Bendahara Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Subang

20 4. Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan dana PUAP, 5. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan Gapoktan PUAP. Kinerja Organisasi Gapoktan Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada 1979, berasal dari kata “to perform” dengan beberapa ”entries” yaitu: 1 melakukan, menjalankan, melaksanakan to do or carry out, execute, 2 memenuhi atau melaksanakan kewajiban suati niat atau nazar to discharge of fulfill; as vow, 3 melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab to execute or complete an understanding, dan 4 melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin to do what is expected of a person machine. Pemahaman tentang kinerja perfomance memperlihatkan sampai sejauh mana sebuah organisasi, baik pemerintah, swasta, organisasi laba ataupun nirlaba, menafsirkan tentang kinerja sebagai suatu pencapaian yang relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja organisasi merupakan pencapaian hasil outcome pada level atau unit analisis organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi, dan manajemen organisasi. Pada konteks ini, hasil dinyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi dihasilkan atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama periode waktu tertentu. Pengertian kinerja juga terkait dengan produktivitas dan efektivitas. Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja, modal, dan sumberdaya yang digunakan dalam produksi itu Sudarmanto 2009. Secara umum, konsep kinerja organisasi didasarkan pada gagasan bahwa organisasi adalah asosiasi sukarela dari aset produktif, termasuk manusia, sumberdaya fisik dan modal, untuk tujuan mencapai tujuan bersama. Sebagai konsekwensinya, esensi dari kinerja adalah penciptaan nilai. Selama nilai yang diciptakan dengan menggunakan aset, maka kontribusinya sama atau lebih besar dari nilai yang diharapkan oleh petani, aset akan terus tersedia untuk organisasi dan organisasi akan terus eksis. Oleh karena itu, penciptaan nilai, seperti yang didefinisikan oleh penyedia sumberdaya, adalah kriteria kinerja utama secara keseluruhan untuk setiap organisasi Carton dan Hofer 2010. Lusthaus et al. 2002 mengemukakan bahwa setiap organisasi harus berusaha memenuhi tujuannya dengan pengeluaran yang diterima dari sumberdaya sambil menjamin keberlanjutan jangka panjang. Berarti tugas atau pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien dan tetap relevan dengan stakeholder pemangku kepentingan. Itulah kinerja organisasi yang harus menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut: a bagaimana organisasi efektif dalam bergerak kearah pemenuhan misinya misalnya: efektivitas program utama, efektivitas harapan klien, efektivitas tanggungjawab fungsional, dan efektivitas memberikan layanan yang bermanfaat, b bagaimana organisasi efektif dalam 21 memenuhi misinya misalnya: persepsi efisiensi prosedur kerjalayanan, mengacu kepada perbandingan biaya produk dan layan, dan peregangan alokasi keuangan, c apakah organisasi masih terus relevansinya dari waktu ke waktu misalnya: adaptasi visi misi, pertemuan stakeholder, kebutuhan beradaptasi dengan lingkungan, dan keberlanjutan dari waktu ke waktu, d apakah organisasi secara finansial layak misalnya: orgaisasi memiliki beberapa sumber dana, sumber pendanaan yang dapat dipercaya dari waktu ke waktu, dan bantuan dana dikaitkan dengan pertumbuhan atau perubahan yang dicapai, dan e seberapa baik kinerja organisasi. Pengertian yang dikemukan oleh Lusthaus et al. 2002 tersebut menggambarkan pemahaman kinerja dari asumsi organisasi dan asumsi proses, karena selain menekankan hasil kerja yang diukur dari organisasi sebagai kinerja, juga mempertanyakan bagian-bagian dari proses yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi dan memberi penilaian hasil terhadap bagian-bagian proses orgaisasi bila pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab. Berbagai definisi kinerja organisasi yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi ialah hasil yang ditunjukkan oleh sebuah organisasi atau tingkat pencapaian pelaksanaan tugas suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja organisasi terdiri atas: 1 hasil-hasil atau evaluasi fungsi pekerjaan, 2 faktor- faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawanpegawai seperti motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya, 3 pencapaian tujuan organisasi, serta periode waktu tertentu. Untuk mengetahui seberapa besar capaian kinerja dari suatu organisasi, maka perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kepada organisasi tersebut. Menurut Wahyuni 2003, pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan dalam arah pencapaian misi mission accomplishment melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses. Lebih lanjut Robertson dalam Mahmudi 2005 menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan barang atau jasa, kualitas barang atau jasa, perbandingan hasil kerja dengan target dan efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan. Pengukuran kinerja sangat ditentukan oleh tujuan yang ideal untuk dicapai, sehingga dalam tahapan pengukurannya harus aktualnyata dengan mengidentifikasinya terlebih dahulu ke dalam komponen operasional. Kinerja organisasi dapat dilihat dari visi dan misi yang ada, kinerja proses dapat dilihat dari prosedur standar operasional, dan kinerja pegawai dapat dilihat dari petunjuk kerja manual yang ada. Sehingga penggambaran visi dan misi dari suatu organisasi harus mampu menjelaskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam suatu organisasi yang dirumuskan dalam sebuah tugas pokok dan fungsi serta akan menjadi satuan kerja dalam menciptakan aktivitas atau kegiatan pekerja atau pegawai. Dengan demikian kinerja lebih diorientasikan pada pekerjaan itu sendiri dalam memberikan hasil, dampak, dan manfaat bagi masyarakat maupun bagi pegawai itu sendiri. 22 Lusthaus et al. 2002 mengemukakan komponen utama kinerja adalah memahami dengan baik kinerja organisasi melalui pemahaman pencapaian tujuan dengan kesesuaian tujuannya efektivitas, dan menggunakan sumberdaya yang relatif sedikit dalam melakukannya efisiensi. Dalam kontek tersebut laba hanya salah satu dari berbagai indikator kinerja sebagai penilaian kinerja. Selanjutnya, Lusthaus et al. 2002 mengidentifikasi beberapa hal dalam organisasi yang berhubungan dengan kinerja, meliputi: a kinerja dalam kaitannya dengan efektivitas, b kinerja dalam kaitannya dengan efisiensi, c kinerja dalam kaitannya dengan relevansi yang sedang berlangsung, dan d kinerja dalam kaitannya dengan viabilitas keuangan. Syahyuti 2012 memaparkan dalam hasil penelitiannya bahwa terdapat empat pendekatan atau empat indikator pokok dalam melakukan pengukuran kinerja, sebagai berikut: 1 Kinerja organisasi organizational performance yang diukur dari pencapaian utama major achievements, tingkat produktifiktas organisasi, efisiensi dalam mencapai misinya, perbandingan antara biaya dengan produksi, produktifiktas anggota, efisiensi administrasi, ketersediaan dan dukungan keuangan, dan kemampuan memperoleh keuntungan sepanjang waktu. 2 Kemampuan organisasi tumbuh di lingkungannya the enabling environment and organizational performance yang mencakup lingkungan teknologi dan ekologi, geografi, clients organisasi, donor organisasi, penerima manfaat organisasi beneficiaries, kebijakan, tata peraturan legislation, pengaturan regulations, serta tata hukum. 3 Motivasi organisasi organizational motivation dengan menganalisis secara mendalam sejarah organisasi, misi organisasi, kultur organisasi the organizations culture, serta sistem insentif dan penghargaan incentive and reward system. 