48
menghadapi tugas pelajaran kimia mengalami peningkatan paling rendah yaitu sebesar 2,93.
Gambar 4.1 di bawah ini menjelaskan perbandingan aspek motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CEP.
72.54 70.60
68.07 79.97
74.15 62.78
53.41 56.25
77.70 62.50
59.94 64.58
25.00 43.75
62.50 81.25
100.00
Mi n
a t t
h d
pel aj
ar an k
im ia
S enan
g mem
e c
a hk
a n
ma s
a la
h Ul
e t
m e
ngha dap
i ke
su lit
a n
Te k
u n
m e
ngha dap
i tu
gas B
e k
e rj
a s
e n
d iri
Mi nat t
h d
-b e
rm a
c a
m mac
a m
ma s
a la
h
Aspek Motivasi Belajar Me
a n
Sebelum CEP Sesudah CEP
Gambar 4.1. Perubahan Motivasi Belajar Siswa Setelah Pembelajaran CEP = sebelum CEP dan = sesudah CEP.
Analisis data hasil motivasi belajar siswa tiap aspek indikator.
4.1.1.1 Minat terhadap Pelajaran Kimia
Gambaran tentang minat siswa terhadap pelajaran kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada
tabel berikut. Tabel 4.4. Minat Siswa terhadap Pelajaran Kimia Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran CEP
49
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
3 6,8
11 25,0
62,51 - 81,25 Tinggi
21 47,7
21 47,7
43,76 - 62,50 Rendah
20 45,5
12 27,3
25,00 - 43,75 Sangat rendah
0,0 0,0
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.4, sebelum pembelajaran CEP, minat siswa terhadap pelajaran kimia sebagian besar sudah tergolong tinggi hingga mencapai 47,7
namun masih ada 45,5 siswa yang memiliki minat yang rendah terhadap pelajaran kimia, dan setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan minat siswa
terhadap pelajaran kimia, dimana sebanyak 47,7 siswa memiliki minat yang tinggi dan 25 dalam kategori sangat tinggi, dan hanya 27,3 saja yang memiliki
minat yang rendah terhadap pelajaran kimia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia menggunakan uji t
pada tabel 4.3 hal: 47 . Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata minat siswa terhadap pelajaran
kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 64,58 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 72,54 atau mengalami peningkatan 12,32. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 3,167 dengan p value = 0,003. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia
setelah mengikuti pembelajaran CEP.
4.1.1.2 Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia
Gambaran tentang tingkat kesenangan siswa untuk mencari dan memecahkan masalah kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut.
50
Tabel 4.5. Tingkat Kesenangan untuk Mencari dan Memecahkan Masalah Kimia Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
0,0 0,0
62,51 - 81,25 Tinggi
12 27,3
35 79,5
43,76 - 62,50 Rendah
28 63,6
8 18,2
25,00 - 43,75 Sangat rendah
4 9,1
1 2,3
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.5, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 63,6 siswa yang masih tergolong rendah tingkat kesenangan untuk mencari dan memecahkan
masalah kimia bahkan masih ada 9,1 yang tergolong sangat rendah, hanya 27,3 yang memiliki tingkat kesenangan sangat tinggi. Setelah pembelajaran
CEP terjadi perubahan tingkat kesenangan siswa untuk mencari dan memecahkan masalah kimia, dimana sebanyak 79,5 siswa memiliki tingkat kesenangan yang
tinggi, hanya 18,2 saja yang tergolong rendah dan 2,3 dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan minat siswa
terhadap pelajaran kimia menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47. Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat kesenangan siswa untuk
mencari dan memecahkan masalah kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 59,94 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 70,60 atau mengalami peningkatan
17,77. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 5,420 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada
peningkatan tingkat kesenangan siswa untuk mencari dan memecahkan masalah kimia setelah mengikuti pembelajaran CEP.
51
4.1.1.3 Ulet Menghadapi Kesulitan Masalah Kimia
Gambaran tentang tingkat keuletan siswa dalam mengahadapi tugas atau masalah kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6. Tingkat Keuletan dalam Manghadapi Masalah Kimia Sebelum dan
Sesudah Pembelajaran CEP
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
1 2,3
4 9,1
62,51 - 81,25 Tinggi
21 47,7
23 52,3
43,76 - 62,50 Rendah
22 50,0
17 38,6
25,00 - 43,75 Sangat rendah
0,0 0,0
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.6, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 50 siswa yang masih tergolong rendah tingkat keuletan dalam menghadapai masalah kimia
dan sebanyak 47,7 dalam kategori tinggi serta 2,3 dalam kategori sangat tingggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat keuletan siswa dalam
menghadapi masalah kimia, dimana sebanyak 52,3 siswa memiliki tingkat keuletan yang tinggi, meskipun masih ada 38,6 yang tergolong rendah. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan tingkat keuletan siswa dalam menghadapi masalah kimia menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47.
Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat keuletan siswa menghadapi masalah kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 62,50 dan setelah
pembelajaran CEP sebesar 68,07 atau mengalami peningkatan 8,91. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 3,037 dengan p value = 0,004. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat keuletan
siswa untuk mengahadapi masalah kimia setelah mengikuti pembelajaran CEP.
52
4.1.1.4 Tekun Menghadapi Tugas
Gambaran tentang tingkat ketekunan siswa dalam mengahadapi tugas pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat
pada tabel berikut. Tabel 4.7. Tingkat Ketekunan Siswa dalam Manghadapi Tugas Kimia Sebelum
dan Sesudah Pembelajaran CEP
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
5 11,4
17 38,6
62,51 - 81,25 Tinggi
37 84,1
23 52,3
43,76 - 62,50 Rendah
2 4,5
4 9,1
25,00 - 43,75 Sangat rendah
0,0 0,0
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.7, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 84,1 siswa memiliki tingkat ketekunan dalam menghadapai tugas kimia yang tinggi bahkan
11,4 tergolong sangat tinggi dan masih ada 4,5 siswa dalam kategori rendah. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat ketekunan siswa dalam
menghadapi tugas kimia, dimana sebanyak 52,3 siswa memiliki tingkat ketekunan yang tinggi, meskipun masih ada 38,6 yang tergolong sangat tinggi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas kimia menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47.
Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas kimia sebelum pembelajaran CEP sebesar 77,70 dan setelah
pembelajaran CEP sebesar 79,97 atau mengalami peningkatan hanya 2,93. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 1,308 dengan p value = 0,198. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan tidak ada peningkatan tingkat
53
ketekunan siswa untuk mengahadapi tugas kimia setelah mengikuti pembelajaran CEP.
4.1.1.5 Lebih Senang Bekerja Mandiri
Gambaran tentang tingkat kesenangan siswa untuk bekerja mandisi pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat
pada tabel berikut. Tabel 4.8. Tingkat Kesenangan Siswa untuk Bekerja Mandiri Sebelum dan
Sesudah Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
0,0 8
18,2 62,51 - 81,25
Tinggi 6
13,6 25
56,8 43,76 - 62,50
Rendah 34
77,3 10
22,7 25,00 - 43,75
Sangat rendah 4
9,1 1
2,3 Jumlah
44 100 44 100
Terlihat dari tabel 4.8, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 77,3 siswa yang masih tergolong rendah tingkat kesenangan siswa untuk bekerja mandiri dan
9,1 dalam kategori sangat rendah, hanya sebanyak 13,6 dalam kategori tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat kesenangan siswa dalam
untuk bekerja mandiri, dimana sebanyak 56,8 siswa memiliki tingkat kesenangan yang tinggi bahkan 18,2 dalam kategori sangat tinggi, meskipun
masih ada 22,7 yang tergolong rendah dan 2,3 dalam kategori sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dair hasil uji peningkatan tingkat kesenagan
siswa untuk bekerja mandiri menggunakan uji t pada tabel 4,3 hal: 47. Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat kesenangan untuk bekerja
mandiro sebelum pembelajaran CEP sebesar 56,25 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 74,15 atau mengalami peningkatan 31,82. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
54
sebesar 8,338 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat kesenangan siswa untuk bekerja
mandiri setelah mengikuti pembelajaran CEP.
4.1.1.6 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah kimia
Gambaran tentang tingkat minat siswa terhadap bermacam-macam masalah kimia pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9. Tingkat Minat Siswa terhadap bermacam-macam masalah kimia
Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
0,0 0,0
62,51 - 81,25 Tinggi
3 6,8
13 29,5
43,76 - 62,50 Rendah
32 72,7
30 68,2
25,00 - 43,75 Sangat rendah
9 20,5
1 2,3
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.9, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 72,7 siswa yang masih tergolong rendah tingkat minat siswa terhadap bermacam-macam
masalah dan 20,5 dalam kategori sangat rendah, hanya sebanyak 6,8 dalam kategori tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan tingkat minat
terhadap bermacam-macam masalah kimia, dimana sebanyak 68,2 siswa memiliki tingkat minat yang rendah bahkan 29,5 dalam kategori tinggi,
meskipun masih ada 2,3 yang tergolong sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan tingkat minat siswa terhadap bermacam-
macam masalah menggunakan uji t pada tabel 4.3 hal: 47. Terlihat dari tabel 4.3, hal: 47, rata-rata tingkat minat siswa terhadap
bermacam-macam masalah sebelum pembelajaran CEP sebesar 53,41 dan setelah
55
pembelajaran CEP sebesar 62,78 atau mengalami peningkatan 17,55. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 4,904 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat minat siswa
terhadap bermacam-macam masalah setelah mengikuti pembelajaran CEP.
