akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan
menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer ini digunakan sebagai indikator alaram. Gambar dari buzzer
dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8. Buzzer
2.8. LED
LED Light Emitting Diode adalah komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor jenis dioda yang mampu memancarkan cahaya. LED mampu
menghasilkan cahaya yang berbeda-beda menurut semi konduktor yang digunakan dan jenis bahan semi konduktor tersebut akan menghasilkan panjang gelombang yang berbeda,
sehingga cahaya yang dihasilkan berbeda pula. LED adalah salah satu jenis dioda, maka LED memiliki dua kutub yaitu anoda dan katoda. Dalam hal ini LED akan menyala bila
ada arus listrik yang mengalir dari anoda menuju katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terbalik karena apabila terbalik LED tidak akan
menyala. Semakin tinggi arus yang mengalir pada LED maka semakin terang juga cahaya yang dihasilkan., namun perlu diperhatikan bahwa arus yang diperbolehkan adalah 10mA-
20mA dan tegangan 1,6 volt-3,5 volt menurut karakter warna yang dihasilkan. Apabila arus yang mengalir melebihi 20mA, maka LED akan terbakar. Untuk menjaga agar LED
bekerja maka perlu resistor sebagai pembatas arus. Rangkaian LED ditunjukan pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Konfigurasi LED PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan gambar diatas, persamaan untuk mencari nilai tegangan menggunakan hukum ohm yaitu V=IR, sehingga persamaan untuk mencari nilai resis tor yang digunakan
sebagai indikator adalah :
� =
� −� �
2.5 Dengan :
V = Tegangan
I = Arus listrik
R = Resistor
Vs = Tegangan sumber Vd = Tegangan LED
Tegangan kerja pada sebuah LED menurut warna yang dihasilkan [6]: 1.
Infra merah : 1,6V
2. Merah
: 1,8V – 2,1V
3. Oranye
: 2,2V 4.
Kuning : 2,4V
5. Hijau
: 2,6V 6.
Biru : 3,0V
– 3,5V 7.
Putih : 3,0V
– 3,6V 8.
Ultraviolet : 3,5V
Pada umumnya tegangan yang digunakan pada perancangan adalah tegangan minimal LED V
min LED
, tegangan minimal LED adalah sebesar 1,5V. Gambar 2.10 menunjukan rangkaian indikator LED.
Gambar 2.10. Rangkaian indikator LED
2.9. Potensiometer POT
Potensiometer adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan rangkaian elektronika ataupun kebutuhan pemakainya.
Potensiometer merupakan keluarga resistor yang tergolong dalam kategori variable resistor. Secara struktur, potensiometer terdiri dari 3 kaki terminal dengan sebuah shaft
atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar 2.11. menunjukan struktur internal potensiometer beserta bentuk dan simbolnya[7].
Gambar 2.11. Struktur internal potensiometer beserta bentuk dan simbolnya Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam komponen potensiometer adalah :
a. Penyapu atau disebut juga dengan wiper
b. Element Resistif
c. Terminal
2.9.1. Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1.
Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas
sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan ibu jari untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur
dengan cara memutarkan wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan ibu jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu,
Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer.
3.
Potensiometer Trimmer, yaitu potensiometer yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat khusus seperti obeng screwdriver untuk memutarnya.
Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya
.
Untuk gambar dari bentuk dan jenis potensiometer dapat dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.12. Bentuk dan jenis potensiometer
2.9.2. Prinsip Kerja Potensiometer
Sebuah potensiometer POT terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur track dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya biasanya
berada di tengah adalah penyapu wiper yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif resistive. Pergerakan penyapu wiper pada Jalur
elemen resistif inilah yang mengatur naik-turunnya nilai resistansi sebuah potensiometer. Elemen resistif pada potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran metal logam
dan keramik ataupun bahan barbon Carbon. Berdasarkan track jalur elemen resistif- nya, potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear Linear
Potentiometer dan Potensiometer Logaritmik Logarithmic Potentiometer .
2.9.3. Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan elektronika dengan fungsi- fungsi sebagai
berikut : 1.
Sebagai pengatur volume pada berbagai peralatan audiovideo seperti amplifier, tape mobil, DVD player.
2. Sebagai pengatur tegangan pada rangkaian power supply
3. Sebagai pembagi tegangan
4. Aplikasi switch TRIAC
5. Digunakan sebagai joystick pada tranduser
6. Sebagai pengendali level sinyal
2.10. Saklar push button
Tombol tekan atau push button adalah bentuk saklar yang paling umum dari pengendali manual yang dijumpai di industry. Tombol tekan NO normally open
menyambung ke rangkaian ketika tombol ditekan dan kembali pada posisi terputus ketika tombol dilepas. Sedangkan tombol tekan NC normally close akan memutus rangkaian
apabila tombol ditekan dan akan kembali pada posisi terhubung ketika tombol dilepaskan. Simbol tombol tekan dapat dilihat pada gambar 2.13. Dalam hal ini yang sering
dipakai dalam banyak percobaan adalah tombol tekan pull up dimana logika dari pull up adalah ketika tombol tidak ditekan nilai masukan ke mikrokontroler berlogika tinggi.Selain
itu juga ada tombol yang digunakan untuk mereset mikrokontroler, berdasarkan datasheet dimana untuk melakukan reset diperlukan minimal lebar pulsa sebesar 2,5 us, dan tegangan
maksimum reset sebesar 1,6 volt. Dimana untuk mengetahui besaran komponen yang akan digunakan maka menggunakan persamaan ini :
� =
1
=
1 2
∗�∗�∗�
2.6
dan juga hukum Ohm V = IR 2.7
a b
Gambar 2.13.aSimbol tombol tekan NO Normally open. b Simbol tombol tekan NC Normally close
Lalu ada dua macam rangkaian untuk tombol tekan ini yaitu : 1.
Hambatan pull-up digunakan untuk mencegah nilai float pada kondisi high dengan menambahkansebuah resistor pada jalur sumber tegangan dan paralel dengan jalur
input ke microcontroller. Dengan pull-up resistor, pin input akan terbaca high saat tombol tidak ditekan. Dengan kata lain, sejumlah kecil arus mengalir antara VCC
dan pin input tidak ke ground, sehingga pin input dibaca mendekati VCC. Ketika tombol ditekan, maka akan menghubungkan pin input langsung ke ground. Arus
mengalir melalui resistor ke ground, sehingga pin input akan terbaca dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keadaan low. Jika tidak ada resistor, jika switch ditekan maka VCC akan terhubung langsung dengan ground, sehingga arus yang sangat besar akan mengalir antara
VCC dan ground. Kondisi ini disebut short circuit. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan fisik suplai daya dan rangkaian itu sendiri. Dengan adanya resistor maka
arus yang sangant besar tersebut akan dapat dibatasi[8]. Ditunjukan pada Gambar 2.14.a.
2. Hambatan Pull down, merupakan rangkaian tombol, yang apabila tombol ditekan
maka akan berlogika satu high, bila dilepas akan berlogika nol low . Ditunjukan pada Gambar 2.14.b.
a b
Gambar 2.14.a Rangkaian tombol tekan pull up .b Rangkaian tombol tekan pul down Rangkaian reset sama fungsinya dengan rangkaian reset pada komputer. Fungsi reset
di mikrokontroler yaitu untuk merestart program, se hingga kembali ke program awal. Gambar 2.15. menunjukan rangkaian reset pada mikrokontroler.
Gambar 2.15. Rangkaian reset eksternal
2.11. Komunikasi Data Melalui RS232