4 Kapasitas organisasi organizational capacity yakni kekuatan dan kelemahan strategi kepemimpinan strategic leadership dalam organisasi, manajemen keuangan, struktur keorganisasian, sarana dan prasarana yang dimiliki organisasi, sistem perekrutan following systems serta proses atau dimensi sumberdaya manusia, program dan manajemen pelayanan, manajemen proses, dan hubungan antar organisasi inter-organizational linkanges. Hal ini senada dengan pernyataan Yustika 2013, bahwa kinerja organisasi bisa dilihat dari dua indikator, yakni efisiensi dan efektivitas. Efisiensi mendeskripsikan seberapa baik pengorganisasian pemanfaatan sumberdaya dalam memproduksi pelayanan, yakni sebuah hubungan antara kombinasi aktual dan optimal dari input yang digunakan untuk memproduksi sejumlah output yang sudah ditetapkan given bundle of output. Sedangkan efektivitas adalah derajat kesanggupan sebuah sistem untuk mencapai tujuan program melalui kebijakan yang telah ditentukan. Dalam praktiknya, efektivitas berkaitan dengan sejumlah aspek preferensi yang berbeda dari keterkaitan pelayanan dengan tujuan hasil program. Tujuan-tujuan dari program itu antara lain: 1 aksesibilitas atau keterjangkauan aspek-aspek semacam kesanggupan, representasi di antara kelompok-kelompok yang menjadi prioritas, dan keterjangkauan fisik, 2 kesesuaian menyocokkan pelayanan dengan kebutuhan masyarakatclient, dan 23 3 kualitas proses pertemuan standar yang dibutuhkan atau timbulnya kegagalan pelayanan. Setyarini et al. 2010 menambahkan, analisis efektivitas organisasi Gapoktan sebagai lembaga alternatif permodalan masyarakat, dilihat dari persepsi masyarakat petani khususnya anggota Gapoktan. Persepsi yang bisa digali yakni persepsi terhadap kemudahan mekanisme pengajuan kredit, ketepatan penyaluran kredit, pelayanan, besaran kredit yang diberikan, lama waktu pencairan kredit dan tingkat bunga yang ditetapkan, dilihat dari jangkauan nasabah, perkembangan jumlah nasabah, kredit yng disalurkan, dan tabungan yang berhasil dihimpun. Lebih lanjut, Ishak dan Astuti 2012 memaparkan dalam hasil penelitiannya terkait evaluasi kinerja Gapoktan dalam pengelolaan LKM-A. Ada tiga aspek yang dilihat, diantaranya adalah aspek organisasi, aspek pengelolaan LKM-A, dan aspek kinerja pengelolaan LKM-A. Total skor membedakan kelas Gapoktan dalam pengelolaan LKM-A. Gapoktan Pemula memiliki skor antara 0- 100, Gapoktan Madya antara 101-200, sedangkan Gapoktan Utama antara 201- 300. Hasil pengamatan di lima Gapoktan, terdapat tiga Gapoktan masuk ke dalam kelas utama, diantaranya Gapoktan Mesra Jaya skor 211, Sekar wangi skor 216, dan Flamboyan Raya skor 221. Sedangkan dua Gapoktan lainnya masuk ke dalam kelas Madya, diantaranya Gapoktan Wira Tani skor 179 dan Karya skor 179. Adapun indikator dan parameter-parameter yang digunakan dalam penelitian Ishak dan Astuti 2012, dalam melakukan penilaian kinerja Gapoktan mengacu pada Kementerian Pertanian 2010b, sebagai berikut: 1 aspek organisasi, meliputi: sudah mempunyai dan memiliki ADART Gapoktan, ada pemisahan antara pengurus Gapoktan dan pengelolaan LKM-A, rencana kerja Gapoktan ada, rapat anggota secara berkala, penyelenggaraan RAT, dan Gapoktan sudah berbadan hukum, 2 aspek pengelolaan LKM-A, meliputi: penyaluran untuk usaha pertanian, pembiayaan untuk petani miskin, pengendalian penyaluran dana, pencatatan dan pembukuan, analisa kelayakan usaha anggota, pelaporan, pembinaan usaha anggota penggunaan sesuai sasaran, mekanisme insentif dan sanksi, dan sarana dan prasarana LKM-A, dan 3 aspek kinerja pengelolaan LKM-A, meliputi: modal keswadayaan Gapoktan, simpanan sukarela, asset yang dikelola, total pinjaman kepada anggota, dan tingkat pembiayaan bermasalah. Terkait dengan pencapaian hasilkinerja organisasi Gapoktan, yakni salah satu indikator utamanya ialah berdirinya LKM-A. Pendirian LKM-A paling lambat tiga tahun setelah Gapoktan mendapatkan dana Rp 100 juta. LKM-A ini merupakan unit otonom Gapoktan dan memiliki manajemen yang terpisah dari Gapoktan. Bentuk usaha lembaga ini mencakup pelayanan jasa pinjamankredit dan penghimpunan dana masyarakat yang terkait dengan persyaratan pinjaman atau bentuk pembiayaan lainnya Hendayana et al. 2009; Hermawan dan Andrianyta 2012; Kementerian Pertanian 2013. Berdasarkan PERMENTAN Nomor 273KptsOT.16042007, bahwa kriteria Gapoktan penerima bantuan PUAP adalah antara lain: 1 memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, 2 mempunyai struktur kepengurusan yang atif, dan 3 dimiliki dan dikelola oleh petani. Untuk kepentingan keberlanjutan program PUAP, maka Gapoktan berfungsi sebagai executing dalam penyaluran dana BLM PUAP. Selain itu kinerja Gapoktan dapat dilihat dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AD dan ART. Dikarenakan angaran dasar merupakan aturan dasar yang mengatur masalah-masalah vital yang 24 harus ada pada awal organisasi tersebut terbentuk, seperti landasan organisasi, perangkat-perangkat organisasi, peran dan fungsi organisasi, tujuan organisasi dan keuangan organisasi. Intinya pada anggaran dasar akan dikupas tuntas segala permasalahan terkait definisi dan hal-hal mendasar yang menjadi acuan dalam sebuah organisasi. Sudangkan anggaran rumah tangga yaitu sebuah peraturan yang digunakan pada saat pelaksanaan lebih mengarah kepada teknis maupun tata cara pelaksanaan kegiatan dasar pada sebuah organisasi, seperti wewenang ketua, pembubaran, syarat-syarat keanggotaan, dan lain-lain. Selayaknya suatu organisasi, Gapoktan haruslah mempunyai catatan-catatan tertulis terntang segala aktivitas organisasi yang tertata rapi. Secara garis besar, jati diri dan aktivitas Gapoktan sudah tertuang dalam ADART. Adapun fungsi ADART yaitu merupakan landasan kerja dan landasan gerak dalam mewujudkan visi dan misinya. ADART merupakan undang-undang dasar dalam setiap organisasi. ADART memuat semua peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh suatu organisasi. AdART dibuat dan ditentukan oleh orang- orang yang berkecimpung dalam organisasi tersebut. Pendapatan Usahatani Padi Pendapatan adalah hasil dari usahatani, yaitu hasil kotor bruto dengan produksi yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangi dengan biaya produksi dan pemasaran sehingga diperoleh pendapatan bersih usahatani Mubyarto 1994. Sedangkan menurut Mosher 1987, pendapatan di bidang pertanian adalah produksi yang akan dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya selama kegiatan usahatani. Produksi dinyatakan dalam bentuk fisik output yang dihasilkan melalui proses biologis dari hewan ataupun tumbuhan. Ditambahkan oleh Hendriksen 1993, bahwa konsep dasar pendapatan adalah merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jarak waktu tertentu. Selain itu Prayitno dan Arsyad 1997, menambahkan bahwa pendapatan petani dari usahataninya dapat diperhitungkan total penerimaan yang berasal dari nilai pengeluaran. Nilai pengeluaran ini terdiri atas: 1 pengeluaran untuk input, misalnya bibit, pupuk, pestisida, 2 pengeluaran untuk upah tenaga kerja luar dan keluarga, 3 pengeluaran untuk pajak, iuran air, bunga kredit. Menurut Soekartawi 2003, menyatakan bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1 pendapatan kotor, yaitu pendapatan yang diterima dari seluruh hail penjualan barang dan produksi, 2 pendaptan bersih, yaitu selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran atau biaya produksi. Selanjutnya Soedarsono 1995 menyatakan pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Menurut Soeharjo dan Patong 1973 bahwa pendapatan usahatani merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan dari hasil perkalian 25 antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga dari produk tersebut. Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output dalam satu periode peroduksi. Penerimaan usahatani dapat terbentuk tiga hal, yakni: 1 hasil penjualan tunai seperti tanaman pangan, ternak, ikan, dan lain sebagainya, 2 produk yang dikonsumsi keluarga petani, dan 3 kenaikan hasil inventaris selisih nilai akhir tahun dengan nilai akhir tahun Prihartono 2009. Sementara itu, pengeluaran usahatani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap variabel. Bentuk pengeluaran dalam usahatani berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan menggunakan uang tunai, seperti biaya pengadaan sarana produksi usahatani dan pembayaran upah tenaga kerja luar keluarga, sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan untuk memperhitungkan nilai pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga diperhitungkan Prihatono 2009. Terkait penelitian terhadap PUAP, serangkaian studi yang dilaksanakan di beberapa wilayah Indonesia telah menghasilkan bukti-bukti empiris menunjang peran PUAP terhadap peningkatan produksi dan pendapatan usahatani. Menelaah dampaknya terhadap produksi, sebagai contoh diperoleh bukti bahwa dengan adanya dana BLM PUAP, petani sawah terbantu untuk pengadaan pembelian pupuk, bibit, sewa traktor, maupun membayar upah tenaga kerja. Sehingga penanganan pertanian bisa tepat waktu dan dosis. Terlaksananya kegiatan produksi tepat waktu dan dosis dapat meningkatkan produktivitas usahatani padi Suanggana 2011. Hal senada juga dipaparkan Nursyamsiah 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usahatani padi yang dikelola oleh petani setelah adanya tambahan modal usaha dari PUAP, menyebabkan produktivitas padi yang dihasilkan per hektar lebih banyak 333,6 kg dibanding dengan petani non penerima PUAP. Disamping itu, serangkaian penelitian tersebut juga memberikan bukti-bukti akan adanya hubungan yang kuat antara tambahan modal melalui PUAP dengan peningkatan pendapatan usahatani. Penelitian Maria 2009; Prihartono 2009; Sagala 2010; Suyadi et al. 2012; Widya 2012; Nursyamsiah 2010; Erna et al. 2014, disebutkan bahwa pemberian bantuan tambahan modal pada usahatani padi melalui program PUAP memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan produksi dan pendapatan usahatani. Peningkatan rata-rata pendapatan mencapai 12,86 – 65,8. Hal ini sejalan dengan teori Suwadjono 2005, yang mengungkapkan bahwa pendapatan suatu usaha tergantung dari modal yang dimiliki. Jika modal besar maka hasil produksi tinggi sehingga pendapatan yang didapat juga tinggi. Begitu sebaliknya, jika modal kecil maka hasil produksi rendah sehingga pendapatan yang diperoleh rendah. Dari teori tersebut terbukti bahwa pendapatan dipengaruhi oleh modal yang dimiliki. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dimaknai bahwa pelaksanaan PUAP berbasis fasilitasi bantuan modal kerja pada dasarnya dapat memberikan dampak positif bagi petani, utamanya dalam mendukung peningkatan kinerja kelembagaan ekonomi petani serta mampu meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani di perdesaan. Namun demikian, kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah diharapkan selayaknya tidak menciptakan ketergantungan petani akan hal bantuan 26 atau subsidi. Sudah seharusnya benar-benar dilaksanakan dan dimanfaatkan dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab oleh semua pihak yang terkait, sehingga tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai, utamanya hal kemandirian dan pemberdayaan petani, serta upaya peningkatan usahatani kearah yang lebih produktif. 3 KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kinerja Organisasi Gapoktan Setiap organisasi akan berusaha untuk mencapai tujuannya yang disesuaikan dengan sumberdaya yang dimilikinya. Kinerja organisasi yang baik good performance adalah apabila semua bagian organisasi bekerja secara benar, efektif, dan efisien, untuk mencapai tujuan tersebut. Pelaksanaan Program PUAP, selain melalui fasilitasi bantuan modal usaha atau modal kerja, juga menerapkan metode pendampingan dan pelatihan kepada pegurus dan anggota Gapoktan. Secara operasional, pelatihan dan pendampingan ini melibatkan Penyuluh Pertanian PP dan Penyelia Mitra Tani PMT. Penyuluh petanian bertindak sebagai fasilitator agar Gapoktan mampu mengambil keputusan sendiri, dengan jalan membantu: 1 mengidentifikasi potensi wilayah, 2 mengidentifikasi dan menganalisa pasar, 3 mengidentifikasi potensi usaha, 4 mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan, dan 5 pengambilan keputusan di tingkat Poktan dan Gapoktan Kementerian Pertanian 2011. Sedangkan Penyelia Mitra Tani PMT lebih difokuskan untuk mendorong tumbuhnya lembaga ekonomi perdesaan dari unit simpan pinjam USP menjadi lembaga keuangan mikro agribisnis LKM-A. PMT bersama Penyuluh Pertanian PP melakukan pertemuan dalam rangka pembinaan dengan Gapoktan. Selain itu PMT berkewajiban pula untuk melakukan pertemuan regular dengan PP untuk membantu memecahkan masalah di tingkat Gapoktan dan memantau usaha agribisnis Gapoktan Kementerian Pertanian 2012. Kemampuan komunikasi yang sinergis dari PMT dan PP, melalui sarana pelatihan-pelatihan merupakan salah satu kunci keberhasilan Gapoktan beserta anggotanya, dalam proses diseminasi dan alih teknologi spesifik lokasi. Ke depan, tugas PMT dan PP lebih berorientasi untuk memfasilitasi Gapoktan dengan pemangku kepentingan seperti: 1 mendorong kerjasama kemitraan antara unit lembaga keuangan mikro Gapoktan dengan bank atau lembaga keuangan, 2 mendorong kerjasama kemitraan antara Gapoktan dengan mitra usaha, 3 menyiapkan Penyelia Swadaya PS dan manajer LKM-A, dan 4 membantu Gapoktan untuk mendapatkan fasilitasi dasar hukun legalitas dengan menggunakan Undang-Undang Koperasi. Upaya peningkatan kinerja organisasi Gapoktan pelaksana PUAP yang dilakukan saat ini, melalui pertemuan kelompok. Berdasarkan ADART Gapoktan PUAP, kegiatan pertemuan kelompok direncanakan setiap bulan atau triwulan dengan tujuan pertemuan untuk mendapatkan pengembalianpemberian pinjaman, pemupukan modal dari anggota, pelatihan pengelolaan keuangan, pembentukan LKM-A dan usaha ekonomi produktif dengan fasilitator PMT dan PP. Disamping 27 itu, mendapatkan tambahan pelatihan dan pendampingan PTT Padi dari BPTP, Dinas Pertanian POPT dan PBT dan PP. Materi pertemuan kelompok sesuai dengan Petunjuk Teknis Juknis antara lain: 1 teknik pengolahan tanah yang disesuaikan dengan tipologi lahan dan komoditi yang akan ditanam, 2 penanaman dengan memilih benih atau bibit yang baik, jarak tanam yang tepat, jumlah bibit per lubang yang sesuai, 3 pemupukan dengan memperhatikan daya dukung tanah, keadaan tanaman, tepat jenis dan dosis yang spesifik lokasi, tepat waktu pemberian didasarkan pada fase pertumbuhan dan sifat pupuk, 4 pengelolaan air didasarkan pada kebutuhan tanaman akan air, cara dan waktu yang tepat, ketersediaan sumber air dan jumlah air, 5 pengendalianan OPT didasarkan pada prinsip PHT dengan melakukan tindakan pencegahan dan mengembangkan musuh alami serta aplikasi kimiawi secara bijaksana, dan 6 penanganan panen dan pasca panen dilakukan dengan cara yang tepat dan benar dengan mempertimbangkan kemasakan biji, ketepatan dalam penggunaan alat panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan sehingga mampu mengurangi senjang hasil Ditjen Tanaman Pangan 2013. Lebih lanjut Ditjen Tanaman Pangan 2013 memaparkan bahwa pengawalan dan Pendampingan SL-PTT dilakukan oleh peneliti BPTP didukung oleh peneliti UKUPT Lingkup Badan Litbang Pertanian, guna meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan supervisi penerapan teknologi. Sementara pengawalan dan pendampingan oleh penyuluh adalah kegiatan yang dilakukan guna meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di lokasi khususnya lokasi LL dalam rangka pemberdayaan kelompok tani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok dalam penerapan teknologi. Pemberdayaan kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan, akan memiliki dampak positif, diantaranya: 1 petani yang sebelumnya menjual gabah menjadi petani yang menjual produknya dalam bentuk beras, 2 dengan menjual beras keuntungan petani akan meningkat jika dibandingkan dengan menjual dalam bentuk gabah, karena harga beras relatif lebih stabil dibanding harga gabah, 3 dengan adanya peningkatan pendapatan petani maka akan terjadi pula perbaikan dalam pengelolaan tanaman padinya, terutama dalam hal mutu bibit dan dosisi pupuk yang lebih baik, sehingga gairah berproduksi padi akan lebih meningkat, 4 dengan meningkatnya gairah berproduksi dan dengan teknologi yang tepat guna maka produksi padi akan meningkat, 5 apabila ditiap kelompok tani memiliki penggilingan padi mini dan petani sudah minded menjual beras maka data produksi beras di tingkat kelompok tani akan mendekati realita, mudah didapat dan pada gilirannya data produksi beras nasional akan lebih valid, 6 hasil keuntungan dari jasa pengeringan gabah dan penggilingan padi menjadi beras merupakan sumber penguatan modal di tingkat kelompok tani Poktan, 7 Poktan yang semakin kuat dan legal akan memudahkan mengakses pada sumber- sumber permodalan utamanya yang diperuntukkan program UKM, 8 dengan semakin bertambahnya modal usaha di tingkat Poktan tersbut akan menumbuhkan berbagai kegiatan ekonomi baru di perdesaan, dan 9 dengan tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi di perdesaan maka akan menambah lapangan kerja di perdesaan dan dapat mengurangi laju urbanisasi. 