4.1.2 Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa
Minat berwirausaha siswa dapat dilihat dari delapan indikator yaitu: 1 adanya kemauan yang keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, 2
keyakinan kuat atas kekuatan sendiri, 3 sikap jujur dan tanggung jawab, 4 ketahanan fisik dan mental, 5 ketekunan dalam bekerja dan berusaha, 6
pemikiran yang kreatif dan konstruktif, 7 berorientasi ke masa depan dan 8 berani mengambil resiko.
Gambaran perubahan minat berwirausaha siswa setelah mengikuti pembelajaran CEP dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10. Distribusi Minat Berwirausaha Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
1 2,3
15 34,1 62,51 - 81,25
Tinggi 27
61,4 28 63,6
43,76 - 62,50 Rendah
16 36,4
1 2,3 25,00 - 43,75
Sangat rendah 0,0
0 0,0 Jumlah
44 100 44 100
Terlihat dari tabel 4.10, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 36,4 siswa yang memiliki minat berwirausaha dalam kategori rendah, sebanyak 61,4
tergolong tinggi, sebanyak 2,3 tergolong sangat tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 34,1 siswa memiliki minat berwirausaha sangat
tinggi dan 63,6 dalam kategori tinggi, hanya 2,3 saja yang memiliki minat
56
berwirusaha rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t sebagai berikut.
Tabel 4.11. Uji Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa. Kondisi Mean
Peningkatan t
hitung
dk p
value Kriteria
Sebelum 65,84
19,80 18,421
43 0,000
Signifikan Sesudah
78,87
Terlihat dari tabel 4.11, rata-rata minat berwirausaha siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 65,84 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 78,87
atau mengalami peningkatan 19,80. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 18,421 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa
secara signifikan ada peningkatan minat berwirausaha setelah mengikuti pembelajaran CEP.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa dengan pembelajaran CEP terjadi peningkatan minat berwirausaha siswa dalam arti adanya perubahan
kemauan yang keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, perubahan keyakinan yang kuat atas kekuatan sendiri, sikap jujur dan tanggung jawab,
ketahanan fisik dan mental, ketekunan dalam bekerja dan berusaha, pemikiran yang kreatif dan konstruktif, berorientasi ke masa depan dan berani mengambil
resiko. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil perubahan indikator ini pada tabel berikut.
57
Tabel 4.12. Perubahan Minat Berwirausaha Siswa Setelah Pembelajaran CEP.
Aspek Rata-rata
Pening -katan
t
hitung
dk p value Kriteria
Sebelum Sesudah Kemauan
keras untuk mencapai
tujuan dan kebutuhan
hidup 58,52 65,06
11,17 3,845
43 0,000
Signifikan
Keyakinan kuat atas
kekuatan sendiri
55,68 66,76 19,90
7,8 43
0,000 Signifikan
Sikap jujur dan tanggung
jawab 71,02 86,08
21,20 6,812
43 0,000
Signifikan Ketahanan
fisik dan mental
73,58 89,49 21,62
7,624 43
0,000 Signifikan
Ketekunan dalam bekerja
dan berusaha 75,57 90,91
20,30 5,346
43 0,000
Signifikan Pemikiran
yang kreatif dan
konstruktif 73,58 91,19
23,94 6,825
43 0,000
Signifikan
Berorientasi ke masa
depan 68,75 78,98
14,88 5,732
43 0,000
Signifikan
Berani mengambil
resiko 50,00 62,50
25,00 6,413
43 0,000
Signifikan
Nampak dari tabel 4.12, perubahan tertinggi pada aspek pemikiran yang kreatif dan konstruktif dengan peningkatan sebesar 23,94 dan perubahan paling
rendah sebesar 11,17 pada aspek kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup.
58
Gambar 4.2 di bawah ini menjelaskan perbandingan aspek minat berwirausaha siswa dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CEP.
