Pembentukan dan Perkembangan LKM-A

64 bantuan dapat dilakukan lebih cepat sesuai dengan masa tanam petani. Selanjutnya, melaksanakan pemantauan secara berkelanjutan melalui kunjungan dan laporan dari lapangan, mengevaluasi pelaporan penyaluran dana secara berkala. Langkah berikutnya adalah melaksanakan pembinaan dan pendampingan terhadap Gapoktan pelaksana program PUAP khususnya dalam rangka menumbuhkembangkan LKM-A. Selanjutnya adalah memberikan pembinaan dan meluruskan paradigma petani anggota dan pengurus Gapoktan tentang dana PUAP bukanlah BLT meningkatkan peran penyuluh lapangan dan PMT dalam pengelolaan dana, realisasi dana, pelaporan keuangan, serta pendampingan teknologi. Tidak kalah penting adalah mengedepankan penguatan kelembagaan kelompok tani melalui beragam kegiatan bersama dalam seluruh rangkaian baik apresiasi LKM-A maupun apresiasi teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan PUAP dan peningkatan keterampilan di bidang teknologi yang berkaitan dengan usaha produktif di lokasi PUAP. Diawal berdirinya LKM-A di Jawa Barat memiliki aturan main sebagai berikut: 1 LKM-A berasal dari unit otonom simpan pinjam yang berada pada Gapoktan, 2 pengelola LKM-A dipilih dalam rapat anggota diwakili oleh pengurus Poktan dan Gapoktan, 3 pengelola LKM-A tidak boleh dirangkap oleh pengurus Gapoktan, dan 4 struktur LKM-A ditentukan dalam rapat anggota.Gapoktan membuat surat penunjukan tentang pengelolaan LKM-A. Adapun LKM-A tahap pembentukan awal seperti yang disajikan pada Gambar 7 dan perkembangannya pada Gambar 8. Gambar 7. Struktur LKM-A Tahap Awal Berdiri Sumber: Kementerian Pertanian 2013 Gambar 8. Perkembangan Struktur LKMA di Jawa Barat Sumber: Kementerian Pertanian 2013 MANAJER KASIR ADMINISTRASI PEMBUKUAN MANAJER KASIR SEKSI PENGGALANGAN DANA SEKSI ADMINISTRASI PEMBUKUAN SEKSI ADMINISTRASI PEMBUKUAN 65 Model pengelolan LKM-A di Jawa Barat ada dua bentuk yaitu: 1 cara konvensional, memakai jasa bunga 90, dan 2 cara syariah, memakai sistem bagi hasil 10. Biaya operasional terdiri dari: 1 biaya administrasi ATK, 2 honor pengelola, dan 3 biaya lainnya. Keseluruhan biaya pengeluaran didapat dari Gapoktan. Profil LKM-A di Jawa Barat umumnya mengikuti arahan ketua Tim Pembina ProvinsiKabupaten yaitu: a organisasi: Manejer, kasir dan pembukuan atau manejer, kasir, pembiayaan, pembukuan dan penggalangan dana, b SDM: sudah mendapat pembekalan LKM-A, c ruang dan perangkat adm ATK, mesin tik, atau komputer, dll, d melakukan penggalangan dana: Sosialisasi ke Poktananggota, perantau dan pihak lainnya, e menghimpun dana awal Iuran pokok dan Iuran wajib. Anggota punya buku tabungan, Anggotapendiri diarahkan untuk mempunyai simpanan khusus di LKM-A untuk meningkatkan rasa memiliki, f rapat anggota dilakukan secara berkala, g Penyertaan dana PUAP Rp 100 juta di pindahkan transfer dari Gapoktan ke LKM-A, h adminstrasi keuangan telah memiliki Buku Jurnal, Buku besar , Kartu pembantu sebanyak jenis usaha, Rekening LKM-A di Bank, dan i penyaluran dana PUAP ke petani syaratnya anggota Gapoktan, RUA, permohonan pinjaman melalui ketua poktan, kuitansi, jangka waktu pinjaman paling lama 10 bulan, pengembalian secara bulanan atau yarnen. Proses Seleksi Desa dan Pemilihan Gapoktan Penerima PUAP Dasar pemilihan desa PUAP berdasarkan indikator desa miskin dan tertinggal serta berbasis pertanian. Desa miskin yang dimaksud adalah desa yang secara ekonomi pendapaan per kapitanya per tahun berada di bawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat terbatas. Selain itu, hal yang terpenting dalam penentuan desa PUAP yakni belum adanya program strategis dari pemerintah pada desa tersebut