28 Pelaku agribisnis ini adalah organisasi kelompok tani padi yang pada umumnya berbentuk Gapoktan. Kegiatannya meliputi seluruh aspek pengelolaan usahatani padi, aspek permodalan, penyediaan saprodi, dan pemasaran hasil. Setelah unit usaha simpan pinjam yang dikelola Gapoktan berubah menjadi lembaga usaha agribisnis dalam wadah kegiatan LKM-A maka penggerak utama industri perberasan terletak pada LKM-A yang didukung dana dari perbankan atau sumber dana lain yang memiliki keberpihakan. Untuk melihat peran PUAP terhadap kinerja organisasi Gapoktan dilakukan pengukuran terhadap atribut kinerja Gapoktan. Atribut yang digunakan untuk mengukur kinerja Gapoktan dalam penelitian ini, yakni mengintegrasikan atribut kinerja dari Syahyuti 2012, Yustika 2013 dan Kementerian Pertanian 2010b. Dimana atribut kinerja Gapoktan terdiri atas: 1 aspek efektivitas organisasi, 2 aspek efisiensi organisasi, 3 aspek kesesuaian appropriateness, dan 4 aspek pencapaian outcome kemandirian keuangan organisasi. Lingkup Ke empat atribut tersebut didalamnya meninjau aspek organisasi, aspek manajemen keuangan, dan aspek kinerja pengelolaan usaha simpan pinjamLKM-A. Konsep Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani setiap tahun Makeham dan Malcolm 1991. Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan usahatani. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas usahatani, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi. Luas usahatani yang sempit dapat mengakibatkan produksi per satuan luas yang tinggi tidak dapat tercapai. Sementara efisiensi kerja dan efisiensi produksi yang tinggi menyebabkan pendapatan petani semakin tinggi. Menurut Soekartawi et al. 1986, penerimaan usahatani adalah suatu nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik untuk dijual maupun untuk dikonsumsi sendiri. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, konsumsi rumah tangga petani, untuk pembayaran dan yang disimpan. Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dibebankan pada produk yang bersangkutan. Selain biaya tunai yang harus dikeluarkan ada pula biaya yang diperhitungkan, yaitu nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dari usaha itu sendiri. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani kalau modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Menurut Hernanto dalam Ferdiansyah 2004 biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan berdasarkan: 1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya: pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat- alat bangunan pertanian, dan bunga pinjaman. 29 b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya : pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja. 2. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri atas: a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya: pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. b. Biaya tidak tunai diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri biaya tetap, dan tenaga kerja dalam keluarga biaya variabel. Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen suatu usahatani. Pendapatan usahatani yang diterima seorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini ada yang masih dapat diubah dalam batasan-batasan kemampuan petani dan ada faktor yang tidak bisa diubah yaitu iklim dan tanah. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Ukuran efisiensi pendapatan dapat dihitung melalui perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan RC yang menunjukkan berapa penerimaan yang diterima petani untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. Untuk melihat peran PUAP terhadap pendapatan usahatani padi, dilakukan dengan membandingkan tingkat keuntungan yang diperoleh antara usahatani padi pada petani PUAP dengan petani non PUAP. Pengaruh Kinerja Gapoktan terhadap Pendapatan Usahatani Padi Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Kinerja juga dapat dikatakan sebagai perilaku berkarya, penampilan, atau hasil karya. Karena itu kinerja merupakan bentuk yang multidimensional, sehingga cara mengukurnya sangat bervariasi tergantung dari banyak faktor. Kelembagaan petani di perdesaan memiliki peran yang strategis dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat desa dalam hal ini para petani. Kelembagaan merupakan himpunan norma-norma dan tindakan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok kehidupan bersosial masyarakat, dan membentuk piranti sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia ketika bersosialisasi dalam masyarakat. Kelembagaan didefinisikan sebagai aturan-aturan sosial, kesepakatan conventions, dan elemen lain dari struktur kerangka kerja interaksi sosial Bardhan 1989. Namun kelembagaan bisa pula dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umum diterima oleh anggota-anggota kelompok sosial, untuk perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang bisa diawasi sendiri maupun dimonitor oleh otoritas luar external authority Rutherford 1994. 30 Manig 1991 mencatat bahwa kelembagaan merefleksikan sistem nilai dan norma dalam masyarakat, tetapi nilai dan norma itu bukanlah kelembagaan itu sendiri. North 1994 memaknai kelembagaan sebagai aturan-aturan yang membatasi perilaku menyimpang manusia human devised untuk membangun struktur interaksi politik, ekonomi, dan sosial. Dalam pengertian yang kurang lebih sama, Yeager 1999 secara ringkas menjelaskan kelembagaan sebagai aturan main rules of the game dalam masyarakat. Aturan main tersebut mencakup regulasi yang memapankan masyarakat untuk melakukan interaksi. Kelembagaan dapat mengurangi ketidakpastian yang inheren dalam interaksi manusia melalui penciptaan pola perilaku Pejovich 1995. Kelembagaan merupakan unsur terpenting dari pencapaian kemajuan ekonomi di suatu negara. Kondisi geografis yang baik, sumberdaya alam yang melimpah, teknologi yang memadai, dan penduduk yang bermutu sangat mungkin menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Namun semua itu tidak bisa menjadi pemicu kesejahteraan apabila tidak dipandu dengan sistem kelembagaan ekonomi yang baik. Inilah yang terjadi dibanyak negara berkembang, sehingga seluruh potensi ekonominya menjadi mubazir dan terjerembab dalam keterbelakangan atau kemiskinan yang terus menerus. Menurut Ikhsan 2000, kelembagaan memiliki sumbangan yang penting dalam pembangunan ekonomi mengingat adanya kegagalan pasar sebagai akibat mahalnya informasi dan pelaku pasar tidak menggunakan semua informasi yang diperoleh atau tidak mampu diperoleh. Ketidaksempurnaan informasi dan keterbatasan kapasitas untuk mengolah informasi akan mempengaruhi biaya transaksi yang mendasari pembentukan kelembagaan. Biaya transaksi muncul akibat informasi mahal dan asimetris. Biaya yang muncul bukan hanya untuk menjamin terjadinya transaksi, melainkan juga biaya monitoring dan penegakan. Pelaku ekonomi yang menguasai informasi dapat dengan mudah meraih keuntungan karena kelembagaan merupakan modal sosial