65.06 66.76
86.08 89.49
90.91 91.19
78.98 62.50
50.00 68.75
58.52 55.68
71.02 73.58
75.57 73.58
25.00 43.75
62.50 81.25
100.00
K e
maua n k
e ra
s m
e nc
apai t
u juan
K e
y a
k inan
k u
at at
as k
e k
u ata
n s
endi ri
S ik
a p j
uj ur
dan tan
ggung j a
w a
b K
et ahana
n f is
ik dan ment
al K
e tek
unan dal
am bek e
rja dan ber
us ah
a P
e mi
k iran y
ang k
reati f dan
k ons
tr uk
tif B
e ro
ri e
n ta
s i k
e mas
a depan
B er
ani m
e ngambi
l re
si ko
Aspek Minat Berwirausaha M
ean
Sebelum CEP Sesudah CEP
Gambar 4.2. Peningkatan Minat Berwirausaha Siswa Setelah Pembelajaran CEP = sebelum CEP dan = sesudah CEP.
Analisis data hasil minat wirausaha siswa tiap aspek indikator.
4.1.2.1 Kemauan Keras untuk Mencapai Tujuan dan Kebutuhan Hidup
Gambaran tentang kemauan keras siswa untuk mecapai tujuan dan kebutuhan hidup pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut.
59
Tabel 4.13.
Kemauan Keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
3 6,8
1 2,3 62,51 - 81,25
Tinggi 6
13,6 16 36,4
43,76 - 62,50 Rendah
28 63,6
25 56,8 25,00 - 43,75
Sangat rendah 7
15,9 2 4,5
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.13, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 63,6 siswa yang masih tergolong rendah dan 15,9 dalam kategori sangat rendah, hanya
13,6 yang tergolong tinggi dan 6,8 tergolong sangat tinggi tentang kemauannya untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup. Setelah pembelajaran
CEP terjadi perubahan meskipun relatif kecil, dimana 56,8 siswa memiliki kemauan rendah dan 4,5 tergolong sangat rendah untuk mencapai tujuan dan
kebutuhan hidup, namun sudah ada 36,4 yang memiliki kemauan tinggi serta 2,3 tergolong sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji
peningkatan kemauan siswa untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57.
Terlihat dari tabel 4.12, hal: 57, rata-rata tingkat kemauan siswa untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup sebelum pembelajaran CEP sebesar 58,52
dan setelah pembelajaran CEP sebesar 65,06 atau mengalami peningkatan 11,17. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 3,845 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada
peningkatan tingkat kemauan untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup setelah mengikuti pembelajaran CEP.
60
4.1.2.2 Keyakinan Kuat atas Kekuatan Sendiri
Gambaran tentang tingkat keyakinan kuat atas kekuatan sendiri pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat
pada tabel berikut. Tabel 4.14. Keyakinan kuat atas kekuatan sendiri Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
1 2,3
2 4,5 62,51 - 81,25
Tinggi 3
6,8 16 36,4
43,76 - 62,50 Rendah
35 79,5
26 59,1 25,00 - 43,75
Sangat rendah 5
11,4 0 0,0
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.14, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 79,5 siswa masih tergolong rendah dan 11,4 dalam kategori sangat rendah, hanya 6,8
yang tergolong tinggi dan 2,3 tergolong sangat tinggi tentang keyakinannya atas kekuatan sendiri. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 59,1
siswa memiliki keyakinan rendah dan 36,4 tergolong tinggi dan 4,5 tergolong sangat tinggi atas keyakinan pada kekuatan dirinya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57.
Terlihat dari tabel 4.12, hal: 57, rata-rata tingkat keyakinan siswa atas ekuatan dirinya sebelum pembelajaran CEP sebesar 55,68 dan setelah
pembelajaran CEP sebesar 66,76 atau mengalami peningkatan 19,90. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 7,8 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat keyakinan
atas kekuatan dirinya setelah mengikuti pembelajaran CEP.
61
4.1.2.3 Sikap jujur dan tanggung jawab
Gambaran tentang sikap kejujuan dan tanggung jawab siswa pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada
tabel berikut. Tabel
4.15. Sikap Jujur dan Tanggung Jawab Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
15 34,1
30 68,2 62,51 - 81,25
Tinggi 9
20,5 13 29,5
43,76 - 62,50 Rendah
19 43,2
0 0,0 25,00 - 43,75
Sangat rendah 1
2,3 1 2,3
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.15, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 43,2 siswa masih tergolong rendah dan 2,3 dalam kategori sangat rendah, sebanyak 20,5
yang tergolong tinggi dan 34,1 tergolong sangat tinggi tentang kejujuran dan tanggungjawabnya. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 68,2
siswa memiliki tingkat kejujuran dan tanggung jawab yang sangat tinggi serta 29,5 tergolong tinggi, hanya 2,3 yang tergolong sangat rendah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57.