seperti Prima Tani, Feati, SLPTT, Gernas Kakao, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan supaya jangan terjadi tumpang tindih antar program dan untuk pemerataan dalam penerapan program strategis pemerintah. Kegiatan identifikasi desa dilaksanakan sesuai prosedurjuklak yang sudah ditetapkan oleh TIM PUAP Pusat. Adapun kriteria dan penentuan desa calon lokasi PUAP diantaranya: 1 desa berbasis pertanian, diutamakan desa miskin, 2 memiliki Gapoktan yang sudah aktif, dan 3 desa yang belum pernah memperoleh dana BLM PUAP. Penentuan jumlah desa calon lokasi PUAP per kabupatenkota, dengan pertimbangan yaitu: 1 jumlah desa yang belum mendapatkan PUAP, 2 jumlah alokasi desa PUAP yang telah direalisasikan sebelumnya, 3 alokasi dana pendukung untuk pembinaan yang disediakan oleh kabupatenkota, dan 4 adanya potensi integrasi lokasi desa dengan programkegiatan lainnya. Kriteria dalam penentuan Gapoktan calon penerima dana BLM PUAP diantaranya memiliki Sumber Daya Manusia SDM untuk mengelola usaha agribisnis, mempunyai kepengurusan yang aktif dan dikelola oleh petani, dan pengurus Gapoktan adalah petani, bukan Kepala DesaLurah atau Sekretaris DesaSekretaris Lurah. Gapoktan yang akan diusulkan sebagai calon penerima dana BLM PUAP, diketahui oleh Kepala Desa dan Kepala Balai Penyuluhan 66 Kecamatan BPK. Pada setiap desa calon lokasi PUAP, akan ditetapkan satu Gapoktan penerima dana BLM PUAP. Tahapan pengusulan desa, Gapoktan dan pengurus calon pnerima BLM PUAP dapat melalui BupatiWalikota atau pejabat yang ditunjuk, aspirasi masyarakat, dan Unit Kerja Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian. Adapun tahapannya sebagai berikut: 1. Tim Teknis Kecamatan melakukan identifikasi dan verifikasi desa, Gapoktan, dan pengurus calon penerima BLM PUAP, mengacu kepada kriteria yang sudah ditetapkan, 2. Hasil identifikasi dan verifikasi desa, Gapoktan dan Pengurus oleh Tim Teknis Kecamatan selanjutnya diusulkan kepada Tim Teknis KabupatenKota, kemudian diteruskan kepada BupatiWalikota atau pejabat yang ditunjuk, untuk diusulkan kepada Tim PUAP pusat, 3. Desa, Gapoktan dan pengurus calan penerima BLM PUAP yang disampaikan melalui aspirasi masyarakat dan Unit Kerja Eselon I lingkup Kementerian Pertanian diusulkan langsung kepada Tim PUAP Pusat. Penetapan desa, Gapoktan, dan pengurus penerima dana BLM PUAP sebagai berikut: 1. Tim PUAP Pusat melakukan sinkronisasi terhadap usulan dari BupatiWalikota atau pejabat yang ditunjuk, aspirasi masyarakat dan Unit Kerja Eselon 1 lingkup Kementerian Pertanian, 2. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi terhadap usulan desa, Gapoktan, dan pengurus calon penerima dana BLM PUAP 2014 menjadi Daftar Nominatif Sementara DNS PUAP, 3. DNS desa, Gapoktan, dan pengurus calon penerima dana BLM PUAP tersebut oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian disampaikan kepada Tim Teknis PUAP KabupatenKota melalui Tim Pembina PUAP Provinsi untuk diverifikasi yang meliputi Desa, Gapoktan, dan Pengurus Ketua, Sekretaris dan Bendahara Gapoktan, 4. Tim Teknis KabupatenKota menyampaikan hasil verifikasi DNS berikut kelengkapan dokumen bagi Gapoktan yang telah memenuhi persyaratan Pembina PUAP Provinsi c.q Sekretariat Tim Pembina PUAP Provinsi, dan 5. Berdasarkan hasil verifikasi Tim PUAP Pusat, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian atas nama Menteri Pertanian menetapkan Gapoktan Penerima dana BLM PUAP dalam bentuk Surat Keputusan Menteri Pertanian. Adapun mekanisme usulan dan penetapan desa, Gapoktan, dan pengurus Gapoktan calon penerima dana BLM PUAP disajikan pada Gambar 9. 