yang sebagaimana faktor produksi lain seperti modal, tenaga kerja, dan teknologi, serta human capital ikut menentukan tingkat output atau kesejahteraan dari suatu negara. Kasus dalam sektor finansial merupakan salah satu contoh tentang bagaimana pentingnya kelembagaan dalam pembangunan ekonomi. Masalah-masalah ketidaksempurnaan informasi ini muncul hampir di setiap kegiatan ekonomi selama terdapat potensi kegagalan mekanisme pasar yang diakibatkan oleh eksternalitas produksi, eksistensi barang publik, ketidaksempurnaan pasar, hidden action dan hidden type, dan unforeseen contingencies. Jadi, kelembagaan hadir bukan untuk meniadakan mekanisme pasar, tetapi memastikan pasar berjalan dengan rambu-rambu yang jelas sehingga seluruh pelaku ekonomi memeroleh akses yang sama dan kepastian dalam berusaha. Lebih eksplisit, Acemoglu dan Robinson 2012 menyebutkan bahwa kelembagaan merupakan sumber penting yang menentukan suatu negarabangsa gagal atau maju perekonomiannya. Negara yang kelembagaannya mapan atau inklusif inclusive economic institutions cenderung kinerja ekonominya bagus. Negara ini ditandai antara lain oleh adanya kelembagaan hak kepemilikan privat yang aman, sistem hukum yang tidak bias, dan penyediaan layanan publik yang luas. Kelembagaan yang memiliki kinerja yang baik good perfomance dicirikan oleh tiga hal berikut Acemoglu 2003: Pertama, pemaksaan terhadap hak 31 kepemilikan enforcement of property right. Adanya hak kepemilikan di dalam masyarakat akan memberikan insentif bagi individu untuk melakukan kegiatan ekonomi, misalnya investasi. Kedua, membatasi tindakan-tindakan para politisi, elite, dan kelompok-kelompok berpengaruh lainnya yang berupaya memeroleh keuntungan ekonomi tanpa prosedur yang benar, seperti perilaku mencari rente rent-seeking behavior. Ketiga, memberi kesempatan yang sama equal opportunity bagi semua individu untuk mengerjakan aktivitas ekonomiinvestasi, khususnya dalam meningkatkan kapasitas individu human capital maupun berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif. Pengembangan kelembagaan yang baik dapat memberikan peranan yang lebih besar dan seimbang bagi semua unsur yang terlibat dalam setiap proses pengambilan keputusan. Menurut Peters 2000 terdapat dua jenis perubahan kelembagaan yaitu: 1 pengembangan internal institutionalization melalui empat faktor yaitu otonomi dapat mengimplementasikan keputusanya sendiri, kemampuan beradaptasi dengan adanya perubahan dari lingkunganya, kompleksitas kapasitas institusi dalam membangun struktur internal yang dapat memenuhi tujuan, dan koherensi kapasitas institusi untuk dapat mengelola beban kerja dan mengembangkan prosedur kerja, dan 2 perubahan dalam nilai dan struktur, yang meliputi perubahan isi dan atau kandungan dari institusi dan apa yang dipercayadianut oleh institusi. Secara praktikal, aturan main kelembagaan yang tersedia dalam kegiatan ekonomi akan menentukan seberapa efisien hasil ekonomi yang didapatkan, sekaligus menentukan seberapa besar distribusi ekonomi yang diperoleh oleh masing-masing partisipan. Pada kontek ini bisa dikatakan kelembagaan mempunyai pengaruh terhadap pencapaian ekonomi. Sementara itu, dalam jangka waktu tertentu, pencapaian ekonomi yang diperoleh partisipasinya akan menentukan pandangan terhadap aturan main yang digunakan saat ini. Bila dipandang kelembagaan sekarang tidak efisien, misalnya gagal mencapai pertumbuhan ekonomi maupun kedap dalam membagi kesejahteraan antarpelakunya, maka hasrat untuk mengubah kelembagaan institusional change dipastikan akan terjadi. Chang 2011 juga memberikan penjelasan bahwa program pembangunan ekonomi bisa mengubah kelembagaan melalui beberapa pintu berikut. Pertama, peningkatan kesejahteraan akibat pertumbuhan ekonomi menciptakan permintaan terhadap kelembagaan yang lebih bermutu, misalnya permintaan kelembagaan politik yang lebih transparan dan akuntabel. Kedua, kesejahteraan yang lebih baik juga memicu terwujudnya kelembagaan menjadi lebih terjangkau, dan Ketiga, pembangunan ekonomi menciptakan agen-agen perubahan baru new agen of change. Pernyataan Chang 2011, Acemoglu 2003, dan Ikhsan 2000 yang sudah diuraikan sebelumnya, jika dilihat benang merahnya, senada layaknya pelaksanaan PUAP, yakni menghendaki adanya perubahan dalam kelembagaan petani di perdesaan, tercapainya efektivitas dan efisiensi kelembagaan, sehingga mampu meminimalisir biaya transaksi, dan pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan antar pelaku utamanya petani. Kelembagan petani yang ada saat ini berbentuk Gapoktan, didalamnya terdiri atas petani-petani yang terhimpun dalam poktan-poktan. Sama halnya dengan konsep kelembagaan yang sudah diuraikan sebelumnya, dimana dalam Gapoktan, adanya aturan main rules 32 of the game, dengan demikian individu-individu petani diikat oleh masyarakat melalui norma-norma dan nilai-nilai, sehingga petani cenderung bertindak secara kolektif dibandingkan secara pribadi Prasad 2003. Dalam konsep PUAP, Gapoktan ini berspesialisasi sebagai lembaga keuangan untuk menyediakan kredit kepada masyarakat tani “miskin” di perdesaan rumah tangga petani perdesaan yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar agar terjadi perubahan kehidupan ekonomi yang lebih baik. Implementasinya, Gapoktan berperan sebagai lembaga keuangan informal, bukan hanya sekedar menyediakan uang cash untuk keperluan transaksi, tetapi kadang-kadang memberikan bantuan dalam bentuk barang in-kind seperti input produksi. Dengan karakter yang fleksibel, biasanya lembaga keuangan infromal ini memiliki daya tahan yang kuat untuk hidup di wilayah perdesaan. Lebih lajut, kehadiran Gapoktan di perdesaan mencoba menjawab keterbatasan aksesibilitas masyarakat tani utamanya terhadap sumber permodalan. Mengingat lembaga formal dan semi-formal memiliki ciri penting yang tertuang dalam bentuk sistem kontrak contract system. Kontrak tersebut berisi tentang hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, misalnya persyaratan agunan collateral, model pembayaran repayment, dan sanksi punishment apabila salah satu pihak ingkar terhadap kesepakatan. Sebaliknya lembaga keuangan informal bersifat sangat cair, hubungan antara kreditor dan debitor bersifat personal, dan nyaris tidak ada persyaratan administrasi yang dibutuhkan. Bahkan, mekanisme kredit sama sekali tidak menggunakan sistem kontrak, karena biasanya tidak ada persyaratan agunan maupun sanksi. Dengan karakteristik yang dimiliki Gapoktan sebagai lembaga keuangan informal, biasanya lebih mudah diterima oleh masyarakat perdesaan. Menurut Kasryno 1984, kelembagaan kredit informal sangat berkembang dalam masyarakat perdesaan akibat belum terjangkaunya pelayanan kredit dari lembaga keuangan formal bank bagi sebagian besar masyarakat tani di perdesaan, terutama petani kecil dan buruh tani yang selalu memerlukan kredit dengan pelayanan yang terjangkau oleh petani. Sejalan dengan format penumbuhan Gapoktan menjadi kelembagaan tani di perdesaan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Permentan Nomor: 273KptsOT.16042007, maka Gapoktan penerima BLM PUAP harus menunjukkan bahwa lembaga ini mampu mengelola dan mengembangkan usahataninya menjadi lembaga ekonomi ataupun lembaga keuangan mikro agribisnis. Kemudian lembaga ini menjadi salah satu unit usaha dalam Gapoktan sehingga dapat mengelola dan melayani pembiayaan bagi petani anggota secara berkelanjutan. Gapoktan diharapkan dapat berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani. Tujuan utama pembentukan dan pemberdayaan Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas Kementerian Pertanian 2011. Pengaruh Kredit terhadap Pendapatan Usahatani Padi Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting keberadaannya dalam usahatani padi. Keterbatasan modal masih menjadi 33 permasalahan yang sering dihadapi oleh rumahtangga petani, dan kebutuhan modal usahatani akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya harga input pertanian, seperti benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja. Sumber modal untuk usahatani padi terdiri atas modal sendiri dan modal dari luar kredit. Menurut Mosher 1987, kredit merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan pertanian. untuk meningkatkan hasil produksi, petani membutuhkan modal yang besar supaya dapat menggunakan teknologi usahatani secara optimal. Namun, adopsi teknologi pada umumnya relatif mahal dan petani kecil tidak mampu untuk membiayai teknologi tersebut, akibatnya pemanfaatan teknologi pertanian sangat rendah. Oleh sebab itu dengan pemberian kredit perdesaan diharapkan akan mempercepat produksi pertanian dan produktivitas, dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani. Tambahan modal yang berasal dari pinjamankredit akan dapat mengembangkan kegiatan petani dalam usahataninya. Terhadap program dana BLM PUAP, petani dapat memandangnya sebagai volume effect, yaitu pinjaman petani untuk memperbesar modal tetap fixed cost. Hal ini berarti petani akan mampu mengadakan input produksi benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja kearah yang lebih baik sesuai rekomendasi. Sehingga akan menambah kemampuannya dalam melakukan aktivitas usahatani. Dengan demikian, kemungkinan kemampuan untuk meningkatkan produksi juga semakin lebih tinggi, begitu juga halnya dengan tingkat pendapatan yang diperoleh dalam usahatani padi. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian, dalam memberikan penawaran supply tambahan modal kepada petani, bermaksud untuk menghasilkan produksi usahatani yang dikelolanya lebih baik meningkat. Dengan kata lain, mendorong usaha agribisnis kearah yang lebih produktif. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa rendahnya produksi yang dicapai oleh petani selama ini, karena rendahnya tingkat pemilikan uang tunai modal oleh petani, yang digunakan untuk membeli input produksi. Selama penggunaan input itu masih berada pada tingkat produksi rata-rata yang meningkat, maka input itu masih dapat ditingkatkan sampai produk rata-rata mulai menurun dan produk marjinal lebih besar dari nol, yaitu di daerah pada tingkat usaha yang rasional. Beberapa penelitian mengenai dampak kredit diantaranya adalah hasil penelitian Biswanger dan Khandker 1995 yang menunjukkan bahwa dampak pemberian kredit formal di perdesaan India mampu meningkatkan pendapatan dan produktivitas. Pitt dan Khandker 1998 menyimpulkan bahwa program kredit telah berdampak meningkatkan taraf hidup keluarga miskin di Bangladesh. Pemberian kredit berdampak positif pada tingkat individu maupun rumah tangga seperti partisipasi sekolah anak, kepemilikan asset, penyediaan tenaga kerja, penggunaan alat kontrasepsi dan fertilitas. Sedangkan hasil penelitian Khandker dan Faruqee 2000 yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa pemberian kredit skala kecil secara signifikan mampu berperan dalam penanggulangan kemiskinan dan memiliki kontribusi dalam mengurangi tingkat kerentanan vulnerability terhadap kemiskinan. Jadi dengan kata lain ada korelasi yang cukup erat antara pemberian kredit dan penurunan tingkat kemiskinan. Kredit yang diambil oleh rumah tangga petani digunakan untuk produksi dan konsumsi. Kredit dapat meningkatkan konsumsi langsung yaitu rumah tangga petani dapat memenuhi kebutuhan konsumsi lebih banyak, dan secara tidak 34 langsung dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui penggunaan konsumsi yang diperlukan untuk mempertahankan kekuatan fisik seseorang. Kredit digunakan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan yang pada gilirannya membantu meningkatkan konsumsi. Oleh karena itu, konsumsi dapat mengukur manfaat dari kredit, yang merupakan indikator kesejahteraan jangka pendek. Pengaruh tambahan modal usahatanikredit disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Pada Gambar 3, menunjukkan bahwa kondisi sebelum adanya tambahan modalkredit untuk usahatani padi sawah, responden mengalami keterbatasan modal usahatani, yang ditunjukkan oleh kurva garis anggaran awal Isocost C 1 . Kurva garis anggaran merupakan kurva yang menunjukkan berbagai titik pada garis kendala anggaran. Kurva tersebut mengindikasi kombinasi konsumen atau trade-off antara dua barang. Pada kondisi tersebut, responden menggunakan kombinasi input produksi X 11 dan X 21 , sehingga titik keseimbangan konsumsi responden atas input produksi terjadi pada titik E 1. Pada titik keseimbangan E1, responden menghasilkan output sebesar Q 1 yang ditunjukkan oleh kurva indiferenisokuan Q 1 . Kuantitas Input X2 Kuantitas Input X1 Q 2 X21 X22 X11 X12 E1 C2 Expansion Path C1 E2 Q 1 Gambar 3. Pengaruh kredit terhadap kombinasi penggunaan input dan peningkatan output Sumber: Gaspersz 2011 Selanjutnya, kondisi yang berbeda setelah adanya tambahan modalkredit untuk usahatani. Hal ini menyebabkan kemampuan responden atas kuantitas modal anggaran menjadi bertambah atau lebih tinggi. Sehingga menyebabkan bergesernya kurva garis anggaran ke kanan Isocost C 2 . Pada kondisi ini, responden mencoba memaksimum kepuasannya, responden ingin dapat mencapai kurva indeferen setinggi mungkin. Pada Gambar 3 dapat ditunjukkan, jika responden membeli kombinasi input produksi pada garis anggaran yang berpotongan dengan kurva indeferenisokuan Q2. Sehingga terjadi titik keseimbangan baru yang ditunjukkan oleh titik E 2 . Pada titik keseimbangan E 2 , kombinasi input produksi yang digunakan adalah X 12 dan X 22 . Kombinasi input produksi ini, kuantitasnya lebih tinggi dibanding kuantitas input produksi 35 sebelumnya X 11 dan X 21 pada titik keseimbangan E 1 . Peningkatan penggunaan input produksi dapat menyebabkan meningkatnya hasil produksioutput sebesar Q 2 . Jika semua titik keseimbangan E 1 dan E 2 dihubungkan, maka akan terdapat kurva jalur perluasan produksi expansion path curve. Kurva expansion path ini menghubungkan titik-titik keseimbangan produsen yang menunjukkan kombinasi input dengan biaya terendah least cost combination untuk setiap tingkat output yang diproduksi dengan asumsi harga-harga input tetapkonstan. Terjadinya peningkatan produksi yang ditunjukkan pada Gambar 3, kemudian akan menyebabkan peningkatan pendapatan usahatani. Kondisi terjadinya peningkatan pendapatan usahatani, disebabkan adanya pengaruh dari peningkatan kuantitas pemakaian input produksi, disajikan pada Gambar 4. Pada Gambar 4, terlihat kondisi pengaruh kredit terhadap peningkatan pendapatan, melalui adanya penggunaan kombinasi input produksi yang meningkat. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, bahwa kombinasi input produksi X 11 X 22 dititik keseimbangan E1 kondisi sebelum ada kredit, responden menghasilkan output sebesar Q 1 dengan capaian tingkat pendapatan sebesar Y 1 . Kemudian setelah adanya tambahan modal usahatani, kuantitas modalanggaran usahatani yang dimiliki responden menjadi bertambah. Pada kondisi ini responden akan mengoptimalkan input produksi yang digunakan untuk usahatani, terlihat adanya penambahan input produksi dari X 11 X 22 menjadi X 12 X 22 . Penambahan input produksi tersebut, menyebabkan terjadinya peningkatan produksi sebesar Q2. Dengan demikian, produksioutput yang meningkat Q1 menjadi Q2, berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan Y 1 menjadi Y 2 . Kuantitas Input X Output Q Income Y E2 E1 Y1 Y2 X11 X21 X12 X22 Q1 ; Y1 Q2 ; Y2 Gambar 4. Pengaruh kredit terhadap kombinasi penggunaan input dan pendapatan usahatani padi Sumber: Gaspersz 2011 Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4, esensinya adalah tambahan modalkredit menyebabkan adanya peningkatan penggunaan input produksi. Penggunaan input yang meningkat akan meningkatkan hasil produksi, dan akhirnya akan berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan usahatani. Sehingga menyebabkan pergeseran kurva fungsi produksi. Perubahan fungsi produksi akan mengakibatkan perubahan titik keseimbangan rumah tangga petani keseimbangan antara fungsi produksi dengan kurva indiferensfungsi konsumsi