Terlihat dari tabel 4.12, hal: 57, rata-rata tingkat kejujuran dan tanggungjawab siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 71,02 dan setelah
pembelajaran CEP sebesar 86,08 atau mengalami peningkatan 21,20. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 6,812dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat kejujuran dan
tanggungjawab setelah mengikuti pembelajaran CEP.
62
4.1.2.4 Ketahanan Fisik dan Mental
Gambaran tentang ketahanan fisik dan mental siswa pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel
berikut. Tabel 4.16. Ketahanan fisik dan mental Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
9 20,5
27 61,4 62,51 - 81,25
Tinggi 20
45,5 15 34,1
43,76 - 62,50 Rendah
15 34,1
2 4,5 25,00 - 43,75
Sangat rendah 0,0
0 0,0 Jumlah
44 100 44 100
Terlihat dari tabel 4.16, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 34,1 siswa masih tergolong rendah, sebanyak 45,5 yang tergolong tinggi dan 20,5
tergolong sangat tinggi tentang ketahanan fisik dan mental. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 61,4 siswa memiliki ketahanan fisik dan mental
yang sangat tinggi serta 34,1 tergolong tinggi, hanya 4,5 yang tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada
indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12, hal: 57, rata-rata tingkat ketahanan fisik dan menta
siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 73,58 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 89,49 atau mengalami peningkatan 21,62. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 7,624 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat ketahanan fisik dan mental
setelah mengikuti pembelajaran CEP.
63
4.1.2.5 Ketekunan dalam bekerja dan berusaha
Gambaran tentang ketekunan untuk bekerja dan berusaha pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada
tabel berikut. Tabel 4.17.
Ketekunan dalam bekerja dan berusaha Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
21 47,7
33 75,0 62,51 - 81,25
Tinggi 9
20,5 8 18,2
43,76 - 62,50 Rendah
9 20,5
2 4,5 25,00 - 43,75
Sangat rendah 5
11,4 1 2,3
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.17, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 11,4 siswa masih tergolong sangat rendah, sebanyak 20,5 tergolong rendah, sebanyak
20,5 tergolong tinggi dan 47,7 tergolong sangat tinggi tentang ketekunan untuk bekerja dan berusaha. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana
75,0 siswa memiliki ketekunan untuk bekerja dan berusaha yang sangat tinggi serta 18,2 tergolong tinggi, hanya 4,5 yang tergolong rendah dan 2,3
tergolong sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57.
Terlihat dari tabel 4.12 hal: 57, rata-rata ketekunan siswa untuk bekerja dan berusaha sebelum pembelajaran CEP sebesar 75,57 dan setelah pembelajaran
CEP sebesar 90,91 atau mengalami peningkatan 20,30. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 5,346 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan tingkat ketekunan dalam
bekerja dan berusaha setelah mengikuti pembelajaran CEP.
64
4.1.2.6 Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif
Gambaran tentang kreativitas berikir siswa pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.18. Pemikiran yang Kreatif dan Konstruktif Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
14 31,8
32 72,7 62,51 - 81,25
Tinggi 15
34,1 9 20,5
43,76 - 62,50 Rendah
13 29,5
2 4,5 25,00 - 43,75
Sangat rendah 2
4,5 1 2,3
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.18, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 29,5 siswa masih tergolong rendah, sebanyak 4,5 tergolong sangat rendah, sebanyak 34,1
tergolong tinggi dan 31,8 tergolong sangat tinggi tentang kratifitas berpikir siswa. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 72,7 siswa
memiliki kreativitas yang sangat tinggi serta 20,5 tergolong tinggi, hanya 4,5 yang tergolong rendah dan 2,3 tergolong sangat rendah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57.
Terlihat dari tabel 4.12 hal: 57, rata-rata krativitas berpikir siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 73,58 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 91,19
atau mengalami peningkatan 23,94. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 6,825 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara
signifikan ada peningkatan tingkat kreativitas berpikir siswa setelah mengikuti pembelajaran CEP.
