70 Tabel 20, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden hanya memiliki
jenjang pendidikan pada tingkat SD. Hal ini terlihat pada responden grup petani PUAP memiliki persentase sebesar 63,33 dan kelompok petani Non PUAP
memiliki persentase 60 pada tingkat pendidikan SD. Sedangkan responden yang tamatan SLTP pada kelompok petani PUAP sebesar 33,33, dan pada kelompok
petani Non PUAP sebesar 26,67. Sementara untuk tamatan SLTA, kedua kelompok memiliki persentase yang sama yakni sebesar 13,33. Secara umum
pendidikan responden pada kedua grup adalah tamat SD. Rendahnya tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia petani
belum memadai di dalam pengembangan agribisnis dan akses kesempatan kerja di luar pertanian.
3. Lama Pengalaman Bertani
Hasil wawancara melalui kuesioner dengan para responden dapat disampaikan bahwa sebagian besar responden berpengalaman usahatani padi lebih
dari 15 lima belas tahun. Lamanya pengalaman bertani ini terbagi atas 70 untuk kelompok petani PUAP dan 50 untuk kelompok petani Non PUAP.
Sedangkan sisanya tersebar pada pengalaman bertani kurang dari 15 lima belas tahun. Pengalaman bertani dari responden disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Distribusi responden menurut pengalaman bertani
Pengalaman Bertani Tahun
Petani PUAP Petani Non PUAP
Frekuensi Frekuensi
5 0,00
1 3,33
6 - 10 4
13,33 5
16,67 11 - 15
5 16,67
9 30,00
15 21
70,00 15
50,00 Jumlah
30 100,00
30 100,00
Lamanya pengalaman bertani sangat menentukan dalam menjalankan aktivitas usahatani. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat adaptasi terhadap
berbagai perubahan lingkungan dan perubahan iklim untuk mempertahankan keberlangsungan aktivitas pertanian petani.
4. Luas Lahan Usahatani
Lahan merupakan modal utama dalam produksi pertanian di perdesaan, utamanya untuk usahatani padi. Rata-rata luas lahan sawah untuk usahatani padi
yang digarap oleh petani PUAP maupun petani Non PUAP, yakni memiliki luasan berkisar satu hektar, dan umumnya berstatus lahan milik pribadi. Namun
komposisinya berbeda, pada kelompok petani PUAP, lahan yang lebih dominan digarap oleh responden memiliki luasan satu hektar, sementara pada petani Non
PUAP lahan yang dominan digarap memiliki luas berkisar 0,6-0,7 hektar. Secara lebih rinci, distribusi petani responden menurut luas lahan usahatani padi
disajikan pada Tabel 22.
71 Tabel 22. Distribusi responden menurut luas lahan usahatani padi
Luas Lahan Ha
Petani PUAP Petani Non PUAP
Frekuensi Frekuensi
0,5 0,00
3 10,00
0,6 – 0,7
11 36,67
17 56,67
0,8 – 0,9
0,00 0,00
1 19
63,33 10
33,33 Jumlah
30 100,00
30 100,00
5. Status Kepemilikan Lahan
Proporsi satus kepemilikan lahan, baik pada kelompok petani PUAP maupun Non PUAP adalah sama, sebanyak 93,33 responden memiliki lahan
sawah yang digarap berstatus milik pribadi. Sama halnya untuk proporsi lahan sawah dengan sistem bagi hasil, pada kedua kelompok petani yang melakukan
bagi hasil masing-masing memiliki persentase sebesar 6,67. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, penguasaan sumberdaya lahan pertanian bagi petani pada
kelompok petani PUAP maupun non PUAP, menunjukkan adanya indikasi kuatnya akses lahan bagi petani di Kabupaten Subang Kecamatan Ciasem dan
Patok Besi. Status kepemilikan dari responden disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Distribusi responden menurut status kepemilikan lahan
Status Kepemilikan Lahan
Petani PUAP Petani Non PUAP
Frekuensi Frekuensi
Pribadi 28
93,33 28
93,33 Bagi Hasil
2 6,67
2 6,67
Sewa 0,00
0,00 Jumlah
30 100,00
30 100,00
Tabel 23, menunjukkan bahwa petani sampel pada kedua grup sebagian besar adalah petani pemilik. Sehingga petani secara mandiri dapat mengelola
lahannya untuk usahatani, utamanya petani tidak perlu terbebani oleh biaya sewa lahan. Mengingat biaya sewa lahan akan menjadi biaya tambahan bagi petani di
dalah usahataninya, karena akan mengurangi pendapatan petani.
6. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga dapat mengukur tingkat kemampuan petani dalam menghidupi keluarganya secara layak dari hasil usahataninya. Dengan luas
lahan usahatani yang biasanya relatif tetap maka besarnya tanggungan keluarga menjadi faktor yang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga petani
tersebut. Distribusi jumlah tanggungan keluarga termasuk kepala keluarga petani responden kelompok Petani PUAP dan Non PUAP disajikan pada Tabel 24.
Terlihat bahwa sebagain besar jumlah tanggungan keluarga di kedua kelompok tersebut berada di kisaran jumlah tanggungan 4-5 orang, yakni sebesar
66,67 untuk kelompok petani PUAP dan 80 untuk kelompok petani Non PUAP. Kondisi ini merupakan salah satu ciri yang menonjol pada petani di
perdesaan adalah ukuran keluarga yang relatif besar. Jumlah anak cenderung banyak, karena anak dinilai bukan sebagai aset investasi, tetapi sebagai sumber