1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung oleh arus globalisasi yang hebat dari waktu ke waktu, memunculkan
persaingan dalam berbagai bidang kehidupan. Dunia pendidikan yang akan mencetak generasi-generasi muda yang handal dan berkualitas diharapkan benar-
benar dapat menjadi sarana terciptanya lulusan yang siap bersaing dalam upaya menghadapi persaingan diberbagai bidang kehidupan tersebut.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini adalah tentang peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia, telah lama dilakukan. Bahkan setiap Repelita, peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan.
Berbagai program dan inovasi pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan
tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan, serta
pengadaan fasilitas penunjang, dan lain-lain selalu dilakukan. Namun sampai saat ini mutu pendidikan masih jauh dari harapan. Hal ini nampak pada hasil Ujian
Akhir Nasional yang kenyatannya masih ada siswa yang tidak lulus ujian. Perbaikan-perbaikan itu terletak di luar diri siswa. Dalam hal ini siswa
dipersepsi sebagai unsur yang harus dilayani. Siswa perlu dilihat sebagai unit yang mengandung potensi, yang meliputi pengetahuan, nilai, sikap dan dorongan-
2
dorongan. Upaya guru dalam posisi ini adalah mengaktifkan potensi itu sehingga siswa termotivasi dalam proses pembelajaran.
Menurut Donnel dalam Purnomo 2005:59, motivasi diartikan sebagai dorongan dan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang itu akan berhasil
dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang ada
pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Semua ini didorong karena adanya tujuan, dorongan dan kebutuhan. Persoalan motivasi ini dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat
diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau
kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya, sejauh apa yang dilihatnya mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri. Pada masa mendatang diperlukan motivasi yang tinggi dan sikap maju
agar dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan IPTEK. Salah satu dampak dari perkembangan dan kemajuan IPTEK yaitu sulitnya mendapatkan pekerjaan
yang sesuai dengan bidang keahlian pendidikan formal akibat terbatasnya formasi pekerjaan serta meningkatnya pencari kerja. Akibatnya, masa tunggu
untuk mendapatkan pekerjaan bagi bidang-bidang tertentu terutama bagi lulusan
3
SMA yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi menjadi semakin banyak dan lama. Sementara, para lulusan SMA belum
mempunyai bekal atau belum dipersiapkan untuk bekerja. Di sisi lain, tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat sedangkan penghasilan relatif
tetap sehingga diperlukan upaya pengembangan usaha untuk meningkatkan perolehan pendapatan. Oleh karena itu, para siswa SMA perlu diberi pemahaman
tentang berwirausaha sebagai bekal dirinya untuk memulai atau melanjutkan kegiatan secara layak.
Berbeda dengan para lulusan SMK yang sudah mempunyai keterampilan khusus, sehingga mereka dapat menciptakan serta mengembangkan pekerjaan
melalui kegiatan wirausaha. Menurut Purnomo 2005:87, hal ini dikarenakan pelajaran kewirausahaan di SMK tercantum dalam kurikulum atau GBPP Tahun
1999 maupun dalam KBK. Mata pelajaran ini tergolong sebagai mata pelajaran adaptif, berupa bidang keahlian. Sementara di SMA tidak tercantum materi
kewirausahaan, sehingga diyakini bahwa minat kewirausahaan para siswa SMK akan lebih cepat terbentuk dibandingkan mereka yang berasal dari SMA.
Menurut Purnomo 2005:122, minat berwirausaha para siswa dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Dalam konteks pengembangan sumber daya
manusia, pendidikan sebagai usaha sadar diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan,
keterampilan, sikap dan kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan harus mampu berperan
aktif menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi
4
berbagai tantangan kehidupan. Siswa tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Siswa tidak
hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada
pembentukan minat wirausaha, yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara dari situasi yang dihubungkan dengan
keinginan atau kebutuhan sendiri. Atau dapat diartikan bahwa minat wirausaha merupakan suatu appetensi atau hasrat yang kuat dari seseorang terhadap aktivitas
kewirausahaan, baik disadari atau tidak yang terpuaskan lewat perilaku tertentu. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan khususnya di tingkat SMA, dapat
diterapkan pada siswa melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.
Berdasar pertimbangan di atas, perlu dilakukan perencanaan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran tentang pendidikan yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dan minat wirausaha siswa. Tersedianya perangkat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Model pembelajaran dan perangkat pembelajaran ini diharapkan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan minat wirausaha siswa. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini
adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Salah satunya adalah dengan
5
mengembangkan perangkat pembelajaran kimia melalui pendekatan pembelajaran Chemoentrepreneurship CEP. Menurut Mursiti et al, 2006:7, konsep
pendekatan Chemoentrepreneurship CEP merupakan suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang
dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan
menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan meningkatkan minatnya untuk berwirausaha.
Hidrokarbon merupakan salah satu materi dalam pelajaran kimia di SMA yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar kompetensi
yang diterapkan adalah memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Salah satu kompetensi dasar yang harus
dicapai adalah menjelaskan kegunaan dan komposisi senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan, sandang, papan, perdagangan, seni
dan estetika. Beberapa keterampilan yang dapat dilakukan adalah dengan kegiatan percobaaneksperimen membuat produk lilin hias, membuat semir sepatu dan
membuat balsem. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini diarahkan pada
upaya untuk meningkatkan motivasi belajar, minat berwirausaha siswa dan hasil belajar siswa dengan mengembangkan perangkat pembelajaran meliputi: Bahan
Ajar, Rencana Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa dan Instrumen penilaian pada materi pokok Hidrokarbon melalui pendekatan pembelajaran
Chemoentrepreneurship CEP pada siswa SMA N 9 Semarang.
6
1.2 Identifikasi Masalah