65
4.1.2.7 Berorientasi ke masa depan
Gambaran tentang oritentasi siswa ke masa depan pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel
berikut. Tabel 4.19. Berorientasi ke Masa Depan Sebelum dan Sesudah Pembelajaran
CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
7 15,9
14 31,8 62,51 - 81,25
Tinggi 15
34,1 27 61,4
43,76 - 62,50 Rendah
20 45,5
3 6,8 25,00 - 43,75
Sangat rendah 2
4,5 0 0,0
Jumlah 44 100 44
100
Terlihat dari tabel 4.19, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 45,5 siswa masih tergolong rendah, sebanyak 4,5 tergolong sangat rendah, sebanyak 34,1
tergolong tinggi dan 15,9 tergolong sangat tinggi tentang orientasi siswa ke masa depan. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 61,4 siswa
memiliki orientasi yang tinggi ke masa depan serta 31,8 tergolong sangat tinggi, hanya 6,8 yang tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil
uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57. Terlihat dari tabel 4.12 hal: 57, rata-rata orientasi ke masa depan siswa
sebelum pembelajaran CEP sebesar 68,75 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 78,98 atau mengalami peningkatan 14,88. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 5,732 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa
secara signifikan ada peningkatan orientasi siswa ke masa depan setelah mengikuti pembelajaran CEP.
66
4.1.2.8 Berani mengambil resiko
Gambaran tentang oritentasi siswa ke masa depan pada kondisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan CEP dapat dilihat pada tabel
berikut. Tabel 4.20. Berani Mengambil Resiko Sebelum dan Sesudah Pembelajaran CEP.
Interval Kriteria Sebelum pembelajaran CEP
Setelah pembelajaran CEP Frekuensi Persentase
Frekuensi Persentase
81,26 - 100 Sangat tinggi
0,0 4 9,1
62,51 - 81,25 Tinggi
5 11,4
12 27,3 43,76 - 62,50
Rendah 24
54,5 27 61,4
25,00 - 43,75 Sangat rendah
15 34,1
1 2,3 Jumlah
44 100 44 100
Terlihat dari tabel 4.20, sebelum pembelajaran CEP, terdapat 54,5 siswa masih tergolong rendah, sebanyak 34,1 tergolong sangat rendah tentang
keberanian siswa untuk mengambil resiko, sebanyak 11,4 tergolong tinggi. Setelah pembelajaran CEP terjadi perubahan, dimana 61,4 siswa memiliki
keberanian mengambil resikio yang rendah, namun sudah ada 27,3 yang tergolong tinggi dan 9,1 tergolong sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari hasil uji peningkatan pada indikator ini menggunakan uji t pada tabel 4.12 hal: 57.
Terlihat dari tabel 4.12 hal: 57, rata-rata tingkat keberanian siswa untuk mengambil resiko sebelum pembelajaran CEP sebesar 50 dan setelah
pembelajaran CEP sebesar 62,50 atau mengalami peningkatan 25. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 6,413 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara signifikan ada peningkatan keberanian siswa
dalam mengambil resiko setelah mengikuti pembelajaran CEP.
67
4.1.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari aspek psikomotor dan aspek kognitif. Dari aspek psikomotor, dilihat dari tujuh indikator penilaian yaitu: keterampilan
menggunakan alat, melakukan pengamatan, bekerjasama, ketepatan prosedur praktikum, kebersihan alat dan ruangan, hasil praktikum dan pembuatan laporan.
Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata hasil belajar psikomotor siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan CEP mencapai 71,35 dalam kategori baik.
Adapun rata-rata ketujuh indikator tersebut dapat diihat pada tabel berikut. Tabel 4.21. Rata-rata Hasil Belajar Psikomotor.
No Indikator Rata-rata Kriteria
1 Menggunakan alat
65,57 Cukup
2 Melakukan pengamatan
69,77 Baik
3 Bekerjasama 72,05
Baik 4 Prosedur
praktikum 70,80
Baik 5
Kebersihan alat dan ruangan 75,34
Baik 6 Hasil
praktikum 71,36
Baik 7 Pembuatan
laporan 74,55
Baik Total
71,35 Baik
Terlihat dari tabel 4.21, menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan siswa dalam melakukan pengamatan ketika melaksanakan praktikum. Kerjasama,
menjalankan prosedur praktikum, menjaga kebersihan alat dan ruangan, hasil praktikum serta dalam pembuatan laporan tergolong baik yaitu pada interval 69-
84, namun dalam menggunakan alat masih tergolong cukup. Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Psikomotor.