akan berubah, 36 dan mencapai keseimbangan yang baru yang lebih tinggi dibandingkan dengan keseimbangan awal. Kerangka Pemikiran Operasional Salah satu masalah yang dihadapi negara Indonesia sekarang ini adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan melalui pembangunan diberbagai bidang. Hal ini nampak semakin digalakkannya pembangunan di bidang pertanian utamanya sub sektor pangan. Salah satu sub sektor pangan adalah usahatani padi. Petani padi dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan output, diperlukan biaya pengeluaran-pengeluran yang digunakan dalam mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut. Dalam usahatani padi diharapkan adanya peningkatan pendapatan sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani padi pada khususnya, karena salah satu ukuran kesejahteraan masyarakat adalah dengan peningkatan pendapatannya. Namun dalam kenyataannya, petani sering kali dihadapkan pada persoalan permodalan untuk keperluan usahataninya, serta lemahnya kelembagaan tani yang ada di perdesaan. Mengingat salah satu persoalan yang paling rumit di wilayah perdesaan adalah penyediaan modal usaha. Keterbatasan modal menyebabkan sirkulasi kegiatan ekonomi tidak berjalan. Sebaliknya tanpa ada perputaran aktivitas ekonomi proses akumulasi kapital juga tidak bisa terjadi. Dari situasi seperti ini para perumus kebijakan pembangunan perdesaan akhirnya meluncurkan berbagai kebijakan program kredit mikro sebagai instrumen pengembangan kelembagaan sektor finansial di perdesaan. Salah satu kebijakan tersebut yakni dengan meluncurkan program PUAP. Kegiatan Program PUAP diantaranya memberikan pelatihan dan pendampingan, tujuannya adalah sebagai upaya peningkatan kapasitas kinerja organisasi petani, atau disebut Gapoktan. Melalui langkah ini diharapkan Gapoktan menjadi lembaga ekonomi di perdesaan yang mumpuni. Kinerja Gapoktan PUAP harus menunjukkan bahwa lembaga ini mampu mengelola dan mengembangkan usahataninya menjadi lembaga ekonomi yang melayani pembiayaan bagi petani anggota secara berkelanjutan. Kegiatan berikutnya memberikan fasilitasi tambahan modal usahamodal kerja. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas petani utamanya dalam penguasaan modal usahatani. Sehingga petani mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan input produksi. Kondisi ini akan mempengaruhi tingkat produksi. Filosofinya ketika kebutuhan input produksi tercukupi, maka produksi akan mencapai titik optimum. Secara normatif semakin meningkat produksi yang dihasilkan, selanjutnya pendapatan juga akan semakin meningkat. Ketika kondisi pendapatan usahatani meningkat, maka kemungkinan kemampuan untuk membayar kredit atau mengembalikan pinjaman hutang pokok + jasa ke Gapoktan akan lancar dan tepat waktu. Dengan demikian dana BLM PUAP yang ada di kas Gapoktan akan abadi bahkan terus bertambah, pada akhirnya pembiayaan untuk usahatani di perdesaan yang dikelola oleh Gapoktan akan terus terjaga. Untuk melihat pengaruh akibat adanya pelaksanaan Program PUAP terhadap kinerja Gapoktan dan pendapatan usahatani padi, disajikan dalam kerangka operasional penelitian Gambar 5. 37 Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten Subang dilakukan secara sengaja, atas dasar pertimbangan bahwa Gapoktan pelaksana program PUAP di Kabupaten Subang telah mampu menumbuhkembangkan 40 LKM-A. Sehingga dipandang lebih unggul dibandingkan Gapoktan-Gapoktan yang ada di kabupaten lainnya lingkup Jawa Barat. Hal ini diasumsikan Gapoktan-Gapoktan yang ada di Kabupaten Subang mampu mengelola atau menjaga perguliran dana BLM PUAP, memiliki usaha ekonomi produktif yang sudah berkembang berbasis agribisnis padi, sekaligus mampu melakukan penguatan kelembagaan ekonomi di perdesaan. Disamping itu, Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat, dan sebagian besar usahatani padi yang dikelola petani anggota Gapoktan memiliki tingkat produktivitas mencapai 5,6 – 7,6 tonha, dengan total luas lahan sawah berkisar 180 – 246 ha. Adapun pengumpulan data dilakukan pada April – Juni 2014. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui indepth study ke petani yang berusahatani padi. Pengumpulan data dari petani melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang Program PUAP Peran PUAP terhadap:  Kinerja Gapoktan  Pendapatan Usahatani Petani Aggota Atribut Kinerja Gapoktan:  Efektivitas organisasi  Efisiensi organisasi  Relevansi kesesuaian organisasi  Pencapaian outcome Keuangan organisasi Pendapatan Usahatani:  Total Revenue TR  Total Cost TC  Total Fix Cost TFC  Total Variabel Cost TVC  Harga jual output Pq  Jumlah Output Q  Harga input Px  Jumlah input X Implikasi Kebijakan 38 telah dipersiapkan. Selanjutnya melakukan indepth study ke Gapoktan. Pengumpulan data dari Gapoktan melalui pendekatan diskusi kelompok terfokus FGD dengan pengurus Gapoktan. Selain itu untuk melengkapi informasi data penelitian, dilakukan juga FGD dengan penyuluh lapangan, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan BP4KKP Kabupaten Subang, serta Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Badan Litbang Pertanian, dan Instansi Terkait lainnya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling penting dalam penelitian, kerana tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan, penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Sedangkan menurut Sugiyono 2008 mengungkapkan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Metode wawancara dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara tertutup dan terbuka. Metode wawancara tertutup yakni responden diminta menjawab pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Dimana isi pertanyaan dalam kuisioner sudah terdapat pilihan jawaban, sehingga responden menjawab dengan memilih diantara jawaban yang sudah ada. Sementara metode wawancara terbuka yakni responden diminta pendapat tentang pengalaman dan perspektif terkait dengan karakteristik responden, aktivitas usahatani padi, pemanfaatan pinjamankerdit, dan pemasaran hasil. Dalam proses wawancara, peneliti akan mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan oleh responden.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan Riduwan 2004. Metode observasi sering kali diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subyek penelitian. Teknik observasi sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik hendaknya dilakukan pada subyek yang secara aktif mereaksi terhadap obyek. Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. Adapun menurut Prastowo 2010 mengartikan obesrvasi adalah sebagai pengamatan dalam pencatatan secara 39 sistematik terhadap suatu gelaja yang tampak pada objek penelitian. Sedangkan menurut Nasution 2003, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Adapun kriteria yang hendak diperhatikan oleh observeser antara lain: 1 Memliki pengetahuan yang cukup terhadap obyek yang hendak diteliti, 2 Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilaksanakannya, 3 Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data, 4 Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati, 5 Pengamatan dan pencatatan harus dilaksanakan secara cermat dan kritis, 6 Pencatatan setiap gejala harus dilaksanakan secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi, 7 Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat hasil observasi. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena –fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Margono 2007. Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi terbuka. Dalam proses pengumpulan data, dinyatakan kegiatan yang sebenarnya kepada sumber data, bahwa sedang dilakukan penelitian. Jadi responden yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas penelitian. Oleh karena itu fakta atau fenomena yang akan diobservasi adalah terkait unsur kinerja Gapoktan, yaitu efektivitas organisasi, efisiensi organisasi, relevansi kesesuaian organisasi, dan pencapaian kemandirian keuangan organisasi.

