Penggunaan Lahan Hidrologi dan Drainase

di Pulau Bitung Sulawesi Utara, Biak Papua dan daerah lain di tepi laut Pasifik, perlu dipelajari dengan seksama sebelum investasi besar ditanamkan. Titik tolak pengembangan harus dari segi pemasaran yang harus mantap, terutama untuk pemasaran ke luar kabupaten, bahkan ke luar propinsi. Idealnya dapat dikembangkan untuk ekspor, mengingat posisinya yang dekat dengan laut Pasifik yang kaya akan ikan pelagis danatau dekat dengan potensi pasar seperti Jepang, baik untuk komoditas ikan tangkap maupun hasil marikultur non- ikan, seperti rumput laut. Potensi pasar rumput laut cukup besar Dinas Perikanan, 2007, sedangkan budidaya dan pengolahan pasca panen juga sederhana, cukup dikeringkan dengan sinar matahari; penanganan selanjutnya tidak berisiko besar. Untuk pengembangannya jelas memerlukan studi khusus, termasuk dalam hal pelatihan dan pemasaran. Untuk itu, wilayah yang diidentifikasi sesuai, seperti di Teluk Kao yang kondisi ombaknya relatip tenang, sehingga baik untuk pengembangan marikultur, harus dipertahankan kualitasnya sebagai cadangan untuk pengembangan lebih lanjut. Demikian pula halnya untuk wilayah yang potensial untuk pengembangan budidaya tambak. Sedangkan di Teluk Buli, pada musim angin timur, kondisinya tidak bersahabat. Pengembangan budidaya ikan air tawar mungkin masih belum saatnya, mengingat geografi wilayah yang didominasi laut. Untuk pengembangan usaha penangkapan di laut, pengalaman usaha yang ada di Bitung, Sulawesi Utara atau di Biak dan Sorong, Papua, merupakan acuan, baik untuk pengembangan sendiri atau dalam rangka kerjasama.

4.5. Penggunaan Lahan

Berdasarkan RTRW 2005, bahwa penggunaan lahan saat ini didominasi oleh hutan sebesar 509.982,33 ha atau 78,29 dari total luas wilayah kabupaten Halmahera Timur dan tersebar di seluruh kabupaten. Penggunaan lahan untuk hutan tersebut yang terbesar adalah untuk hutan lahan kering primer yaitu sebesar 338.334,52 ha, diikuti hutan lahan kering sekunder sebesar 165.988,63, hutan mangrove primer sebesar 4512,62 ha, hutan mangrove sekunder sebesar 1051,26 ha dan hutan rawa sekunder sebesar 95,3 ha, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penggunaan Lahan Eksisting JENIS TUTUPAN LAHAN LUAS Ha Semak Belukar 4954,88 Hutan Mangrove Primer 4512,62 Hutan Mangrove Sekunder 1051,26 Hutan Lahan Kering Primer 338334,52 Hutan Rawa Sekunder 95,3 Hutan Lahan Kering Sekunder 165988,63 Pertanian Lahan Kering dan Semak 79342,12 Perkebunan 14624,88 Permukiman 2546,63 Pertanian Lahan Kering 24909,07 Sawah 71,35 Tanah Terbuka 9960,07 Transmigrasi 5023,90 Kab. Haltim 651415,23 Sumber: RTRW Kab Haltim, 2005 Penggunaan lahan lainnya adalah untuk pertanian yang memiliki proporsi penggunaan lahan sebesar 118.876,07 Ha atau 18,25 dari total luas wilayah 14.202,01 km 2 . Penggunaan lahan pertanian terbesarnya adalah untuk pertanian lahan kering diikuti penggunaan lahan untuk perkebunan. Persebarannya terletak di sepanjang pantai barat kabupaten Halmahera Timur terutama di kecamatan Wasile Selatan dan Wasile serta di kecamatan Maba tepatnya kawasan transmigrasi Desa Dorosagu. Tingginya potensi lahan untuk kegiatan pertanian ini sebaiknya ditingkatkan melalui pendekatan sistem dan usaha agribisnis yang sesuai dengan karakteristik pertanian di kabupaten Halmahera Timur. Penggunaan lahan untuk permukiman untuk saat ini adalah sebesar 7570,53 Ha atau 1,16 dari total luas lahan di kabupaten Halmahera Timur. Penyebaran lahan permukiman umumnya berada kawasan pesisir di desa Buli Karya hingga Buli Asal, kawasan pesisir Subaim-Dodoga-Foli, Ekor dan kawasan transmigrasi Dorosagu.

4.6. Hidrologi dan Drainase

Kabupaten Halmahera Timur memiliki sungai-sungai utama yang menjadi penopang kehidupan dan telah dimanfaatkan untuk sistem irigasi. Sungai-sungai tersebut adalah Ake Subaim dan Ake Dodaga di kecamatan Wasile; Ake Ekor dan Yawali di kecamatan Wasile Selatan; dan Ake Onat di kecamatan Maba. Ake Subaim dan Dodaga saat ini sudah dimanfaatkan secara intensif untuk pertanian tanaman pangan lahan basah dengan masukan teknologi yang cukup memadai. Kota Subaim dan sekitarnya saat ini merupakan lumbung padi bagi kabupaten Halmahera Timur, bahkan bagi Propinsi Maluku Utara. Ake Ekor sudah dimanfaatkan untuk mendukung kawasan pertanian permukiman transmigrasi di sekitar Desa Binagara. Ake Onat dimanfaatkan untuk kawasan pertanian permukiman transmigrasi di Desa Wayamli. Berdasarkan jenis lahan, masih ada sungai yang dapat dikembangkan untuk mendukung pengembangan kawasan pertanian lahan basah, yaitu Ake Sangaji di Kecamatan Maba Selatan.

4.7. Karakteristik Oceanografi Laut Wilayah Halmahera Timur