No Interval Kriteria
Frekuensi Persentase
1 84,01 -100,00 Sangat baik
0,00 2 68,01 - 84,00
Baik 31
70,45 3 52,01 - 68,00
Cukup 13
29,55 4 36,01 - 52,00
Kurang baik 0,00
5 20,00 - 36,00 Tidak baik
0,00 Jumlah
44 100
68
Terlihat dari tabel 4.22, sebanyak 70,45 siswa memperoleh hasil belajar psikomotor yang baik dan 29,55 siswa dalam kategori cukup.
Rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebelum dam sesudah pembelajaran CEP dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.23. Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif. Kondisi Mean
Peningkatan t
hitung
dk p
value Kriteria
Sebelum 3,94
75,27 17,789
43 0,000
Signifikan Sesudah
6,91
Terlihat dari tabel 4.23, rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran CEP sebesar 3,94 dan setelah pembelajaran CEP sebesar 6,91 atau mengalami
peningkatan sebesar 75,27. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 17,789 dengan p value = 0,000. Karena nilai p value 0,05, menunjukkan bahwa secara
signifikan ada peningkatan hasil belajar kognitif yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui pembelajaran
CEP dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Di samping itu hasil yang dicapai telah mencapai ketuntasan belajar karena secara signifikan hasil belajar
tersebut melebihi batas ketuntasan 6,4. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.24. Hasil Uji Ketuntasan Belajar Kognitif Siswa. Mean
μo t
hitung
dk p
value Kriteria 6.91 6,4
3,452 43 0,001 Tuntas belajar
Terlihat dari tabel 4.24, diperoleh t
hitung
= 3,452 dengan p value = 0,001. karena nilai p value 0,05, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar
kognitif siswa telah melebihi batas ketuntasan 6,4. Dengan kata lain melalui pembelajaran CEP berpengaruh pada ketuntasan belajar siswa.
69
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran CEP terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Rata-rata motivasi belajar siswa
sebelum dilaksanakan pembelajaran CEP mencapai 62,31 dan setelah dilaksanakan pembelajaran CEP terjadi peningkatan 14,21 dengan rata-rata
motivasinya sebesar 71,16. Dari hasil uji t, diperoleh t
hitung
= 8,449 dengan p value = 0,000 0,05 yang berarti bahwa secara nyata terjadi peningkatan motivasi
belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapatn Sardiman
2005: 85 yang menyatakan tiga fungsi motivasi yaitu 1 mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2 Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan. 3 Menyeleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut. Perubahan motivasi belajar siswa tersebut secara nyata nampak dari peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia, peningkatan tingkat
kesenangan untuk mencari dan memecahkan masalah kimia, peningkatan keuletan menghadapi kesulitan masalah kimia, peningkatan kemandirian siswa dan
peningkatan minat terhadap bermacam-macam masalah, meskipun belum sepenuhnya terjadi peningkatan tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas.
70
Hal ini dikarenakan kurangnya waktu dalam mengerjakan tugas-tugas yang ada pada modul pembelajaran. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang tekun
dalam mengerjakan tugas. Adanya peningkatan motivasi belajar tersebut merupakan dampak positif
dari pembelajaran CEP yang dirasakan menyenangkan oleh siswa. Hal ini disebabkan karena konsep pendekatan Chemoentrepreneurship CEP merupakan
suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik,
dengan pendekatan CEP ini memungkinkan siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan
menumbuhkan semangat berwirausaha. Dengan pendekatan CEP ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan suatu produk.. Seperti dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, siswa diberikan
suatu materi yang berkaitan dengan hidrokarbon yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari seperti membuat lilin hias, balsem dan semir sepatu. Materi
dari tersebut tidak hanya bersifat teoritis semata, namun lebih ditekankan pada proses pembuatan, sehingga siswa benar-benar mengerti, memahami dan mampu
membuatnya sendiri. Pada kesempatan berikutnya, siswa juga diberikan kesempatan untuk mencoba dengan kreativitas siswa.
Melalui kegiatan tersebut juga menumbuhkan minat berwirausaha siswa. Hal ini nampak dari rata-rata minat berwirausaha siswa sebelum pembelajaran
CEP mencapai 65,84 dan setelah pembelajaran CEP mengalami peningkatan
71
menjadi 78,87 atau meningkat 19,8. Dari hasil uji t diperoleh t
hitung
sebesar 18,421 dengan p value = 0,000 0,05, yang berarti bahwa secara signifikan
terjadi petumbuhan minat berwirausaha siswa. Peningkatan minat berwirausaha ini karena adanya tambahan keterampilan konkrit dalam kimia yang dapat
menjadi bekal untuk berwirausaha. Adanya peningkatan minat wirausaha siswa tersebut dapat dilihat dari peningkatan kemauan mencapai tujuan dan kebutuhan
hidup, peningkatan keyakinan pada diri sendiri, peningkatan kejujuran dan tanggung jawab siswa, peningkatan ketahanan fisik dan mental, ketekunan dalam
bekerja dan berusaha, peningkatan kreativitas pemikiran siswa, peningkatan orientasi ke masa depan dan peningkatan keberanian siswa mengambil resiko.