67 Gambar 9. Alur usulan dan penetapan desa, gapoktan, dan pengurus Sumber: Kementerian Pertanian 2013 Sistem Penyaluran Dana BLM PUAP Kepada Petani Sistem penyaluran dana BLM PUAP dari Gapoktan kepada petani diatur dalam Anggarn DasarAnggaran Rumah Tangga Anggota ADART yang merupakan hasil kesepakatan bersama atara pengurus Gapoktan, Penyuluh Pertanian sebagai pendamping, dan petani. Setelah terdaftar dan memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota, maka petani anggota Gapoktan telah berhak meminjam dana BLM PUAP sebagai modal usahatani dari Gapoktan. Syarat dan ketentuan untuk memperoleh pinjaman dana BLM PUAP harus dipenuhi dan dilengkapi oleh petani. Jika syarat pinjaman tidak dapat dipenuhi, maka petani tidak berhak untuk memperoleh pinjaman. 68 Syarat untuk memperoleh pinjaman dana BLM PUAP di Gapoktan sampel, yaitu: 1 terdaftar sebagai anggota, 2 memenuhi kewajiban sebagai anggota, 3 foto kopi KTPKartu Keluarga, 4 pas photo 3x4, 5 akad qirat kredit bermaterai 6.000, 6 surat pernyataan, dan 7 Rencana Usaha Anggota RUA. Adapun prosedur peminjaman dana BLM PUAP di Gapoktan sampel, adalah sebagai berikut: 1. Anggota waib mengisi formulir permohonan menggunakan materai 6.000 melalui pengurus kelompok tani asalnya, 2. Apabila permohonan dikabulkan tim kredit, anggota tersebut menyerahkan jaminan sesuai pinjamannya, 3. Anggota beserta penjamin 3 orang, terdiri atas 2 orang tokoh masyarakat, dan 1 orang saksi dari keluarga, ketiganya harus menandatangani akte perjanjian pinjaman dihadapan panitia kredit, 4. Peminjam dikenakan jasa pinjaman sebesar 2 per bulan, 5. Tenggang waktu pinjaman jangka waktu pinjaman 4 bulan atau satu musim tanam. Secara operasioal penyaluran dana BLM PUAP kepada petani anggota, sepenuhnya merupakan kebijakan dari Gapoktan. Kebijakan yang diterapkan oleh Gapoktan merupakan hasil musyawarah dengan seluruh petani anggota. Kebijakan penyaluran dana BLM PUAP untuk masing-masing Gapoktan sangat bervariatif. Bagi Gapoktan PUAP yang menjadi sampel seperti Gapoktan Saluyu Utama dan Mitra Tani PUAP 2008, pembagian pinjaman kepada seluruh anggota yakni secara merata sebesar Rp. 1 juta, sementara Gapoktan Mitra Tani PUAP 2010 sebesar Rp. 2 juta. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah terjadinya konflik internal antara pengurus dengan petani anggota, dan kecemburuan sosial diantara sesama petani anggota. Sedangkan kebijakan penyaluran pinjamankredit yang diterapkan oleh Gapoktan non PUAP, yakni berdasarkan skala usaha petani anggota atau luas lahan garapan. Bagi petani anggota yang menggarap lahan sawah seluas satu hektar, akan berbeda jumlah pinjaman yang diterima oleh petani yang menggarap lahan sawah dengan luasan kurang dari satu hektar. Kebijakan lainnya, terkait pimjaman yakni reward and punishment. Bagi petani yang tingkat pengembalian pinjaman lancar, maka pinjaman pada musim tanam berikutnya flapon pinjamannya akan dinaikkan. Namun sebaliknya, jika tidak lancar atau bahkan macet, maka petani tersebut akan kena sanksi sosial, seperti tidak akan diberikan pinjaman atau bentuk bantuan lainnya, bahkan akan dikeluarkan dari keanggotaan Gapoktan. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden yang dijadikan objek penelitian ini terbagi menjadi kelompok aksi responden yang telah mendapatkan pinjaman dana bergulir PUAP dan kelompok kontrol responden yang belum mendapatkan pinjaman dana bergulir PUAP di dua kecamatan yang berbeda. Deskripsi karakteristik responden dilihat dari beberapa kriteria antara lain Usia, tingkat pendidikan, lama pengalaman 69 bertani, luas kepemilikan lahan, status kepemilikan lahan, dan jumlah tanggungan keluarga dan status pekerjaan utama.

