Gadai Gadai Tanah, Hak Usaha Bagi Hasil Perjanjian Bagi Hasil, Hak
Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.
Pada hak atas tanah yang bersifat tetap di atas, sebenarnya Hak Membuka Tanah dan Hak Memungut Hasil Hutan bukanlah hak atas tanah dikarenakan
keduanya tidak
memberikan wewenang
kepada pemegang
haknya untuk
menggunakan tanah atau mengambil manfaat dari tanah yang dihakinya. Namun, sekedar menyesuaikan dengan sistematika Hukum Adat, maka kedua hak tersebut
dicantumkan juga ke dalam hak atas tanah yang bersifat tetap. Sebenarnya kedua hak tersebut merupakan “pengejawantahan” dari hak ulayat masyarakat Hukum Adat.
66
Hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16 jo Pasal 53 UUPA tidak bersifat limitatif artinya di samping hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam
65
Urip Santoso, 2012, Loc.Cit, hlm. 90.
66
Ibid, hlm. 91.
Universitas Sumatera Utara
35
UUPA, kelak dimungkinkan lahirnya hak atas tanah baru yang diatur secara khusus dengan undang-undang.
67
Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan menjadi 2 dua kelompok, yaitu:
68
a. Hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah negara. Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan atas Tanah Negara, Hak Pakai atas Tanah Negara.
b. Hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah pihak lain. Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Guna
Bangunan atas Tanah Hak Pengelolaan, Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik, Hak Pakai atas Tanah Hak Pengelolaan, Hak Pakai atas Tanah Hak
Milik, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak Gadai Gadai Tanah, Hak Usaha Bagi Hasil Perjanjian Bagi Hasil, Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah
Pertanian.
B. Hak Pakai
Ketentuan mengenai Hak Pakai disebutkan dalam Pasal 16 ayat 1 huruf d,
69
dan Pasal 41 sampai dengan Pasal 43 UUPA. Menurut Pasal 50 ayat 2 UUPA,
70
67
Ibid.
68
Ibid.
69
Pasal 16 ayat 1 UUPA menyebutkan: Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 ialah:
a. hak milik, b. hak guna usaha,
c. hak guna bangunan, d. hak pakai,
e. hak sewa, f. hak membuka tanah,
g. hak memungut hasil hutan,
h.
hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53.
70
Pasal 50 ayat 2 UUPA menyebutkan: “Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan hak sewa untuk bangunan diatur dengan peraturan
perundangan”.
Universitas Sumatera Utara
36
ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Pakai diatur dengan PP No. 401996, yang secara khusus diatur dalam Pasal 39 sampai dengan Pasal 58.
1. Pengertian dan Subjek Hak Pakai