Adanya pertumbuhan minat berwirausaha siswa tersebut karena penerapan pembelajaran CEP lebih menuntut potensi siswa untuk belajar secara maksimal
sehingga mampu menampilkan kompetensi tertentu. Proses belajar siswa tidak lagi berorientasi kepada banyaknya materi pelajaran kimianya subject-matter
oriented, tetapi lebih berorientasi kepada kecakapan yang dapat ditampilkan oleh siswa life-skill oriented. Dengan pendekatan pembelajaran yang demikian
sejumlah kompetensi dapat dicapai, proses belajar mengajarnya menjadi lebih menarik, siswa terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh
serta hasil belajarnya menjadi lebih bermakna D’amore et al., 2003. Life skill oriented tersebut yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha siswa. Sesuai
hasil penelitian Susi Y.A 2004, motivasi belajar mempunyai peranan yang positif dalam membentuk minat wirausaha siswa. Siswa yang memiliki motivasi
belajar yang tinggi akan selalu maju dan sukses dalam hidupnya, yang terwujud
72
dalam sikap kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, keyakinan kuat atas kekuatan diri, sikap jujur dan tanggung jawab, ketahanan fisik
dan mental, ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha, pemikiran yang kreatif dan konstruktif, berorientasi ke masa depan, dan berani mengambil resiko.
Keterbatasan dari pembelajaran CEP ini adalah membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugas-tugas pada modul dan waktu untuk
melaksanakan praktik wirausaha. Salah satu alternatif untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan dilaksanakannya praktik di luar jam pelajaran, sehingga
nantinya diharapkan akan bisa menjadi kegiatan ekstra kurikuler wirausaha kimia atau menjadi kegiatan karya ilmiah remaja.
Tidak hanya sebatas motivasi dan minat berwirausaha saja yang mengalami peningkatan. Prestasi belajar pun mengalami peningkatan yang
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran CEP dilaksanakan sebesar 3,94 dan mengalami peningkatan
mencapai 6,91 atau meningkat 75,27. Dari hasil uji t diperoleh nilai t
hitung
sebesar 17,789 dengan p value = 0.000 0,05, yang berarti secara signifikan hasil belajar kogntif siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar ini
disebabkan karena siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar kimia, sehingga hasil belajarnya juga mengalami peningkatan. Di samping itu rata-rata
hasil belajar kogntiif siswa telah mencapai ketuntasan atau melebihi standar ketuntasan 6,4. Dari hasil uji ketuntasan menggunakan uji t diperoleh t
hitung
= 3,452 dengan p value = 0,001 0,05. Adanya peningkatan dan ketuntasan belajar
tersebut membuktikan bahwa penerapan pembelajaran CEP berpengaruh positif
73
terhadap hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajarannya, sebagian besar siswa mampu mengikuti setiap kegiatan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar psikomotor yang tergolong baik. Hal ini berarti bahwa siswa sudah memiliki keterampilam dalam melakukan pengamatan, bekerjasama, melakukan
praktikum sesuai dengan prosedur pratik secara benar, menjaga keberishan dan ruangan. Menampilkan hasil praktikum secara baik dan membuat laporan
praktikum. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mursiti et al., 2006, yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran CEP mampu meningkatkan hasil
belajar kognitif, psikomotorik, dan ketuntasan belajar siswa.
74
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 4.
Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 14,21.
5. Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan minat
wirausaha siswa 19,80. 6.
Pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP dapat meningkatkan hasil belajar siswa 75,27.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketekunan siswa dalam menghadapi tugas kimia sebagai indikator motivasi belajar siswa tidak
mengalami peningkatan dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CEP, oleh karena itu disarankan kepada guru pengampu mata pelajaran kimia
yang berkeinginan untuk menerapkan pendekatan CEP agar tugas yang diberikan kepada siswa lebih bervariatif.
Dilihat dari rata-ratanya, minat siswa terhadap bermacam-macam masalah sebagai indikator motivasi belajar relatif rendah dibandingkan dengan indikator
menunjukkan minat terhadap pelajaran kimia, senang mencari dan memecahkan masalah kimia, ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa, tekun