3. Focus Group Discussion FGD

FGD adalah suatu metode riset, Irwanto 1988 mendefinisikan sebagai “suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok”. Dengan kata lain FGD merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa topik spesifik. Metode FGD termasuk metode kualitatif. Seperti metode kualitatif lainnya direct observation, indepthe interview, dsb FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how and why, bukan jenis-jenis pertanyaan what and how many yang khas untuk metode kuantitatif survei, dsb. FGD dan metode kualitatif lainnya sebenarnya lebih sesuai dibandingkan metode kuantitatif untuk suatu studi yang bertujuan “to generate theories and explanations ” Morgan and Kruger 1993. Tujuan umum FGD adalah mengembangkan pemahaman mengenai dampak sosial ekonomi pelaksanaan Program PUAP. Untuk mencapai tujuan itu dimanfaatkan secara ektensif data kuantitatif yang berlingkup makro dari berbagai sumber. FGD merupakan salah satu metode untuk memperoleh infromasi kuantitatif-mikro dan sesuai dengan tujuan penelitian ini, karena pendekatan FGD memungkinkan memperoleh informasi yang 1 bersifat kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif singkat, mengenai dampak pelaksanaan Program PUAP,

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

0 16 256

PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

0 3 10

Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani

1 5 93

Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor).

0 0 22

Pengaruh Pemberian Bantuan Tambahan Modal Usahatani Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Puap) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani (Sebuah Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta).

0 0 10

ANALISIS KINERJA PENYULUH DALAM MENDAMPINGI GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN BANGKA.

0 0 15

Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani

0 0 1

Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani

0 0 2

KAJIAN DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

0 0 13

EFEKTIFITAS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

0 0 9