1. Usia Responden

Berdasarkan kriteria usia, petani sampel dibagi menjadi tiga kelompok usia yaitu kelompok usia 21-40 tahun, kelompok 41-60 tahun, dan kelompok usia 61- 80 tahun. Distribusi responden dari masing-masing kelompok usia disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Distribusi responden menurut golongan umur Usia Petani PUAP Petani Non PUAP Frekuansi Frekuensi 21-40 7 23,33 19 63,33 41-60 23 76,67 10 33,33 61-80 0,00 1 3,33 Jumlah 30 100,00 30 100,00 Tabel 19, menunjukkan bahwa petani PUAP sebagian besar berada pada rentang usia 41-60 tahun 76,67, dimana rentang usia tersebut masuk kedalam usia produktif. Pada fase ini umumnya petani sangat responsif dan terbuka terhadap berbagai informasi dari luar yang sifatnya untuk perbaikan dalam usahatani. Berbeda dengan petani sampel non PUAP, mendominasi pada rentang usia muda 21-40. Fase usia ini, secara psiologis masih taraf belajar, dan kecendrungan untuk menolak informasi dari luar masih tinggi. Petani umumnya dalam melakukan kegiatan usahatani masih melanjutkan pola turun temurun dari orang tuanya sebagai petani. Selain itu, didalam sampel petani Non PUAP terdapat responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif. Fase usia ini, umumnya dalam melakukan usahatani cenderung mengaplikasikan yang sudah dia dapat dari dulu. Sulit untuk melakukan pembaharuan atau mengadopsi teknologi yang baru.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang banyak ditempuh oleh responden umumnya setingkat sekolah dasar SD dan SLTP. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari SD dan SLTP masih sedikit ditempuh oleh responden. Hanya sebagian kecil dari petani yang mengenyam pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA. Gambaran umum tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan formal Tingkat Pendidikan Petani PUAP Petani Non PUAP Frekuensi Frekuensi Tidak Sekolah 0,00 0,00 SD 16 53,33 18 60,00 SLTP 10 33,33 8 26,67 SLTA 4 13,33 4 13,33 Jumlah 30 100,00 30 100,00 70 Tabel 20, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden hanya memiliki jenjang pendidikan pada tingkat SD. Hal ini terlihat pada responden grup petani PUAP memiliki persentase sebesar 63,33 dan kelompok petani Non PUAP memiliki persentase 60 pada tingkat pendidikan SD. Sedangkan responden yang tamatan SLTP pada kelompok petani PUAP sebesar 33,33, dan pada kelompok petani Non PUAP sebesar 26,67. Sementara untuk tamatan SLTA, kedua kelompok memiliki persentase yang sama yakni sebesar 13,33. Secara umum pendidikan responden pada kedua grup adalah tamat SD. Rendahnya tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia petani belum memadai di dalam pengembangan agribisnis dan akses kesempatan kerja di luar pertanian.

3. Lama Pengalaman Bertani

Hasil wawancara melalui kuesioner dengan para responden dapat disampaikan bahwa sebagian besar responden berpengalaman usahatani padi lebih dari 15 lima belas tahun. Lamanya pengalaman bertani ini terbagi atas 70 untuk kelompok petani PUAP dan 50 untuk kelompok petani Non PUAP. Sedangkan sisanya tersebar pada pengalaman bertani kurang dari 15 lima belas tahun. Pengalaman bertani dari responden disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Distribusi responden menurut pengalaman bertani Pengalaman Bertani Tahun Petani PUAP Petani Non PUAP Frekuensi Frekuensi 5 0,00 1 3,33 6 - 10 4 13,33 5 16,67 11 - 15 5 16,67 9 30,00 15 21 70,00 15 50,00 Jumlah 30 100,00 30 100,00 Lamanya pengalaman bertani sangat menentukan dalam menjalankan aktivitas usahatani. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat adaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan dan perubahan iklim untuk mempertahankan keberlangsungan aktivitas pertanian petani.

4. Luas Lahan Usahatani

Lahan merupakan modal utama dalam produksi pertanian di perdesaan, utamanya untuk usahatani padi. Rata-rata luas lahan sawah untuk usahatani padi yang digarap oleh petani PUAP maupun petani Non PUAP, yakni memiliki luasan berkisar satu hektar, dan umumnya berstatus lahan milik pribadi. Namun komposisinya berbeda, pada kelompok petani PUAP, lahan yang lebih dominan digarap oleh responden memiliki luasan satu hektar, sementara pada petani Non PUAP lahan yang dominan digarap memiliki luas berkisar 0,6-0,7 hektar. Secara lebih rinci, distribusi petani responden menurut luas lahan usahatani padi disajikan pada Tabel 22.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

0 16 256

PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

0 3 10

Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani

1 5 93

Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor).

0 0 22

Pengaruh Pemberian Bantuan Tambahan Modal Usahatani Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Puap) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani (Sebuah Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta).

0 0 10

ANALISIS KINERJA PENYULUH DALAM MENDAMPINGI GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN BANGKA.

0 0 15

Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani

0 0 1

Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani

0 0 2

KAJIAN DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

0 0 13

EFEKTIFITAS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

0 0 9